Pemimpin oposisi Kamboja Sam Rainsy baru saja kembali ke negaranya untuk mengikuti pemilu yang akan dihelat akhir pekan ini.
Ia tinggal di Perancis setelah sebuah sidang in absentia memvonisnya 3 tahun penjara dengan tuduhan yang menurutnya bermotif politik.
Kerajaan mengampuninya pertengahan Juli ini dan ia langsung datang ke ibukota Phnom Penh untuk bertemu ribuan pendukungnya.
Lebih dari 400 ribu orang menyambutnya di bandara internasional Phonm Penh.
Salah satunya, Sam So Pheap, 42 tahun, yang tinggal 30 kilometer dari ibukota.
“Saya sangat senang bisa melihatnya hari ini dan saya sangat mendukung kepulangannya. Saya kira sekarang ia sudah tidak bersalah. Ia punya hak untuk memberikan suara dalam pemilu.”
Sam Rainsy kembali ke Kamboja untuk ikut pemilu yang diperkirakan bakal dimenangkan oleh Perdana Menteri Hun Sen dari Partai Rakyat Kamboja.
Ribuan orang menyanyikan lagu oposisi saat menunggu Sam Rainsy di Taman Kebebasan di Phnom Penh.
Bagi KongTouch, 65 tahun, kerumunan besar itu menunjukkan betapa besar dukungan bagi oposisi.
“Pendukungnya sangat banyak... kami bisa melihat pemimpin oposisi Kamboja, Partai Penyelamatan Nasional, sangat populer meski faktanya dia dinyatakan bersalah menurut hukum. Saya kira itu masalah politik. Saya mendukung pengampunan yang diberikan sang Raja.”
Kerumunan itu menyebut Sam Rainsy ‘pahlawan nasional’, saat mereka meneriakkan ‘kemenangan’!
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pengikut saya. Saya sangat senang bisa melihat rakyat menyambut saya. Saya juga berterima kasih kepada Raja yang memberi saya pengampunan dan mengizinkan saya kembali ke negeri ini.”
Rakyat Kamboja akan memberikan suaranya pada pemilu 28 Juli ini, yang diperkirakan bakal dimenangkan Perdana Menteri Hun Sen.
Hun Sen adalah salah satu Perdana Menteri yang berkuasa paling lama dan sudah menjabat selama hampir 30 tahun.
Sam Rainsy yakin ini saatnya perubahan.
“Kita harus melakukan perubahan total. Dari negara korupsi menjadi negara tanpa korupsi, dari ketidakadilan menjadi adil, dan mengubah negara miskin menjadi negara maju dan beradab.”
Ibu rumah tangga Pov Sokhai, 52 tahun, berjanji akan memberikan suara untuk oposisi.
“Saya senang bisa bertemu Sam Rainsy di sini saat pemilu. Saya ingin dia ambil bagian dalam pemerintahan. Dan saat ini ia datang untuk menyelamatkan kami. Saya harus memberikan suara untuk mendukung dia dan partainya.”
Sam Rainsy sendiri tidak bisa ikut pemilu. Namanya sudah dihapus dari daftar pemilu ... tapi kehadirannya diperkirakan akan menyemangati para pemilih.
Banyak mahasiswa terlibat dalam kampanye pemilu bagi partai oposisi.
Mereka memegang bendera partai dan poster yang menyoroti kebijakan partai bagi kaum muda... menuntut perubahan dalam pemerintahan.
Chan Soveit, pengamat dari Asosiasi HAM Adhoc.
“Menurut saya, ada sekelompok besar pendukung dan kebanyakan dari mereka adalah kaum muda. Dengan pemandangan politik seperti ini, Partai Penyelamatan Nasional Kamboja akan menjadi satu-satunya saingan partai yang berkuasa. Pemilu ini punya arti yang besar bagi kedua pihak.”
Dalam sebuah wawancara dengan Voice of Democracy Sam Rainsy yakin partainya bisa menang.
“Anda melihat begitu banyak pendukung yang menyambut saya di jalanan ... mungkin jumlahnya mencapai satu juta orang. Saya harap partai saya bisa menang pemilu dan kehadiran saya ini menunjukkan dukungan saya kepada Kamboja dan partai kami. Saya di sini untuk memperjuangkan kebebasan dan demokrasi bagi rakyat Kamboja.”
Pemimpin Oposisi Kamboja Berjanji Membawa Demokrasi
Pemimpin oposisi Kamboja Sam Rainsy baru saja kembali ke negaranya untuk mengikuti pemilu yang akan dihelat akhir pekan ini.

INDONESIA
Selasa, 20 Agus 2013 14:21 WIB

Kamboja, Pemilu, Sam Rainsy, oposisi, Borin Noun
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai