Fakhir bekerja di sebuah perusahaan IT di Islamabad.
Dengan alasan keamanan, ia hanya mau menyebutkan nama depannya saja.
Dia adalah bagian dari tim di balik situs pertama bagi komunitas LGBT di Pakistan ini.
“Kami melalui banyak rintangan. Kami tahu bagaimana cara hidup di tengah masyarakat seperti Pakistan, yang tidak mendukung sama sekali. Ide utamanya adalah untuk membuat website yang menyediakan tempat bagi orang-orang seperti kami ... untuk menunjukkan kalau mereka tidak sendiri. Dan dalam beberapa hari, kami mendapat respon yang baik dari berbagai tempat di negeri ini.”
Website “Queer Pakistan” dirilis bulan lalu dan sudah punya anggota 8 ribu orang.
Di sana, para anggotanya bisa menulis blog, berbagi ide atau mendaftar untuk berkonsultasi dengan pakar.
Setengah dari anggotanya adalah pria homoseks berusia 19 hingga 40 tahun.
“Semuanya tinggal di Republik Islam Pakistan. Ada yang Muslim, Kristen dan bahkan Ateis. Tapi mereka semua bersatu karena alasan yang sama, untuk memulai gerakan mengambil apa yang sebenarnya adalah milik kami.”
Dalam masyarakat konservatif seperti Pakistan, orang LGBT dilihat sebagai ‘kutukan’ dalam masyarakat.
Pemimpin agama seperti Mufti Munibur Rehman, mengatakan pemerintah harus melarang situs itu.
“Merupakan tugas pemerintah untuk mengawasi mereka. Pemerintah seharusnya melarang situs yang penuh dosa ini dan masyarakat harus memboikotnya.”
Di Pakistan, homoseksualitas dianggap bertentangan dengan Islam dan melanggar hukum.
Berdasakan KUHP negeri itu, terlibat dalam apa yang disebut sebagai ‘hubungan yang melawan hukum alam’ bisa dihukum penjara hingga 10 tahun atau bahkan dihukum mati.
Dan Otoritas Telekonomunikasi Pakistan punya kuasa untuk menutup situs-situs yang ‘bersifat menyerang’ kata juru bicaranya Kamran Ali.
Meski begitu, komunitas LGBT tetap ada di Pakistan.
Tahun lalu, Duta Besar Pakistan untuk PBB menulis surat kepada Dewan HAM PBB, yang menyatakan kalau hak-hak LGBT ‘tidak ada hubungannya dengan HAM’.
Jadi masih panjang jalan yang harus ditempuh sebelum seksualitas bisa dibicarakan secara terbuka, kata aktivis HAM, Farzana Bari.
“Jika ada orang-orang yang menciptakan ruang bagi LGBT, kita harus membiarkannya. Tapi ini tidak mudah. Isu ini masih tabu terutama dalam masyarakat seperti di Pakistan.”
Ali, 28 tahun, dipecat dari pekerjaannya di sebuah bank, begitu bosnya tahu dia seorang gay.
Tapi sekarang dia senang bisa bertemu teman baru lewat situs ini.
“Sangat menyenangkan bisa punya tempat untuk bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama. Tidak peduli walau hanya di dunia maya. Kami bisa merencanakan pesta atau pertemuan...setidaknya kami tahu kalau kami tidak sendiri.”
Dan Fakhir punya mimpi besar untuk situs itu.
“Kami terdorong untuk masuk ke dunia maya untuk membuat riak, yang bakal melibatkan orang lain, dan kelak membawa perubahan besar.”
Komunitas LGBT Pakistan Muncul di Dunia Maya

INDONESIA
Sabtu, 14 Sep 2013 13:03 WIB

Pakistan, Queer Pakistan, situs online, LGBT, homoseksualitas
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai