Bagikan:

Pemerintah Afghanistan Mengancam Boikot Dialog dengan Taliban

Pemerintah Afghanistan mengancam akan memboikot usulan dialog antara Amerika Serikat dan Taliban.

INDONESIA

Selasa, 16 Jul 2013 16:47 WIB

Pemerintah Afghanistan Mengancam Boikot Dialog dengan Taliban

Pemerintah Afghanistan, Taliban, pembicaraan damai, Radio Australia

Pemerintah Afghanistan mengancam akan memboikot usulan dialog antara Amerika Serikat dan Taliban. Langkah ini dianggap bisa menghapus harapan akan terciptanya perdamaian di negeri itu.

Awalnya Presiden Hamid Karzai sangat antusias dengan perundingan itu. Tapi belum lama ini dia mengatakan pemerintah tidak akan ambil bagian dalam perundingan jika tidak dipimpin Afghanistan.

Kematian dan kehancuran adalah pemandangan sehari-hari bagi masyarakat di ibukota Afghanistan, Kabul. Mereka sudah lelah dan ingin ini segera berakhir.

“Pertempuran bukan solusi. Kita harus menemukan cara untuk membangun perdamaian di Afghanistan. Kami menyambut setiap langkah perdamaian, entah itu di Qatar atau tempat lain. Tuhan akan membantu orang Afghanistan menciptakan perdamaian dan stabilitas.”

Taliban mengisyaratkan bersedia mempertimbangkan solusi politik untuk mengatasi konflik ini. Tapi  sikap ini ditanggapi skeptis oleh masyarakat, karena Taliban selama ini hanya melakukan aksi kekerasan.

“Kami tidak optimistis dengan berdirinya kantor Taliban di Qatar karena kami sudah melihat bagaimana sikap Taliban di masa lalu. Mereka tidak bersedia untuk berdamai. Kami telah menyerukan perdamaian berkali-kali tapi mereka menanggapi keinginan rakyat itu dengan aksi kekerasan. "
Namun dengan dibukanya kantor perwakilan baru Taliban di ibukota Qatar, Doha, beberapa pihak melihat ini sebagai sinyal kalau para pemberontak itu bersedia berkompromi.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai awalnya antusias dengan dialog itu... bahkan mengumumkan kalau mereka bakal bertemu dengan Taliban di Doha.

Tapi begitu Amerika Serikat menyatakan akan ikut dalam pertemuan itu, Karzai berubah pikiran. Ia bahkan mengancam akan memboikot pembicaraan damai itu.

Presiden Karzai marah karena Taliban menggunakan nama Emirat Islam Afghanistan dan mengibarkan bendera yang dulunya digunakan saat mereka berkuasa.

Dia juga ingin Taliban berhubungan langsung dengan para pejabatnya, bukan dengan Amerika Serikat.

Heather Barr adalah analis soal masalah Afghanistan dari Human Rights Watch.

“Jelas kalau Karzai merasa dikesampingkan. Proses ini telah berlansung lama dan kini Amerika Serikat juga berusaha berdialog dengan Taliban.”

Saat ini, Presiden Karzai juga telah menghentikan pembicaraan bilateral dengan Amerika Serikat terkait  penentuan jumlah pasukan yang akan tetap tinggal di Afghanistan setelah 2014.

Heather Barr mengatakan itu menandai memburuknya hubungan Amerika - Afghanistan.

“Yah, kedatangan Amerika ke Qatar bisa dilihat seperti memberi legitimasi pada Taliban. Amerika Serikat punya dua hubungan dengan Afghanistan, satu dengan Taliban, satu lagi dengan pemerintah Karzai. Anda bisa melihat, ini yang membuat Presiden Karzai marah.”

Upaya dialog sebelumnya pada 2012 tidak berjalan karena Taliban keberatan dengan partisipasi pemerintah Afghanistan dalam pembicaraan itu.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending