Bagikan:

Sekolah Berkurikulum Cambridge Bagi Anak Miskin Jakarta

Menurut sensus nasional terbaru, ada lebih 1 juta anak di Jakarta yang tidak punya akses untuk mendapatkan pendidikan dasar. Sebuah sekolah di Jakarta menawarkan harapan bagi anak-anak ini dengan menyediakan pendidikan murah tapi berstandar internasional.

INDONESIA

Selasa, 16 Jul 2013 16:46 WIB

Author

Vitri Angreni

Sekolah Berkurikulum Cambridge Bagi Anak Miskin Jakarta

pendidikan Indonesia, sekolah bagi anak miskin memakai kurikulum Cambridge in Jakarta

Menurut sensus nasional terbaru, ada lebih 1 juta anak di Jakarta yang tidak punya akses untuk mendapatkan pendidikan dasar.

Sebagian besar berasal dari keluarga miskin...yang penghasilannya kurang dari 10 ribu per hari.

Sebuah sekolah di Jakarta menawarkan harapan bagi anak-anak ini dengan menyediakan pendidikan murah tapi berstandar internasional.

Anak-anak sedang bermain di depan sekolah mereka – sebuah rumah petak berkamar 5 yang pintunya sudah rusak dan dinding yang dicorat-coret.

Nilai Kristiani sangat kental di sekolah ini...dan sekolah itu juga didanai sebuah yayasan pendidikan Kristen.

Samuel Lambok Nainggolan adalah pendiri Sekolah Harapan Bagi Bangsa.

Sekolah ini didirikan untuk anak-anak miskin yang tinggal di sekitar sekolah ... tapi menggunakan kurikulum internasional.

“Kenapa? Bedanya adalah kalau di Cambrigge kami melihat anak-anak itu mereka cepat menanggap jadi tidak banyak hanya membaca tetapi di Cambridge ini mereka diajar langsung ke prakteknya jadi anak-anak cepat menangkap. Dan dibarengi gambar-gambar yang ada. Jadi itu artinya mereka itu belajar, tidak belajar hanya menghafal tapi benar-benar mempraktekkannya.”

Sekolah sudah menggunakan kurikulum berbasis bahasa Inggris ini selama empat tahun.

Pelajarannya menggunakan bahasa Inggris...dengan buku pegangan bahasa Inggris dan gurunya juga menggunakan bahasa Inggris.

Mereka juga bisa mengakes internet memakai dua buah komputer yang ada di sekolah itu.

Kepala sekolah SD, Rosliana Saragih, mengatakan mereka menggunakan banyak alat peraga untuk mendukung proses belajar.

“Kalau di sini kan kita memakai apa yang ada di sekitar kita. Kayak saya ni saya belajar plant, tanaman,. Saya ambil saja tanaman yang ada di situ, belajar apa itu akar, apa itu daun, apa itu buah, saya ambil dari apa di sekitar kita gitu. Dengan demikian anak-anak bisa ditangkap dengan cepat. Oh akar itu begini, daun itu begini, buah itu begini.  Ini bahasa inggrisnya. Jadi saya menggunakan apa yang ada disekeliling saya.”

Di Indonesia, makin banyak berdiri sekolah internasional yang menggunakan kurikulum internasional, termasuk Cambridge...tapi biasanya orangtua harus membayar mahal untuk itu.

Tapi sini orangtua hanya perlu membayar 30 ribu rupiah per bulan.

Ibu guru Dona Kristina Ivana, mengatakan pada saya salah satu cara menekan biaya sekolah.

“Karena semua bukunya kita fotokopi. Jadi kita nga beli buku cetakan karena itu harganya terlalu mahal.”

Sekolah itu terletak di Pulo Gebang, salah satu pemukiman miskin di Jakarta.

Sebagian besar masyarakat di sini bekerja di sektor informal...seperti pemulung, pengamen atau sopir.

Tracy, 9 tahun, salah satu murid sekolah itu.

Ia memulung dan menjual sampah sepulang sekolah.

“Mulung dari pulang sekolah jam 1. Makan dulu lalu jam setengah 2 sampai jam 4. Entar mandi. Habis mandi bikin PR.”

Riatamina yang berusia 34 tahun adalah ibu Tracy.

“Kalau sekolah disitu saya akuin dia tambah pinter. Kan selama ini nilainya doang yang bagus. Emang sekarang tambah perkembangan gitu.tambah cerdas dia gitu. Soalnya kan dia kan nga pernah juara dari TK, baru inilah dia juara dua. Bangga sekali saya.”

Sekolah dasar negeri di Indonesia gratis bagi setiap anak.

Tapi warga miskin kerap mengeluhkan ada biaya-biaya siluman dan rendahnya mutu pendidikan di sekolah negeri.

Pendiri sekolah, Samuel, mengatakan mereka ingin memberi harapan bagi keluarga miskin di wilayah ini.

“Ada banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Dan yang kedua dulu daerah ini adalah daerah yang marjinal, yang mungkin boleh dikatakan orang kurang punya hatilah untuk menjangkau daerah ini. jadi bagaiamana anak-anak di sini bisa sekolah”

Tracy sudah pulang sekolah dan siap untuk memulung

Q. Apa cita-citanya? Dokter.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending