Setiap pagi, Rebecca Kedari menarik gerobak melewati daerah pasar yang terletak di Pune India ini untuk mengumpulkan sampah rumah tangga.
Sepuluh tahun lalu dia bahkan tidak bisa masuk kawasan ini.
“Sebelumnya saya harus ke pinggir kota untuk mencari sampah kering dan membawanya pulang. Kondisi kerjanya sangat buruk dan saya butuh waktu sekitar enam jam untuk mengumpulkan semua sampah.”
Sekarang dia memakai kartu pengenal pemerintah daerah dan punya asuransi kesehatan.
Dia kini menjadi anggota serikat pemulung sampah yang berdiri tahun 1990an.
Setelah 20 tahun berdiri, Rebecca dan tiga ribu perempuan lainnya kini menjadi pengumpul sampah resmi di Pune.
Sampah basah yang dikumpulkan Rebecca kemudian dibawa ke tempat pemilahan sampah ini.
Plastik kecil, kardus dan sampah kering lainnya dipilah dengan tangan. Sementara sisanya ditaruh dalam sebuah mesin yang akan memotong-motong sampah itu hingga hancur menjadi kompos bermutu tinggi.
Sudjata Imtiaz Khan bekerja di sini.
“Saya mulai bekerja sebagai pemulung saat baru berusia 7 tahun untuk membantu ibu saya. Saat itu kami hanya punya makanan bila ada yang memberi. Sekarang pekerjaan saya lebih mudah karena kami bisa mengambil sampah dari rumah ke rumah. Saya bisa mendapatkan uang hampir 600 ribu rupiah ditambah 600 ribu lagi dari menjual sampah kering setiap bulannya.”
Total penghasilannya sekitar Rp 1,2 juta per bulan.
Uang ini cukup untuk membayar pinjaman untuk biaya pernikahan anak perempuannya dan menyekolahkan tiga anaknya yang lain.
Dia bisa memberikan pendidikan yang tak pernah dia cecap untuk anak-anaknya.
“Saya bangga anak saya bisa bersekolah meski dulu saya tidak pernah sekolah.”
Aparna Susarla adalah bagian dari koperasi di balik proyek ini, SWaCH.
Ini adalah kelompok pertama di India yang memusatkan daur ulang sampah.
“SWaCH adalah koperasi yang dimiliki para pemulung. Mereka terlibat dalam kepengurusan dan ikut serta mengambil keputusan.”
Dia menuliskan uang yang bisa mereka dapat dari barang-barang yang bisa didaur ulang.
Kata Rebecca, ia tak bisa melakukannya sendiri.
”Butuh banyak pemulung untuk melakukan pekerjaan ini karena mereka tahu mana benda yang bernilai. Saya tahu persis apa yang harus dicari. Saya tidak malu dengan pekerjaan saya, malah saya bangga. Ada orang-orang yang menghargai saya karena apa yang saya lakukan dan saya tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan.”
Kini Rebecca berteman dengan beberapa pemilik rumah mewah.
“Ya, saya sarapan di sana dan saya duduk di sofa! Hubungan kami sangat baik.”
Aparna Susarla mengatakan ini juga menguntungkan para pemilik rumah.
“Saya kira pandangan masyarakat sudah berubah. Mereka melihat ada pemulung yang datang ke rumah saya dan saya berinteraksi dengan mereka setiap hari. Para pemulung mengumpulkan sampah dari saya. Ada rasa percaya antara mereka dan saya. Jadi saya tahu sampah apapun yang saya hasilkan harus mereka ambil jadi saya harus memilahnya dengan baik.”
Daerah lain di India sedang mengamati apa yang terjadi Pune.
Kunci suksesnya adalah kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan serikat pekerja yang kuat.
Perempuan Pemulung Jadi Pengusaha Berbasis Lingkungan di Pune
Sekarang mereka memakai kartu pengenal pemerintah daerah dan punya asuransi kesehatan.

INDONESIA
Senin, 25 Agus 2014 14:21 WIB

India, pemulung, perempuan, SWaCH, Devi Boerema
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai