Bagikan:

Keluarga Korban Sewol Tuntut Keadilan bagi Anak Mereka

Tapi keluarga korban lah yang merasakan tantangan terberat.

INDONESIA

Senin, 04 Agus 2014 11:25 WIB

Keluarga Korban Sewol Tuntut Keadilan bagi Anak Mereka

Korea Selatan, Sewol, kecelakaan, peringatan, Jason Strother

Sudah tiga bulan berlalu sejak kapal feri Korea Selatan Sewol terbalik dan menewaskan 300 penumpangnya. Ini merupakan tragedi nasional yang memicu reformasi di pemerintahan dan pencarian besar-besaran.

Tapi keluarga korban lah yang merasakan tantangan terberat -- hampir semua korban berasal dari SMA yang sama.
 
Ini adalah tempat peringatan sementara yang didirikan setelah bencana feri 16 April lalu.

Bentuknya berupa tenda raksasa yang dilengkapi pendingin ruangan dan altar besar. Di atas altar dipajang foto-foto para murid SMA yang menjadi korban kapal tenggelam. Bunga-bunga ditaruh di depan foto-foto itu bersama dengan makanan.

Di salah satu foto ada catatan yang ditaruh ibu korban, yang isinya keinginan si ibu untuk bertemu kembali dengan putranya satu hari nanti.
 
Di sinilah saya bertemu Kwon Oh-hyun yang berusia 27 tahun. Dia menunjuk potret adiknya yang memakai seragam sekolah.
 
“Adik saya bernama Kwon Oh-chun dan umurnya 16 tahun. Selama 15 tahun kami berbagi kamar yang sama dengan satu tempat tidur. Setelah dia meninggal, saya merasa kesulitan untuk tidur di kamar itu. Selama sekitar satu minggu saya harus tidur di dalam mobil. Saya rasanya tidak sanggup untuk kembali ke kamar itu.”
 
Tempat peringatan yang berdiri di kota Ansan ini merupakan pusat rumah duka bagi seluruh negeri. Ini juga menjadi tempat bagi keluarga mencari pelipur lara. Tenda-tenda lain juga didirikan di sekitar tenda utama, menawarkan berbagai layanan bagi para keluarga. Salah satunya adalah layanan konsultasi hukum.

Saya bertanya pada pengacara Jo Ah-ra, jenis bantuan apa yang dicari keluarga-keluarga ini.
 
“Para orangtua yang datang kemari ingin tahu bagaimana cara pemerintah membantu mereka, terutama bagi orangtua tunggal. Atau bagaimana cara menghapus foto-foto anak mereka yang ada di internet.”
 
Tapi Kwon Oh-hyun, juru bicara keluarga korban Sewol mengatakan banyak dari keluarga itu membutuhkan lebih dari sekedar konsultasi hukum. Setelah kecelakaan itu, banyak yang harus berhenti bekerja. Kata dia, beberapa keluarga hanya tinggal di rumah dan berkabung. Meski ada bantuan dari pemerintah, tapi ini belum cukup.
 
“Pemerintah memberi beberapa dukungan untuk menopang kehidupan dan konseling psikologis. Tapi jenis bantuan ini terbatas. Kami hanya mendapatkan dua bulan uang saku. Dan konseling trauma hanya untuk satu tahun. Apakah itu berarti kami seharusnya sudah merasa lebih baik setelah satu tahun mendatang?”
 
Beberapa mungkin tidak akan merasa tenang sampai tahu apa penyebab feri tenggelam.

Kwon mengatakan mereka berharap itu akan terungkap selama persidangan yang saat ini sedang berlangsung.
 
Televisi Korea Selatan sedang menayangkan gambar kapten kapal Sewol, Lee Joon-seok yang dibawa ke pengadilan dengan tangan diborgol. Dia dan tiga awak kapal lainnya dituntut melakukan pembunuhan karena kelalaian. Jika terbukti bersalah, mereka bisa menghabiskan sisa hidup mereka di penjara, atau bahkan dihukum mati.
 
Kwon Oh-hyun mengatakan keluarga korban terus menghadiri sidang. Dan apa yang mereka lihat membuat mereka kesal.

“Beberapa terdakwa tertidur di ruang sidang. Saya pikir beberapa dari kami sangat ingin memukul mereka.’
 
Tapi meski emosi, Kwon mengatakan akan menunggu sampai semua bukti terungkap sebelum mengambil kesimpulan. Dia ragu kecelakaan itu sepenuhnya tanggung jawab sang kapten.

“Sulit untuk menunjuk satu individu atau badan sebagai  penyebab bencana ini. Saya merasa kesalahan mendasar terletak pada sistem pemerintahan. Penjaga pantai tidak terlatih untuk menangani keadaan darurat ini. Perusahaan Chonghaejin Marine juga tidak mempersiapkan awak kapalnya agar bisa merespon dengan benar situasi seperti ini. Ini soal kurangnya standar keselamatan di negeri ini.”
 
Tapi mungkin bukti yang paling signifikan melawan awak kapal Sewol datang dari para korban sendiri. Beberapa sudah bersaksi secara tertutup di pengadilan tentang apa yang mereka alami saat kapal tenggelam.

Pengalaman mereka mungkin mirip dengan apa yang dialami Kwon Ji-hyuk yang berusia 17 tahun, yang sempat saya wawancarai setelah kejadian pada April lalu.

“Saya berada di lantai 4 kapal. Bersama saya ada sekitar 60 hingga 70 orang. Kemudian air mulai naik. Karena saya berada di depan kapal, saya melihat air datang. Ketika saya melihatnya, saya berteriak ke teman-teman saya ‘lompat’, dan saya melompat. Hanya sekitar 10 orang yang melompat sementara yang lain tetap tinggal. Air yang datang sangat cepat membuat kapal tenggelam dengan cepat.”

Baginya sudah jelas siapa yang harus disalahkan.
 
“Saya benar-benar marah pada kru feri. Jika kami diarahkan dengan tepat maka akan lebih banyak teman saya di lantai empat yang akan selamat. Kami tidak tahu apa  yang harus dilakukan selain melompat dari kapal.”

Kwon Oh-hyun, yang kehilangan adik dalam tragedi Sewol mengatakan dia dan keluarganya melakukan yang terbaik untuk mengatasi rasa kehilangan mereka.
 
“Ini tidak mudah bagi keluarga saya. Tahun lalu ayah kami meninggal. Belum tuntas rasa kehilangan kami hilang, menyusul adik saya. Kami merasa benar-benar hancur. Tapi sekarang, hidup kami telah kembali normal. Ibu saya sudah kembali bekerja dan saya melakukan apa yang saya bisa untuk membantu keluarga korban lainnya. Saya harap apa yang saya lakukan bisa membantu menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Itu kecelakaan yang seharusnya bisa dicegah.”

Kwon menambahkan dengan melakukan semua  ini dia percaya akan membantu adik dan semua teman-teman sekelasnya beristirahat dengan tenang.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending