Bagikan:

Bar Tari di India Segera Buka Kembali

Bar tari yang dulu sempat populer di ibukota keuangan India, Mumbai, akan kembali dibuka.

INDONESIA

Sabtu, 03 Agus 2013 14:51 WIB

Bar Tari di India Segera Buka Kembali

India, bar tari, Mumbai, Bismillah Geelani

Bar tari yang dulu sempat populer di ibukota keuangan India, Mumbai, akan kembali dibuka.

Mahkamah Agung bulan lalu mengizinkan bar tari ini dibuka lagi. 8 tahun lalu bar-bar ini ditutup oleh pemerintah negara bagian.

Rashmi adalah orangtua tunggal berusia 32 tahun, bekerja sebagai pelayan restoran.

Penghasilannya saat ini lebih kecil dibandingkan yang dia peroleh sebagai penari di bar dulu.

“Saat saya masih bekerja di bar tari, kami punya rumah sendiri, anak-anak saya bisa masuk sekolah favorit dan keluarga kami hidup nyaman. Kami bekerja keras dan mendapatkan penghasilan yang lumayan dari profesi itu dan kami tidak pernah terdorong melakukan hal-hal yang tidak kami inginkan. Tapi sekarang, kami tidak punya rumah, anak-anak saya tidak bersekolah lagi dan keluarga tercerai berai.”

Bar tari adalah ikon kehidupan malam di Mumbai.

Penari seperti Rashmi mendapatkan uang dengan menghibur para pelanggan  pria yang datang untuk minum dan berjoget diiringi lagu-lagu Bollywood yang sedang populer.

Para pelanggan yang senang akan melimpahi mereka dengan uang tip.

Tapi 8 tahun lalu, pemerintah menutup bar-bar tari tersebut dengan alasan bar seperti itu merusak moral masyarakat.

R. R Patil, Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Maharashtra.

“Mereka secara terbuka melanggar ketentuan perizinan. Kami juga mempertimbangkan perlakuan buruk terhadap perempuan di bar tari. Dan setelah beberapa diskusi, majelis negara mengeluarkan resolusi dengan suara bulat yang menyetujui pelarangan.”

Sebelum dilarang, ada lebih dari 70 ribu perempuan bekerja di sekitar 1400 bar tari di negara bagian itu.

Varsha Kale, Ketua Asosiasi Penari Perempuan di Bar, mengatakan pelarangan itu membuat mereka menderita.

“Beberapa dari mereka bunuh diri dan banyak yang kehilangan keluarga. Awalnya kami pikir hanya penari yang akan menderita, tapi ternyata pelayan dan penyanyi juga ikut kehilangan pekerjaan. Semuanya jatuh miskin.”

Beberapa bahkan terpaksa menjadi pelacur...

“Awalnya tidak ada yang bisa mendorong penari bar melakukan hal lain. Tapi setelah penutupan bar, mereka terpaksa jadi pelacur. Mereka terpaksa menjual diri dan yang membeli mereka adalah orang yang sama dengan yang berteriak mendukung penutupan bar.”

Para penari dan pemilik bar melawan pelarangan itu lewat pengadilan.

Pada 1996, Pengadilan Tinggi Bombay membatalkan larangan pemerintah itu karena dianggap tidak konstitusional dan melanggar hak mencari penghidupan.

Pemerintah menuduh bar melakukan hal-hal cabul dan tidak bermoral.

Tapi pemilik bar Praveen Agarwal mengatakan pemerintah tidak bisa membuktikan dugaan itu.


“Mereka tidak bisa membuktikan tuduhan tersebut. Itu hanya untuk menunjukkan kalau polisi menggunakan gadis-gadis ini sebagai kambing hitam.”
 
Dan setelah 6 tahun, Mahkamah Agung juga menguatkan vonis Pengadilan Tinggi.

Pengacara senior Anand Grover mewakili para penari bar di Mahkamah Agung.

“Ini sebenarnya menegaskan hak perempuan kalau mereka bisa memutuskan apa pun yang mereka ingin lakukan. Brigade moral ingin mengendalikan ‘kebaikan bersama’, berpikir kalau mereka punya hak untuk menentukan apa yang orang lain harus lakukan. Mahkamah Agung membatalkan keinginan brigade moral itu.”

Tapi keputusan terbaru ini memicu kritik dari banyak pihak, termasuk dari kelompok perempuan.

Ranjana Kumari, Direktur Pusat Penelitian Sosial yang berbasis di New Delhi.

“Konvensi Organisasi Buruh Internasional, yang sudah ditandatangani India menyebutkan, setiap pekerja punya hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan bekerja sebagai penari bar tidak bisa dikatakan layak. Mengapa mereka menari? Untuk kesenangan sekelompok pria mabuk, untuk membangkitkan gairah mereka ... Jika perempuan digunakan untuk hal semacam itu, itu melanggar hak mereka untuk kehidupan bermartabat  dan mendapatkan pekerjaan yang layak. “

Koalisi berkuasa di negara bagian itu juga kecewa dengan vonis itu.

Menteri Dalam Negeri Patil mengatakan pemerintah akan merespon dan mengkaji ulang keputusan itu.

“Mereka semua menuntut agar bar tari tidak boleh dibuka lagi. Mereka mengatakan pemerintah harus membuat UU jika diperlukan, agar larangan ini bisa berlanjut.”
 
Bar tari bisa mendaftar lagi untuk mendapat izin dan beroperasi kembali.

Penari bar seperti Rashmi menyambut baik keputusan itu dan berharap bisa memulai hidup baru.

“Kami berharap pemerintah bisa mengembalikan kebebasan dan hidup kami seperti yang kami miliki 8 tahun lalu.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending