Bagikan:

Kelompok Hindu Tuduh Muslim India Melakukan

Kelompok nasionalis Hindu di India melancarkan kampanye melawan apa yang mereka gambarkan sebagai konspirasi Islam melawan komunitas di sana.

INDONESIA

Senin, 15 Sep 2014 13:02 WIB

Kelompok Hindu Tuduh Muslim India Melakukan

India, Jihad Cinta, ketegangan agama, Bismillah Geelani

Tara Sahdev yang berusia 23 tahun adalah atlet menembak dari negara bagian timur India, Jharkhand.

Dia bertemu Ranjit Singh Kohli, seorang pria Hindu yang juga berasal dari Jharkhand dalam kejuaran menembak beberapa bulan lalu. Mereka lalu berkencan beberapa kali dan akhirnya menikah.

Tapi baru sebulan menikah, Tara melarikan diri.

Dia mengaku ditipu karena Kohli sebenarnya adalah seorang Muslim bernama Rakeebul Hasan.

“Sehari setelah pernikahan, pria ini mulai memaksa saya masuk Islam. Ketika saya menolak, dia mulai menyiksa saya. Saya tidak diberi makan dan minum dan dipukuli tanpa ampun setiap hari. Dia bilang, kalau saya mau selamat dan hidup dengan terhormat, saya harus masuk Islam. Jika tidak, saya tidak akan bisa membayangkan, apa yang bakal terjadi. Dia bahkan mengancam akan menjual saya ke tempat prostitusi.”

Suami Tara sudah ditangkap tapi dia bersikukuh kalau dia lahir dari keluarga Hindu dan masih memeluk Hindu.

Dia juga menyangkal tuduhan telah memukuli dan melakukan kekerasan terhadap istrinya.

Manisha yang berusia 20 tahun dari negara bagian Uttar Pradesh mengaku juga tertipu.

Dia jatuh cinta pada teman sekelasnya tanpa tahu kalau dia adalah seorang Muslim.

“Saya mempercayai dia tapi saat saya tahu dia Muslim, saya tidak mau menikah dengannya. Tapi dia tidak mau meninggalkan saya. Saya tidak mau pindah agama tapi dia membawa saya ke seorang pemuka agama yang mengatakan sesuatu pada saya. Saat kembali ke rumah, saya berubah pikiran dan memutuskan untuk meninggalkan keluarga dan kawin lari dengannya.”

Keluarga Manisha membawanya pulang dan saat ini dia sudah menikah dengan seorang pria Hindu.

Menurut kelompok Hindu, ada ratusan kasus serupa terjadi di seluruh negeri. Modusnya, pria Muslim mengaku sebagai orang Hindu dan merayu perempuan Hindu dengan kata-kata palsu.

Mereka menyebutnya ‘Jihad Cinta’ dan mengatakan itu sebagai upaya yang disebut ‘Konspirasi Muslim Untuk Memualafkan orang Hindu’.

Vikas Tiyagi adalah pemimpin kelompok fundamentalis Hindu, Bajrang Dal.

“Demi Jihad cinta, anak muda Muslim memakai nama Hindu. Mereka memakai simbol-simbol Hindu seperti gelang bertali merah dan titik merah di dahi. Lalu mereka akan pergi ke komunitas dan kampus Hindu  dan merayu gadis-gadis Hindu. Negara-negara Arab yang mendanai kampanye ini dan madrasah menjadi tempat pelatihan gerakan ini.”

Beberapa kelompok Hindu termasuk organisasi sayap Partai Bharatiya Janata, Rashtriya Swayamsewak Sangh atau RSS, berkampanye dari rumah ke rumah.

Lewat kampanye ini mereka ingin meningkatkan kesadaran masyarakat di kota-kota kecil dan desa soal isu ini. 

Saat ini sekelompok warga desa di Uttar Pradesh Barat sedang diambil sumpahnya untuk tetap loyal pada agama Hindu. Supaya tetap melindungi perempuan di komunitas mereka dengan cara apapun.

Para aktivis Hindu kemudian membagikan selebaran berisi daftar apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Dalam selebaran itu juga ada nomor telefon yang bisa dihubungi masyarakat untuk menghindari – apa yang mereka sebut sebagai rayuan Jihad Cinta.

Kampanye ini menarik banyak peminat seperti ibu rumah tangga Kaushalliya Devi.

“Ini butuh banyak inisiatif. Kita semua punya anak gadis dan tugas kitalah untuk melindungi mereka.”

Walau BJP yang berkuasa tidak secara terbuka mendukung kampanye ini, beberapa anggota parlemen dari partai ini mendukung kampanye tersebut.

Yogi Adityanath adalah anggota parlemen partai Bharatiya Janata dari Uttar Pradesh.

“Kampanye ini harus dibawa ke tingkat nasional.  Menipu gadis Hindu atas nama cinta atau Jihad Cinta ini bukan hanya fenomena lokal. Ini bagian dari konspirasi internasional dan ISI Pakistan terlibat di dalamnya. Ini tidak bisa ditolerir dan siapa pun yang terlibat di dalamnya harus membayar mahal.”

Istilah Jihad Cinta pertama kali digunakan beberapa tahun lalu oleh kelompok Hindu dan Kristen di negara bagian Kerala dan Karnataka untuk menggambarkan dugaan pindah agama paksa yang dilakukan warga Muslim.

Tapi polisi di kedua negara bagian itu menyatakan mereka tidak bisa menemukan bukti adanya konspirasi semacam ini.

Kepolisian Uttar Pradesh yang saat ini tengah menyelidiki tuduhan ini juga belum menemukan bukti konklusif.

Pemimpin Muslim seperti Asrarul Haq mengatakan ini adalah kampanye kebencian untuk merusak citra komunitas Muslim.
 
“Kelompok nasionalis Hindu punya kebiasaan menggunakan setiap isu untuk kepentingan politik. Mereka menggunakan agama untuk urusan politik dan sekarang atas nama Jihad Cinta, mereka menggunakan cinta untuk mendorong genda politik mereka. Tujuannya untuk menciptakan kebencian terhadap komunitas tertentu dan melemahkan suasana kekeluargaan di negara ini.”

Bagi banyak orang termasuk beberapa kelompok perempuan, kampanye yang dilakukan kelompok Hindu ini memperlihatkan ketidakamanan dan kecemasan mereka melihat perempuan India yang semakin menegaskan kebebasan mereka dalam mengambil keputusan.

Charu Gupta adalah dosen sejarah di Universitas Delhi.

“Setiap kecurangan, penipuan, kekerasan dan pemaksaan terhadap perempuan harus sangat dikutuk.  Masalah muncul ketika semua jenis romantisme, cinta, kawin lari dan pernikahan antara seorang perempuan Hindu dan laki-laki Muslim ditulis ulang oleh organisasi Hindu sebagai pindah agama paksa.”

Gupta telah mempelajari masalah ini sejak lama. Kata dia, ada pola yang jelas dalam reaksi kelompok Hindu yang dianggapnya mundur satu abad.

“Saya punya bukti statistik, catatan polisi, catatan CID untuk mengatakan bahwa setiap kali ada eskalasi kekerasan komunal, organisasi Hindu menggunakan tubuh perempuan. Mereka menggunakan argumen cinta dalam perkawinan dan interaksi antar-agama sehari-hari untuk menggerakan masyarakat. Dan dalam kampanye ini, laki-laki Muslim terus digambarkan sebagai bajingan. Ada upaya untuk membangun rasa benci yang dirasakan semua orang Hindu.”

Seiring bergulirnya kampanye di Uttar Pradesh, peradilan telah melakukan intervensi dengan mengekspresikan keprihatinan mereka atas keterlibatan beberapa politisi dengan kampanye itu.

Uttar Pradesh akan melakukan pemilu akhir bulan ini.  Pengadilan telah meminta pemerintah dan Komisi Pemilihan Umum mengambil langkah mengatasi masalah ini. Mereka juga menentang para politisi yang menggunakan isu ini untuk menyulut ketegangan komunal.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending