Meski ada ancaman akan terjadi aksi kekerasan dan intimidasi dari kelompok militan, animo masyatakat Afghanistan mengikuti pemilu presiden bersejarah putaran kedua ini sangat tinggi.
Tapi masyarakat masih menunggu siapa yang akan jadi pemimpin mereka.
Mudassar Ali, editor di kantor berita swasta terkemuka di Afghanistan, Pajhwok, yakin situasi ini akan berlanjut sampai beberapa pekan mendatang.
“Sikap kedua capres berbeda. Doktor Abdullah mengatakan kedua pihak bisa menjadi bagian dari pemerintahan masa depan, tapi Ashraf Ghani mengatakan sebaliknya. Ghani beralasan mengapa pemilu yang menelan biaya besar ini diadakan bila tidak ada pemenang?”
Hasil awal menyatakan bekas menteri keuangan Ashraf Ghani adalah pemenang pemilu dengan perolehan suara lebih dari 56 persen.
Namun, Pemimpin oposisi Abdullah Abdullah segera menolak hasil itu. Ia mengklaim telah terjadi kecurangan besar-besaran.
“Kami adalah pemenangnya. Kami tidak akan pernah membiarkan orang yang curang berkuasa.”
Ini memicu aksi protes secara luas para pendukungnya dan menciptakan ketidakpastian di Afghanistan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry melakukan upaya diplomasi dan berujung pada terciptanya kesepakatan antara kedua capres.
Ashraf Ghani mengatakan mereka telah sepakat untuk melakukan penghitungan ulang lebih dari delapan juta suara dan kemudian membentuk pemerintah persatuan nasional.
“Kami telah berkomitmen untuk melakukan audit dalam pemilu bersejarah di negara maju dan berkembang. 100 persen surat suara akan diaudit.”
Komisi Pemilihan Umum negara itu menyatakan akan mencoba mengaudit delapan juta lebih suara dalam tiga pekan ke depan. Tapi dalam situasi perselisihan politik ini, banyak yang memperkirakan audit akan butuh waktu lebih lama.
Penundaan itu membuat para pemilih Afghanistan kecewa.
Shabnam Ali adalah seorang guru SMA yang terlibat dalam kampanye di akar rumput untuk Ashraf Ghani.
“Komisi Pemilihan Umum telah mengumumkan Ashraf Ghani sebagai pemenang dalam hasil awal. Ini harus dihormati. Semua orang harus menunggu hasil akhir baru mengajukan keberatannya sesuai aturan hukum tanpa membuat kekacauan dengan aksi protes liar.”
Para pendukung Abdullah Abdullah juga tidak puas dengan proses audit yang bertele-tele.
Omer Amin adalah seorang pengusaha di Kabul.
“Kami mencoblos dengan antusias, tapi tidak ada hasilnya. Proses audit terlalu lambat dan para pemimpin tampak sibuk melakukan negosiasi untuk bagi-bagi kekuasaan.”
Jurnalis senior Muddasar Ali optimistis kalau Ashraf Ghani akan dinyatakan sebagai pemenang dan menjadi pemimpin yang baik bagi Afghanistan.
“Saat ini ada indikasi jelas kalau Ashraf Ghani telah muncul sebagai pemenang. Melihat pengalaman masa lalunya dan afiliasinya dengan organisasi internasional seperti Bank Dunia, orang bisa dengan mudah menyimpulkan kalau Ghani akan bisa fokus pada pengembangan ekonomi yang hancur akibat perang. Dia juga akan melakukan reformasi di bidang pendidikan. Selain itu dia telah menyusun rencana untuk memperkuat sektor sosial Afghanistan.”
Tapi pendukung Abdullah Abdullah menuduh Ghani meraih kemenangan dengan kecurangan.
Pasca Pemilu Afghanistan, Presiden Baru Belum Terpilih
Hasil awal menyebutkan kalau Ashraf Ghani adalah Presiden terpilih. Tapi pemimpin oposisi Abdullah Abdullah menolak hasil pemilu putaran kedua dilakukan pada Juni lalu itu.

INDONESIA
Senin, 11 Agus 2014 13:16 WIB

Afghanistan, presiden, pemilu, politik, Shadi Khan Saif
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai