Bagikan:

Komisi Diskriminasi Ras Australia untuk Tangkal Rasisme Dunia Maya

Ketua Komisi Diskriminasi Ras Australia yang baru saja ditunjuk mengaku punya aturan yang tegas untuk menanggulangi masalah rasisme terkini.

INDONESIA

Sabtu, 07 Sep 2013 13:58 WIB

Komisi Diskriminasi Ras Australia untuk Tangkal Rasisme Dunia Maya

Australia, rasisme dunia maya, Dr Tim Soutphommasane, kejahatan dunia maya, Radio Australia

Ketua Komisi Diskriminasi Ras Australia yang baru saja ditunjuk mengaku punya aturan yang tegas untuk menanggulangi masalah rasisme terkini.

Dr. Tim Soutphommasane  yang berusia 30 tahun  ini menghabiskan masa kecilnya di selatan barat Sidney. Dia adalah generasi pertama orang Australia yang orangtuanya lari dari Laos pada 1970an, lantas tumbuh besar di Sidney.

Dia akan menjadi ujung tombak Australia untuk menanggulangi masalah diskriminasi dan rasisme. Dia sangat antuasias merancang strategi untuk menghapus fanatisme dan rasisme di dunia maya.

Emily Bourke dari Radio Australia berbincang dengan Dr Tim Soutphommasane.


Ketua Komisi Diskriminasi Ras Australia yang baru Australia mengaku rasisme masih sering terjadi.

“Sekitar 20 persen penduduk Australia melaporkan mereka mengalami pembicaraan penuh kebencian, penghinaan dan pelecehan secara verbal. 11 persen melaporkan, mereka bahkan dikeluarkan dari tempat kerja atau kegiatan sosial gara-gara warna kulit atau etnis mereka.”

Sebagai seorang migran, Tim Soutphommasane juga tak luput dari hal ini secara langsung.

“Saya adalah keturunan pertama orang Australia yang berdarah Cina dan Laos. Ini bukan hal yang mudah untuk disebut, tapi saya rasa itu merangkum identitas budaya saya. Saya mengalami yang namanya penghinaan ras. Sangat vulgar dan tidak menyenangkan. Tapi pada dasarnya ini adalah penyangkalan terhadap rasa hormat dan kesetaraan.”

Dr Soutphommasane mengatakan rasisme dalam bentuk baru semakin banyak ditemui.

“Contohnya, ketika seseorang menyorot sebuah isu, atau melempar bahan bercanda, atau jika seseorang mengeluh... tanggapannya kurang lebih seperti itu. Ayolah, jangan terlalu dianggap serius. Saya kira, respons seperti ini menganggap remeh persoalan prasangka dan diskriminasi ras.

Ini bukan cuma soal menyakiti perasaan atau penyerangan belaka.Ini adalah pergeseran budaya yang perlu dibenahi... supaya rasisme itu bisa dikenali... dan bahwa rasisme itu lebih ke soal dampak, juga niat.”

Kata dia, anak muda Australia mengikuti tren rasisme ini seperti tren bullying di sekolah.... bergeser ke ranah dunia maya.

“Rasisme jaringan maya merupakan masalah yang sangat serius. Jika kita tidak segera menanggulanginya dikhawatirkan ini dapat menjadi masalah sosial dan dapat menumbuhkan rasa ketidakpedulian jika pelecehan rasisme terjadi secara online di masa mendatang.”

Dengan peran barunya, Dr Soutphommasane mengaku ingin membuka diskusi baru soal rasisme dan cara menghentikannya.

“Yang diperlukan adalah perubahan setiap hari di setiap lapisan masyarakat, di tempat kerja, di sekolah-sekolah, di halaman belakang rumah Anda, di pesta BBQ ketika seseorang mengatakan sesuatu yang kurang terpuji.”

“Mungkin di masa lalu, kita terlalu santai membiarkan dam tidak mau repot akan hal-hal ini. Tapi jika kita semua mau mengambil sikap dan membujuk lainnya untuk melihat rasisme dari segi pandang yang berbeda maka besar kemungkinannya untuk mencapai perubahan.”

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending