Bagikan:

Pencarian Panjang Pria Korsel Memulihkan Kehormatan Keluarga

Pemerintah Korea Selatan mengklaim, selama puluhan tahun, 2000 rakyatnya diculik Korea Utara. Namun keluarga para korban bukannya mendapat simpati, mereka justru dicurigai.

INDONESIA

Selasa, 13 Agus 2013 13:17 WIB

Pencarian Panjang Pria Korsel Memulihkan Kehormatan Keluarga

Pria Korea Selatan yang mencari kakaknya yang diculik, permusuhan kedua Korea

Korea Selatan menyatakan pembicaraan tingkat tinggi pertama dalam beberapa tahun ini dengan Korea Utara telah dibatalkan.

Padahal pembicaraan itu dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan keduanya pasca meningkatnya ketegangan selama berbulan-bulan di Semenanjung itu.

Permusuhan di antara keduanya berakhir 60 tahun lalu, tapi bagi beberapa keluarga, permusuhan bersifat pribadi.

Pemerintah Korea Selatan mengklaim, selama puluhan tahun, 2000 rakyatnya diculik Korea Utara. Namun keluarga para korban bukannya mendapat simpati, mereka justru dicurigai. 

BACA JUGA Menjembatani Kesenjangan Antara Korea Selatan dan Utara

Kita bertemu Ahn Yong-soo, seorang pria Korea Selatan yang mengaku hilangnya sang kakak menghancurkan kehormatan keluarganya.

Ahn Yong-soo menyambut saya di rumahnya.

Apartmen itu kecil tapi rapi dan saya duduk di depan rak yang dipenuhi tumpukan buku.

Dari sana, Ahn mengambil sebuah album foto dan menyerahkannya pada saya.
 
Ia menunjukkan sebuah foto hitam putih kakaknya, Ahn Hak-soo, yang diambil di pertengahan tahun 1960an.

Ia memakai seragam tentara Korea Selatan, tapi Hak-soo dikirim berperang melawan komunis di Vietnam.
 
Ahn Yong-soo mengatakan kakaknya tidak siap pergi ke medan perang.
 
“Saat kakak saya masih latihan militer di Korea  ia menulis surat dan mengikatnya di batu. Ia lalu melemparkannya keluar gerbang barak. Seseorang memungutnya dan memanggil keluarga saya. “
Q. Apa isi surat itu?
“Dia bilang latihannya sangat berat dan dia tidak mau ke Vietnam. Dia mau ayah saya mengeluarkannnya dari sana.”

Tapi itu tidak terjadi dan Ahn Hak-soo tetap dikirim ke Saigon.

Di album lain, Ahn menunjukkan kartu pos yang dikirim kakaknya dari medan perang... hanya beberapa minggu sebelum Hak-soo hilang.
 
Ahn masih ingat, saat itu bulan Maret 1967. Untuk kali pertama ia dan keluarganya sadar kalau kakaknya tidak lagi di Vietnam. 
 
“Seorang perempuan yang bekerja di sekolah ayah saya menghidupkan radio dan kami dengar suara kakak saya. Ia menyebutkan nama-nama keluarga saya. Tapi kami dengan cepat tahu kalau ini siaran propaganda dari Korea Utara. Saya merasa suara kakak saya sangat tegang. Ia tidak terdengar seperti orang yang bicara dengan bebas, tapi seperti membaca naskah.”
 
Kelompok HAM menyebut Pyongyang sudah lama punya siaran seperti ini.

Mereka  menampilkan terduga pembelot atau tawanan yang mengakui kejahatan yang dilakukan Korea Selatan atau pemerintah Amerika. Mereka bahkan memuji Korea Utara sebagai tempat yang indah.
 
Tapi Ahn Yong-soo mengaku ia tidak percaya.
 
“Kakak saya tahu kalau dia melakukan itu keluarganya akan dikutuk. Ia tidak akan pernah ke sana dengan kemauan sendiri.”
 
Pemerintah Korea Selatan punya pandangan berbeda.

Ahn mengatakan keluarganya dianggap bersalah dan ayahnya dipaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya dan dikirim bekerja di pabrik. Sementara Ahn dan adiknya ditolak masuk universitas.

Ahn menambahkan itu belum bagian yang terburuk.
 
“Mereka letakkan ember di kepala saya sehingga saya tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan pada saya. Mereka memukuli tubuh saya. Saya diancam dengan senjata dan pisau, Mereka mengantung saya dan memukul saya dengan sekop. Mereka menenggelamkan kepala saya dalam air yang dicampur bubuk lada. Mereka menunggu saya hingga tenggelam lalu menarik saya keluar. Mereka sangat mahir melakukannya.”
 
Ahn disiksa oleh pemerintahannya sendiri.... dan ini menyisakan cacat fisik dan mental permanen.

Ia menemukan ketenangan di gereja dan memutuskan jadi pendeta.... sambil terus mengobati rasa sakit dan cemas yang dideritanya.

Ini bukan kasus satu-satunya... banyak keluarga lain yang juga kehilangan anggota keluarga mereka yang diperlakukan dengan cara yang sama.

Lillian Lee adalah wakil dari Aliansi Warga untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara, sebuah kelompok yang mendukung keluarga orang-orang Korea Selatan yang diyakini diculik Pyongyang.
 
“Mereka sangat dikucilkan, Mereka dipandang punya hubungan dengan Komunis Utara. Mereka dipandang sebagai pengkhianat negara.”
 
Sepuluh tahun lalu, Ahn Yong-soo memulai pencariannya untuk membersihkan nama baik keluarga...sesuai permintaan ayahnya sebelum meninggal.

Setelah berusaha selama 6 tahun, sebuah terobosan pun terjadi.

“Seorang jurnalis memberi saya dokumen terkait peran Korea Selatan dalam perang Vietnam. Dokumen militer ini mencantumkan kakak saya sebagai tahanan perang. Saya menyampaikan hal ini ke Badan Intelijen Nasional dan meminta lebih banyak informasi. Lalu saya diberi dokumen terkait kakak saya dan Vietnam. Tanggal dokumen itu diubah, tapi bagian lain jelas menyatakan ia ditangkap di Vietnam.”
 
Ahn mempertanyakan ketidakkonsistenan ini pada pemerintah Korea Selatan.

Setahun kemudian pemerintah menyatakan Ahn Hak-soo sebagai tahanan perang.

Itu adalah kali pertama Seoul mengakui kalau ada orang Korea Selatan yang hilang selama perang Vietnam.

Tapi meski riwayat hidup kakaknya sudah direhabilitasi  juga ada kompensasi bagi keluarga, kehormatan keluarganya belum sepenuhnya pulih.

“Kementerian Pertahanan masih menolak mengakui kalau mereka tahu  kakak saya diculik. Sampai mereka mengaku, hanya separuh kehormatan keluarga saya yang kembali.”

Tapi seorang pegawai di Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan tidak ada rencana untuk menyelidiki kembali kasus  hilangnya Ahn Hak-soo.

Tak lama muncul dokumen pemerintah yang menyatakan Pemerintah Korea Utara telah mengeksekusi kakaknya pada 1975, setelah ia mencoba melarikan diri ke Cina.

Ahn sangat terpukul mendengar ini ... tapi ini memicu dia untuk meneruskan misinya.

“Lewat koneksi dengan saya pembelot Korea Utara, saya tahu kalau saudara saya sudah menikah dan punya seorang putra. Tapi setelah ia dieksekusi, keluarganya dikirim ke penjara. Sejauh yang saya tahu, mereka masih hidup dan saya ingin entah dengan cara apa mengeluarkan mereka dari sana.”

Menurut Ahn, ini tidak mudah... tapi ia siap melakoninya demi sang kakak.
 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending