Bagikan:

Tradisi Berbagi Istri di Nepal

Dengan sesama teman, kita biasa berbagi cerita, pengalaman atau tips. Tapi di Nepal, yang dibagi tak hanya itu... tapi juga istri!

INDONESIA

Selasa, 20 Agus 2013 11:28 WIB

Tradisi Berbagi Istri di Nepal

Tradisi, Upper Dolpa, Istri, Nepal, Aika Augustine

Di sebuah desa terpencil di pegunungan Himalaya, Upper Dolpa, tradisi berbagi istri ini sudah berlangsung ratusan tahun.

Praktik pernikahan di sana dilakukan lewat perjodohan. Pihak keluarga yang akan memilih calon istri untuk anak laki-laki tertua di keluarga. Nanti, si adik laki-laki diberi kesempatan untuk menikahi istri kakaknya – alias kakak iparnya sendiri. Jika si adik laki-laki masih muda, maka istri sang kakak bertugas untuk membesarkan mereka. Kelak jika sudah cukup umur, maka si adik bisa juga berhubungan seksual dengan kakak iparnya. Mereka percaya, dengan berbagi istri, banyak hal akan berjalan lebih mudah – termasuk pembagian harta warisan.

Uniknya, para lelaki di Desa Upper Dolpa ini tidak ada yang merasa cemburu jika mereka berada di rumah di saat yang bersamaan. Si adik laki-laki lah yang biasanya mengalah dan membiarkan si kakak tidur dengan istrinya.

Begitu pasangan suami istri tersebut punya anak – baik antara si perempuan dengan si kakak, maupun dengan si adik – maka semua suami ibunya akan dipanggil ‘ayah’. Tidak ada istilah ‘paman’ di sana. Dengan begitu, seorang anak di desa tersebut, bisa punya banyak ayah dengan hanya satu ibu. Para suami pun tak sungkan  berbagi tugas dengan istri mereka untuk memasak dan merawat anak, sementara si istri fokus pada pengaturan keuangan keluarga.

Namun sebuah badan amal asal Belanda, SNV memperkirakan, tradisi berbagi istri ini bakal hilang dalam dua generasi mendatng. Penyebabnya: zaman yang makin modern. Masyarakat semakin terbuka dengan gagasan-gagasan baru, salah satunya praktik pernikahan monogami.


Sumber: www.clickman.com , www.giggag.com, www.upi.com

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending