Indonesia kerap menjadi negara transit bagi pencari suaka yang mencari perlindungan ke negara lain.
Dengan jumlah yang kian membludak, Badan Urusan Pengungsi PBB di Jakarta pun kewalahan menghadapi pencari suaka yang mencari perlindungan dan hidup baru di negara yang aman.
Tahun ini saja ada 12 ribu pencari suaka, terutama dari Afghanistan dan Myanmar, yang telah mendaftar di kantor UNHCR Jakarta. 70 persen di antaranya mendapat status pengungsi.
Manuel Jordao adalah perwakilan UNHCR di Jakarta.
Rebecca Henschke memulai dengan bertanya soal kasus satu keluarga Muslim Rohingya dari Myanmar yang kini tinggal di kantor LBH Jakarta yang kami temui pekan lalu.
“Kami tahu keluarga itu. Mereka telah mendaftar dan menunggu diwawancara. Yang pertama datang, akan lebih dahulu diwawancara. Mereka harus menunggu. Kami tidak bisa mendiskriminasikan yang lain. Begitulah caranya. Jika kami bisa mendahulukan mereka, tentu akan dilakukan ... tapi kami tidak bisa.”
Q. Kenapa tidak bisa?
“Karena ada orang-orang yang lebih dahulu mendaftar.”
Q. Jadi Anda tak punya cukup banyak staf untuk menangani banyaknya pencari suaka yang datang ke sini?
“Ada waktu menunggu, ada daftar tunggu. Tidak semua orang bisa diakses di saat yang sama.”
Q. Mereka yang menonton kisah keluarga ini ingin tahu kenapa bisa sampai ada satu keluarga dengan 18 anggota tinggal di kantor LBH Jakarta... Apakah tidak ada alternatif lain bagi pencari suaka? Apa saja pilihan yang mereka punya?
“Pilihannya di Indonesia sangat terbatas karena Indonesia belum menandatangani konvensi internasional untuk pengungsi dan mengambil tanggung jawab untuk mengurus mereka.”
Q. Jadi Anda sendirian di Jakarta?
“Betul begitu, betul begitu. Sumber daya yang kami punya sangat terbatas untuk menolong mereka yang tidak berdaya, seperti perempuan dan bayi atau anak muda yang tak punya keluarga lagi.”
Q. Ada berapa orang yang ditolong UNHCR dari 14, 000 pencari suaka yang datang ke Indonesia?
“Sangat terbatas. Jumlah orang yang ditolong UNHCR itu sekitar 300 pengungsi. Ada 100 anak-anak yang dibantu di dua pusat pengungsian, sementara sisanya dibantu oleh Organisasi Migrasi Internasional IOM.”
Q. Berapa lama jalannya proses ini? Misalnya saya tiba di kantor Anda hari ini sebagai seorang pencari suaka, berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai klaim saya diproses?
“Kalau Anda datang hari ini mendaftarkan diri sebagai pencari suaka, maka Anda secara prinsip akan sudah terdaftar. Tapi butuh waktu lama untuk wawancara pertama. Butuh waktu sekitar 2-3 bulan karena ada antrian. Ada sekitar 14 orang di sini yang bisa melakukan wawancara untuk mengecek kredibilitas cerita Anda.”
Q. Bagaimana cara mereka menentukan cerita itu kredibel atau tidak?
“Ini butuh pelatihan selama setahun tentang bagaimana cara menerapkan Konvensi Pengungsi PBB. Pada dasarnya Anda harus bisa membuktikan dan menjustifikasi alasan Anda untuk tidak bisa kembali ke kampung halaman itu cukup kuat, dan kalau hidup Anda terancam kalau kembali ke sana.”
Q. Berapa persen pencari suaka yang datang ke sini dan diputuskan bahwa mereka adalah pengungsi yang kredibel?
“Sekitar 50 persen klaim yang masuk datang dari orang Afghanistan. Saya perkirakan sekitar 70% ditetapkan jadi pengungsi.”
Q. Itu cukup tinggi...
“Ya, karena sebagian besar pengungsi datang dari Afghanistan dan Myanmar, yaitu orang-orang Rohingya.”
Q. Jadi dalam 2 bulan, saya bisa dapatkan waktu wawancara untuk menentukan saya berhak menyandang status pengungsi atau tidak?
“Anda akan diwawancara dalam waktu 2 bulan. Lalu butuh waktu lagi 12 sampai maksimal 16 bulan untuk kami memproses dan mengabarkan pada Anda. Jadi total 1,5 tahun. Ini bukan angka yang ideal, tapi ini yang bisa kami lakukan sekarang.
Q. Begitu saya dapat status pengungsi, ada 3 pilihan. Pulang ke kampung halaman dengan sukarela, penempatan kembali di Indonesia atau penempatan kembali di negara ketiga seperti Australia. Dua pilihan pertama tak mungkin... jadi berapa lama saya bisa ditempatkan di negara yang aman?
“Ini tergantung pada negara yang dituju”.
Q. Misalnya saya mau ke Australia?
“Butuh waktu lebih dari 1 tahun dari saat kantor memasukkan kasus Anda kepada pejabat penempatan negara. Sangat penting untuk diketahui kalau penempatan kembali itu bukan kewajiban internasional kepada negara yang akan ditempati... ini adalah program budi baik.”
Q. Berapa persen pengungsi di Indonesia yang ditempatkan kembali tiap tahun?
“Kapasitas penempatan kembali hari-hari ini sekitar seribu pendaftaran per tahun. Dengan kapasitas UNHCR Jakarta saat ini, itu adalah yang bisa kita lakukan. Kami tidak bisa berbuat lebih banyak lagi.”
Q. Meskipun ada begitu banyak pencari suaka ke sini?
“Angka penempatan kembali tak akan bisa sebanyak angka pencari suaka dan pengungsi yang datang ke wilayah ini dan Indonesia.”
Q. Jadi pada akhirnya, para pengungsi itu tinggal di Indonesia karena mereka tak bisa ditempatkan lagi di mana-mana?
“Jumlah pengungsi di Indonesia yang tanpa solusi ini terus bertambah setiap hari. Dan ini angkanya lebih besar daripada mereka yang dapat penempatan kembali. Anda betul, penempatan kembali bukanlah solusi karena itu tidak bisa mengatasi banyaknya orang yang datang ke Indonesia dan wilayah ini.”
Q. Jadi ini menjadi masalah Indonesia saja?
“Juga masalah di wilayah. Karena itu kami katakan, terkait dengan banyaknya jumlah orang yang datang, sangat penting bagi negara-negara yang terlibat untuk duduk bersama dan menentukan bagaimana mengatasi ini secara kolektif. Jika problem ini tidak diatasi secara regional, yang terjadi hanyalah satu negara mengoper masalah kepada negara lain. Kami berkali-kali katakan kalau ini bakal menciptakan ketidakstabilan di wilayah yang ujungnya menambah problem politik yang ingin dihindari negara mana pun.”
Badan Urusan PBB di Jakarta Kewalahan Tangani Pencari Suaka
Badan Urusan Pengungsi PBB di Jakarta pun kewalahan menghadapi pencari suaka yang mencari perlindungan dan hidup baru di negara yang aman.

INDONESIA
Selasa, 20 Agus 2013 16:54 WIB

Indonesia, UNHCR, pengungsi, Rohingya, Rebecca Henschke
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai