Bagikan:

Tidak Jelas, Nasib Pencari Suaka Rohingya di Thailand

Di sana, lebih dari 200 pencari suaka Rohingya merusak tempat penahanan. Mereka ingin keluar untuk merayakan hari raya Idul Fitri.

INDONESIA

Selasa, 20 Agus 2013 17:35 WIB

Tidak Jelas, Nasib Pencari Suaka Rohingya di Thailand

Thailand, pengungsi Rohingya, Burma, Myanmar, Kannikar Petchkaew

Ratusan ribu Muslim Rohingya meninggalkan Myanmar karena dianiaya.

Banyak yang kemudian terdampar di Thailand.

Ini hari raya Idul Fitri....saat Muslim di seluruh dunia, merayakan berakhirnya bulan suci Ramadan.

Tapi di Pusat Imigrasi Phang Nga, lebih dari 200 pengungsi Rohingya merasa sudah muak...

Setelah 9 bulan ditahan di sel tahanan yang penuh sesak di Thailand Selatan, mereka tak tahan lagi.

Mereka menuntut agar bisa bersembahyang bersama-sama di hari raya Idul Fitri.

Mereka juga ingin dibebaskan dan dikirim ke negara ketiga.


Tuntutan mereka ini ditolak. Mereka justru langsung dibawa ke kantor polisi.

Neti Khanboon, Direktur Pusat Imigrasi Phang Nga.

“Kami tidak mampu menjaga begitu banyak orang yang datang dan tinggal di sini dalam jangka waktu yang lama seperti ini. Kami memperkirakan akan makin banyak kejadian seperti ini karena mereka frustasi dengan situasi di sini.”

Saat ini Thailand menampung lebih dari 2000 orang Rohingya yang melarikan diri dengan perahu dari Myanmar. Sebagian besar berada di provinsi-provinsi bagian selatan.

Di bawah tekanan internasional, Pemerintah Thailand mau menyediakan tempat penampungan bagi mereka sampai Juli tahun ini.

Parinya Bunritreutaikul dari Amnesty International Thailand.

“Kami berusaha sangat keras meminta pemerintah Thailand untuk menciptakan situasi yang lebih baik bagi mereka atas nama kemanusiaan, Paling tidak, mereka dibolehkan mengikuti mekanisme PBB atau menerima bantuan.”

Amnesty telah mengirimkan surat terbuka kepada pemerintah Thailand menuntut pembebasan orang-orang Rohingya itu.

Mereka ingin melihat mekanisme nasional yang lebih baik untuk memastikan penilaian yang efektif dan adil atas klaim suaka mereka.

Pemerintah Thailand mengaku sudah melakukan yang terbaik di tengah situasi sulit ini.

“Kami tidak bisa mengusir atau mengabaikan mereka begitu saja. Tidak ada negara yang mau menerima mereka sebagai warga negara. Jika kami mengusir mereka, mereka akan menjadi korban perdagangan manusia. Kami tidak mengira jumlah yang datang makin banyak... dan kami tidak punya pilihan selain menampung mereka.”

Migran asal Rohingya sudah datang ke Thailand selama 30 tahun terakhir.

Di Bangkok, ribuang orang Rohingya berjualan makanan atau bekerja sebagai buruh harian.

Usia Abdul Mahmud hampir 50 tahun. Ia masuk Thailand secara ilegal 30 tahun lalu tapi sekarang sudah punya status minoritas resmi.

“Saya menikahi perempuan Thailand. Dulu saya sering ditangkap polisi dan dikirim ke perbatasan Thailand-Burma selama beberapa bulan. Istri saya kemudian meninggal saya dan sekarang saya tinggal dengan 3 anak saya. Banyak keluarga Rohingya yang berakhir seperti ini.”

Anak-anaknya punya kewarganegaraan Thailand tapi tidak begitu dengan anak-anak Rohingya lain yang lahir di Thailand.

“Pemerintah akan memberi mereka kesempatan untuk sekolah, dan hidup seperti manusia lain.”

Di sebelah utara di Chiang Mai, para mahasiswa tersentuh dengan foto-foto yang dipamerkan soal nasib orang Rohingya.

Salah satunya Mattanee Kanjam , 19 tahun.

“Ini mengerikan. Ini kali pertama saya melihat dan mengetahui kehidupan orang Rohingya yang menderita.”

Foto-foto itu diambil oleh fotografer Thailand, Suthep Kritsanavarin.

Selama 2 tahun ia berkeliling ke 6 negara untuk mendokumentasikan kehidupan orang-orang Rohingya.

Ia ingin menunjukkan penderitaan mereka pada dunia, sekaligus mendorong dialog damai antara masyarakat Rohingya dengan pemerintah Myanmar.

“Satu-satunya cara untuk mengakhiri masalah ini adalah dengan dialog. Tidak mungkin selamanya lari dan saling membunuh. Keduanya akan kalah.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending