Bagikan:

Serangan Anti-taliban Pakistan

Perdana Menteri menyatakan ini pilihan satu-satunya.

INDONESIA

Senin, 21 Jul 2014 12:02 WIB

Serangan Anti-taliban Pakistan

Pakistan, militer, Taliban, pengungsi, Naeem Sahoutara

Sejak 18 Juni lalau militer Pakistan telah membombardir daerah kesukuan Waziristan Utara.

Pejabat pemerintah menyatakan mereka telah membunuh 400 militan Pakistan dan asing yang mereka sebut bertanggung jawab atas serangan bom di kedua daerah perbatasan Pakistan-Afghanistan.

Pemerintah menyebutnya operasi Zarb-e-Azb, seperti nama pedang Nabi Muhammad.

Dan Perdana Menteri Nawaz Sharif menyampaikan pada rakyatnya kalau langkah ini harus ditempuh.

“Kami memutuskan menjadikan Pakistan daerah damai. Saya yakin operasi ini akan membuka era baru perdamaian dan kesejahteraan di negeri ini. Dalam satu dekade terakhir perang telah dilancarkan militan yang melawan pasukan bersenjata dan pasukan keamanan kami. Tempat ibadah, rumah, pasar, sekolah, bandara dan bagunan penting lainnya tidak aman karena mereka. Kita  mengalami pelarangan penerbangan internasional karena terorisme. Kerugian ekonomi yang kita derita hingga 100 miliar dollar dan juga mencoreng citra negara.”

Ini merupakan perubahan dramatis dari pesan awal tahunnya yang mengusulkan ‘pembicaraan damai’ dengan Taliban Pakistan.

Tapi ini berakhir bulan lalu, ketika militan menyerang bandara penting di negara itu di selatan kota Karachi.

Jaringan penerbangan rusak parah dan beberapa penerbangan asing menghentikan penerbangan menuju Pakistan.

Dan Perdana Menteri pun kehilangan kesabaran.

“Upaya tulus kami untuk menyelesaikan masalah ini lewat dialog tidak ditanggapi serius. Di satu sisi kita bicara soal perdamaian tapi di sisi lain, personil keamanan dan warga sipil dibunuh.”

Pada 2008, operasi serupa dilancarkan di Lembah Swat di daerah Kesukuan Waziristan Selatan. Operasi ini digambarkan berjalan sukses.

Tapi anggota militan di sana melarikan diri sebagai pengungsi di Waziristan Utara.

Analis Keamanan Ikram Sehgal mengatakan militer seharusnya menyerang daerah itu lebih awal.

“Beberapa tahun sebelumnya mungkin militer belum punya sumber daya atau belum ada keinginan politik.”

Militer Pakistan menyatakan telah menewaskan lebih dari 400 militan Pakistan dan asing dan telah menghancurkan puluhan pabrik pembuat bom dan menyita sejumlah besar bahan peledak dari Miram Shah, ibukota wilayah itu.

Selain itu militer menyatakan 26 prajurit tewas tapi tidak menyebutkan berlama operasi militer ini akan berlangsung.

Shazia Naeem kehilangan tiga anggota keluarganya dalam serangan bom bunuh diri di sebuah Gereja di kota barat laut Peshawar.

Ia senang pemerintah membalasnya.

“Mereka mempermainkan hidup orang-orang yang tidak bersalah. Bahkan melakukan serangan bom selama pembicaraan damai. Jadi apalagi yang bisa kita harapkan dari mereka.”

Kota barat laut Khyber Pakhtunkhawa adalah daerah yang paling menderita di tangan militant, dibandingkan daerah lain di negeri itu.

Haji Adil adalah senator dari Partai Nasional Awami, yang kehilangan puluhan pemimpin dan aktivisnya akibat serangan militan.

“Kami mendukung operasi militer dengan syarat tidak ada diskriminasi abtara militan asing dan lokal karena tidak ada Taliban yang buruk atau baik.”

Namun ada laporan yang menyebutkan kalau ratusan militan Taliban sudah melarikan diri ke negara tetangga Afghanistan.

Satu juta penduduk yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak juga harus mengungsi ke bagian lain Pakistan atau ke Afghanistan.

Di antara pengungsi ada puluhan ribu anak-anak.

Beberapa pengungsi mengaku sangat marah kepada militer karena membom rumah mereka.

Banyak yang tidak  percaya kalau pemerintah Pakistan bisa membantu mereka.

Kisah mereka banyak dimuat di media.

Pria yang meninggalkan rumahnya di kota Mada Khel bersama keluarganya ini sangat marah.

“Kami diping-pong ke sana kemari. Saya meningalkan rumah setelah operasi militer tapi pemerintah tidak menyediakan tempat penampungan alternatif bagi pengungsi. Padahal itu kewajiban mereka, sekaligus menyediakan makanan dan air bagi kami. Saya bilang ke orang-orang kalau lebih baik terbunuh di rumah daripada mengungsi dan tidak melakukan apapun.”




Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending