Bagikan:

India Kembali Diguncang Kasus Pemerkosaan

Seorang jurnalis foto diperkosa beramai-ramai belum lama ini di Mumbai. Kasus ini mengejutkan penduduk Mumbai, yang dulu dianggap sebagai kota teraman bagi perempuan.

INDONESIA

Minggu, 01 Sep 2013 12:13 WIB

India Kembali Diguncang Kasus Pemerkosaan

India, pemerkosaan beramai-ramai, perempuan, Mumbai, Bismillah Geelani

Seorang jurnalis foto berusia 22 tahun yang diperkosa beramai-ramai belum lama ini di Mumbai, sudah keluar dari rumah sakit.

Polisi telah menangkap 5 pria yang dituduh terlibat dalam aksi itu dan pemerintah berjanji akan menggelar persidangan yang singkat.

Kasus ini mengejutkan penduduk Mumbai, yang dulu dianggap sebagai kota teraman bagi perempuan.

Ratusan laki-laki dan perempuan berunjuk rasa di luar sebuah kantor polisi di Mumbai.

Mereka meneriakkan ‘hentikan permerkosaan’ sambil memegang poster yang bertuliskan ‘Kami tidak akan mentolerir kekejaman terhadap perempuan’.

Madhumita, 30 tahun, salah satu pengunjuk rasa.

“Kami hanya minta kota yang aman sehingga kami tidak takut untuk keluar rumah. Kami ingin pergi bekerja, melakukan tugas-tugas yang menantang. Kami tidak ingin hanya duduk di kantor atau di rumah. Untuk itu kota-kota harus aman.”

Korban pemerkosaan adalah jurnalis foto berusia 22 tahun yang bekerja untuk majalah berbahasa Inggris.

Dia sedang bertugas mengambil gambar bangunan yang rusak di kota itu bersama teman prianya saat lima laki-laki menyerang mereka.

Teman prianya dipukuli dan diikat selama pemerkosaan terjadi.

Kolumnis terkenal Shobha De mengatakan Mumbai tidak lagi aman bagi kaum perempuan.

“Apa yang kita lihat dan rasakan saat ini seperti keadaan darurat bagi seluruh perempuan di India, bukan hanya di Mumbai atau Delhi. Satu-satunya perbedaan karena Mumbai dianggap kota yang sangat aman untuk perempuan pekerja untuk berkarir dan sukses. Tapi apa arti kesuksesan tanpa keselamatan?”

Ada lebih dari 200 kasus pemerkosaan yang dilaporkan dalam setahun terakhir di Mumbai, yang dianggap sebagai kota paling aman di India.

Tapi Komisioner Polisi Mumbai Satyapal Singh bersikukuh kalau kota itu tetap lebih baik dari kota lain.

“Hanya satu atau dua insiden tidak membuat kota ini menjadi tidak aman. Biro Pencatatan Kejahatan Nasional sudah membuat kajian tentang 53 kota. Dan dari 53 kota ini, angka kejahatan di kota Mumbai berada peringkat ke-48.”

Tapi pesannya jelas, kalau pemerkosaan harus dihentikan.

Milonie Bhat dari NDTV bergabung dalam aksi protes diam di Mumbai... ratusan jurnalis mendesak pemerintah untuk menjamin keselamatan perempuan.

“Kita semua duduk di sini untuk mengirim satu pesan yang jelas: selesaikan masalah ini. Tolong jangan biarkan ini terjadi pada orang lain. Kami bersuara atas nama masyarakat dan juga secara pribadi, atasi masalah ini.”

Kasus pemerkosaan beramai-ramai di Mumbai kembali memicu kemarahan masyarakat atas kekerasan seksual yang terjadi di India.

Dan itu membawa kembali kenangan mengerikan ... kata ibu dari korban pemerkosaaan beramai-ramai di Delhi tahun lalu.

“Ketika saya mendengar soal kejadian di Mumbai, saya langsung membayangkan wajah putri saya. Ini sangat menyakitkan. Satu-satunya cara untuk menghentikan insiden ini adalah menghukum berat para pelakunya.”

Pemerintah sudah memberlakukan hukuman yang berat untuk kejahatan seksual ... juga beberapa langkah lain untuk memastikan keamanan perempuan.

Tapi sudah hampir satu tahun berlalu... dan hanya sedikit perubahan di lapangan kata Ranjana Kumari, Direktur Pusat Penelitian Sosial.

“Ini menunjukkan kalau mereka yang melakukan kejahatan ini tidak takut. Mereka tidak takut pada hukum, polisi dan sistem peradilan. Mereka yakin akan lolos. Orang jahat berkeliaran bebas di masyarakat dan membuat perempuan tidak aman sama sekali.”

Kasus ini memicu perdebatan sengit tentang bagaimana mengakhiri meningkatnya kejahatan seksual terhadap perempuan.

Banyak yang mendorong pelaksanaan hukum yang lebih baik, memberikan hukuman yang berat dan reformasi peradilan dan polisi.

Tapi pengacara HAM Indiar Jaisingh mengatakan penting untuk mengatasi akar masalah.

“Saya merasa di satu titik, masyarakat kita telah gagal dan kita tidak bisa lagi menyalahkan polisi. Kita harus melihat tempat lain dan salah satu hal yang harus kita lakukan adalah menyampaikan informasi tentang seks dan seksualitas kepada anak-anak saat usianya masih muda. Dari situ mereka akan belajar bagaimana menahan diri dan seksualitas mereka.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending