Untuk kali pertama setelah gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011, Festival ‘Soma Nomaoi’ kembali digelar di distrik Haramachi Minamisoma. Jaraknya hanya 23 kilometer dari reaktor nuklir yang lumpuh, Fukushima.
Soma-Nomaoi semula adalah bagian latihan militer yang sudah berlangsung selama 1000 tahun. Alkisah seorang jenderal, nenek moyang penduduk Soma, melepas kuda-kuda liar ke sebuah laparangan. Kuda-kuda itu kemudian dikejar dan ditangkap pasukan kavalerinya dengan tangan kosong. Kuda-kuda yang berhasil ditangkap dipersembahan kepada Dewa Shinto. Festival yang dipusatkan di Lapangan Hibarigahara ini digelar untuk mengenang kembali latihan militer dan pertempuran para samurai yang berlangsung di daerah itu.
Acara ini dibuat semirip mungkin dengan kisah masa lalu dan berlangsung selama beberapa hari. Tahun ini, acara dihelat Juli lalu. Selain mengejar kuda liar dengan tangan kosong, juga ada kompetisi merebut bendera suci dan pacuan kuda.
Sebelum festival dimulai, para peserta berkumpul di acara api unggun dan “Upacara Keberangkatan”. Ini melambangkan upacara pelepasan prajurit ke medan perang dan meningkatkan keberanian mereka.
Keesokan harinya, dengan perintah seorang komandan, para peserta festival berdoa di sebuah kuil demi sukses bertempur. Setelah ini, diiringi ledakan granat dan tabuhan drum, mereka bersiap berangkat menuju ‘medan perang’.
Sekitar 300 penunggang kuda, laki-laki dan perempuan, berpakaian ala samurai lengkap dengan baju besi berbaris melewati jalanan prefektur yang disebut jalan Nomaoi, yang membentang dari utara ke selatan melalui distrik Haramachi pusat, menuju Lapangan Hibarigahara, tempat festival. Pasukan ini juga membawa bendera-bendera leluhur di punggung mereka, sebagai bentuk identitas keluarga. Pemandangan itu membuat penonton merasa seolah-olah mereka telah dibawa kembali ke masa perang.
Sesampai di sana, dimulailah rangkaian puncak acara: kompetisi menangkap kuda liar oleh 10 anak muda. Mereka berpakaian layaknya samurai berwarna putih mengejar kuda-kuda tanpa pelana di pelataran yang suci. Mereka menangkap kuda dengan tangan kosong lalu mempersembahkannya kepada Dewa Shinto.
Kemudian juga ada 45 samurai berbaju besi berpartisipasi dalam delapan pacuan kuda ‘Katchu-Keiba’. Mereka menunggang kuda di sepanjang jalur dengan membawa spanduk.
Selain itu, pasukan penunggang kuda juga berkompetisi dalam ‘Shinki Sodatsusen’ atau kontes bendera suci. Mereka harus mengambil bendera dari tiga kuil lokal, yang ditembak ke udara menggunakan kembang api.
Festival ini ditutup dengan acara religius yang disebut "Nomakake" yang diadakan di kuil Soma Odaka di distrik Odaka Minamisoma. Sebelum acara tersebut, kuil itu sudah dibersihkan dari zat radioaktif dan gerbang kuil ‘torii’ yang rusak akibat bencana alam tahun lalu juga diperbaiki. Ini bisa dilakukan setelah larangan masuk ke distrik Odaka dicabut.
Tahun ini Festival ‘Soma Nomaoi’ diadakan secara meriah untuk “membalas” tahun sebelumnya yang tak bisa digelar lantaran ada bencana nuklir di Fukushima disusul gempa bumi dan tsunami. Tahun ini, ada sekitar 45 ribu orang hadir di festival. Acara ini sekaligus menjadi simbol upaya pemulihan bagi kota Minami-Soma, yang terpukul berat akibat bencana nuklir pada 2011.
(Sumber : ajw.asahi.com, fukushimaminponews.com, web-japan.org)
Untuk kali pertama setelah gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011, Festival

INDONESIA
Sabtu, 07 Sep 2013 13:39 WIB

Jepang, Soma Nomaoi, pacuan kuda, Fukushima, Vitri Angreni
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai