Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) baru-baru ini menyebut pengusiran warga Syiah di Sampang ‘tidak manusiawi’.
Sudah hampir setahun ini, komunitas Syiah di Sampang Madura terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara setelah diusir dari kampung sendiri.
Jumlah Muslim Syiah kurang dari 3% dari total penduduk Indonesia... dan dalam beberapa tahun terakhir mereka jadi korban intimidasi.
Belum lama ini sekelompok orang Syiah bersepeda ke Jakarta untuk meminta perlindungan dari Presiden.
Muhammad Rasyid yang berusia 24 tahun tiba di Jakarta bersama pengungsi Syiah lainnya dari Sampang, Madura.
Mereka bersepeda selama 14 hari....menempuh ratusan kilometer ...untuk sampai ke Jakarta.
“Karena kita menaiki sepeda ontel untuk menagih janji kepada Bapak Presiden. Karena Bapak Presiden sudah menyatakan bahwa kasus Sampang cepat segera diselesaikan... Karena sampai hari ini tidak ada penyelesaian dan kami wajib menuntut hak-hak kami.”
Para pengungsi Syiah Sampang sudah tinggal di kompleks GOR itu selama hampir setahun.
Mereka terpaksa mengungsi menyusul penyerbuan ke kampung mereka di Sampang oleh 200an orang Agustus tahun lalu.
Sedikitnya 2 orang tewas dan 10 rumah rata dengan tanah dalam peristiwa itu.
Dan baru-baru ini pemerintah daerah memaksa mereka pindah ke kota lain dengan alasan ini akan ‘mempercepat proses perdamaian’.
Peristiwa ini terjadi kurang dari sebulan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima penghargaan internasional atas upayanya mempromosikan pluralisme dan Hak Asasi Manusia.
Hadi Joban, yang memimpin konvoi sepeda ke Jakarta ini, mengatakan Presiden Yudhoyono adalah harapan terakhir mereka.
“Mereka tidak memiliki apa-apa lagi, uang mereka tidak punya, mereka tidak memiliki mobil, mereka tidak memiliki motor jadi harta satu-satunya yang mereka miliki itu hanya sepeda dan untuk itu kita coba ini bisa mengetuk hati bapak presiden untuk bisa menerima mereka.”
Tapi sampai sekarang mereka belum bisa menemui Presiden.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Albert Hasibuan, bertemu dengan mereka dan menyampaikan ketidaksetujuannya atas keputusan merelokasi masyarakat Syiah.
“Kebijakan Pemda Sampang ini yang memindahkan secara paksa warga Syiah yang telah mengungsi di GOR Sampang selama 10 bulan ke Sidoarjo ini adalah kebijakan yang tidak manusiawi, tidak bijaksana dan tidak tepat. Karena kebijakan itu terlihat tidak menyelesaikan masalah. Bahwa kebijakan itu bukan penjabaran dari apa yang dimaksud Presiden SBY dengan adanya kerukunan dan toleransi.”
Albert mengatakan Watimpres akan mengusulkan pada Presiden untuk membentuk satuan tugas untuk menangani masalah ini.
Bujadin tinggal di tempat pengungsian bersama istri dan putranya yang berusia 4 tahun.
Dan putranya ini kerap minta pulang...
“Pak mari pulang pak, pulang kemana nak itu rumahnya sudah dibakar hangus nak janganlah kamu pulang.”
Bulan Ramadhan akan segera tiba... dan sebagai seorang Muslim mereka juga akan menunaikan ibadah puasa.
Rasyid mengatakan mereka ingin melaksakan ibadah ini di rumah sendiri.
“Kami tidak ada pilihan lagi permintaan kami semua bersama temen-temen yang dari GOR pilihan kami minta pulang sebelum bulan Ramadhan. Kasih tidak dikasih kita tetap pulang sebelum bulan suci Ramadhan. Karena kita mau berpuasa di kampung halaman kita sendiri.”
Pengungsi Syiah Bersepeda ke Jakarta Menuntut Hak
Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) baru-baru ini menyebut pengusiran warga Syiah di Sampang

INDONESIA
Jumat, 02 Agus 2013 18:46 WIB

Indonesia, komunitas Syiah, diskrimansi, Sampang, Tempo TV
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai