Bagikan:

Mempromosikan Perdamaian dengan Bajaj di Pakistan

INDONESIA

Kamis, 19 Sep 2013 13:32 WIB

Mempromosikan Perdamaian dengan Bajaj di Pakistan

Pakistan, bajaj, Naeem Sahoutara, Saif Khan

Di Pakistan, bajaj dijadikan alat untuk menyebarkan pesan perdamaian.

Sebelumnya, bajaj-bajaj yang dicat warna-warni itu, biasanya ditutupi gambar atau lukisan kampanye politik. 

Tukang bajaj Muhammad Sarfaraz yang berusia 70 tahun siap menarik bajajnya.

Pria berjanggut putih panjang ini dikenal dengan nama “Aman Baba” atau “Paman Perdamaian”.

“Bajaj perdamaian ini mengantarkan pesan perdamaian. Masyarakat harus bisa hidup secara harmonis. Suatu hari seorang teman mengenalkan saya pada sebuah LSM yang mau mengecat bajaj saya. Saya dengan senang hati membolehkan mereka menuliskan apa saja. Semua orang yang membacanya juga menyukainya. Sekarang banyak orang yang memanggil saya Paman Perdamaian karena bajaj saya.”

Ada beberapa graffiti menarik dan lucu di bajaj itu. 

Ada gambar hati terbang membawa pesan universal ‘cinta, toleransi dan perdamaian’.

Yang lainnya “Saya menarik bajaj, bukan menembakkan peluru’.

Juga ada tulisan “Ayo bicara tentang perdamaian di Karachi’.

Ada jutaan bajaj di seluruh Pakistan dan mereka kerap digunakan untuk mempromosikan sikap politik atau paham keagamaan.

Tahun lalu, sekitar 300 anak muda yang tergabung dalam ‘Aliansi Anak Muda Pakistan’, ingin memanfaatkan bajaj-bajaj itu untuk tujuan berbeda.

Marium Kanwar, pendiri kelompok itu.

“Ada kelompok Damaat-ud-Dawa yang sangat terkenal. Mereka membuat pidato kebencian terhadap India, Amerika dan Israel. Itu terjadi di kota Lahore. Lalu kami melihat kalau bajaj-bajaj ini bisa digunakan, seperti yang dilakukan para politisi untuk berkampanye. Tapi kami menggunakannya untuk meyebarkan pesan perdamaian dan toleransi dan berharap ini bisa punya dampak, karena bajaj adalah media yang cocok.”

Awalnya ada 50 bajaj perdamaian yang digunakan sebagai alat kampanye oleh kelompok anak muda Pakistan itu.

Dan kini ada 100 bajaj lainnya yang sedang dihias ulang. 



“Sejauh ini, semuanya berjalan sangat baik. Media, masyarakat biasa, tukang bajai, seniman, sampai penumpang....semuanya mengapresiasi ini.”

Dan tukang bajaj, Kadar Dan mengatakan ini berdampak positif pada usahanya.

“Di bajaj saya ada kata 'kehidupan yang hilang adalah milik kita, darah tertumpah juga milik kita’. Seorang penumpang mengatakan ini adalah pernyataan yang menarik. Dan ini juga menaikkan pendapatan saya. Sekarang sehari saya bisa dapat 50- hingga 60 ribu rupiah.”
 
Terorisme dan ekstrimisme berkempang di Pakistan dalam satu dekake terakhir.

Ribuan orang terbunuh dan banyak yang terluka.

Banyak orang Pakistan, seperti Manzoor Ahmed Arain, seorang penglaju, merasa gagasan toleransi perlu disebarluaskan.

“Perdamaian harus tercipta di negeri ini, dan ini harus disadari Pemerintah dan warga negara. Putra saya dapat pekerjaan di Karachi tapi saya bilang padanya, lebih baik mati kelaparan dari pada tetap di sini untuk mati karena aksi kekerasan dan pelanggaran hukum.”

Dan tukang bajaj seperti Muhammad Sarfaraz akan terus mengendarai bajajnya menuju masa depan yang lebih damai....


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending