Bagikan:

Merayakan Satu Abad Hadiah Nobel Bagi Rabindranath Tagore

Rabindranath Tagore adalah orang non-Eropa pertama yang memenangkan hadiah Nobel. Perayaan 100 tahun hadiah Nobel bagi Tagore diadakan di Swedia.

INDONESIA

Selasa, 16 Jul 2013 16:48 WIB

Author

Ric Wasserman

Merayakan Satu Abad Hadiah Nobel Bagi Rabindranath Tagore

Swedia, Rabindranath Tagore, Hadiah Nobel, Ric Wasserman

Rabindranath Tagore adalah orang non-Eropa pertama yang memenangkan hadiah Nobel.

Penghargaaan itu diserahkan pada 1913 lalu, tapi karyanya tetap dikenang hingga sekarang.

Mahakarya Tagore Gitanjali adalah seri puisi provokatif yang memenangkan hati para juri Nobel saat itu.

Untuk merayakan 100 tahun hadiah Nobel bagi Tagore, Swedia mengundang Sharmila Tagore, salah satu bintang film India terkemuka untuk ikut mengenang Tagore.

Sulit rasanya bagi orang India atau Bangladesh untuk membayangkan dunia tanpa Rabindranath Tagore. 

Hingga kini syairnya masih digunakan untuk mengekspresikan banyak hal di daerah-daerah yang menggunakan bahasa keempat terbesar di dunia, bahasa Bengali.

Tagore meraih Nobel bidang sastra tahun 1913 dan sejak itu dunia terus mengagumi karya-karyanya.... karena puisinya masih relevan hingga kini.

Tagore pulalah yang mempopulerkan kata ‘Mahatma’, yang artinya jiwa besar, julukan bagi Gandhi.

Dan masih banyak lagi, kata aktris legendaris India, Sharmila Tagore, cicit keponakan sang pemenang Nobel itu.

”Dia menulis lagu kebangsaan India dan Bangladesh.”

Sharmilla Tagore datang ke Swedia untuk berpartisipasi dalam ’Gitanjali’, acara penghargaan  khusus untuk seri puisi Tagore yang memenangkan hadiah Nobel, satu abad silam.

Musik ini adalah penafsiran atas puisi, esai, dan lagunya yang diiringi beberapa penari tradisional.

“Menurut saya pemikirannya sangat relevan sampai sekarang. Jika sedang turun hujan dan Anda berada dalam suasana romantis, Anda mengutip Tagore. Bila Anda ingin bersikap patriotik, Anda mengutip Tagore. Dan juga jika bicara soal anak-anak atau spiritual. Jadi dia menulis semua hal. Ini seperti kompilasi besar yang menggambarkan setiap suasana hati dan situasi.”

”Dalam sukacita hatimu, mungkin kamu merasakan sukacita hidup. Yang bernyanyi di suatu pagi di musim semi, menyebarkan sukacitanya dalam seratus tahun.”

Tidak seperti yang lain, Tagore membantu menyatukan elemen-elemen kehidupan yang berbeda.

”Bagaimana manusia dan alam saling berhubungan. Dan Setiap kali Anda membacanya, makin banyak yang terungkap. “

Perayaan 100 tahun ini menarik kedatangan banyak orang India yang tersebar di Swedia.

Shantanu Dasgupta melihat Tagore sebagai guru bahasa, sekaligus mata rantai yang penting bagi budaya India Utara.

”Terutama bagi orang-orang Bengal, karena kami merasa apa pun yang kami bicarakan, seperti ekspresi emosi atau pikiran intelektual kami,  dipengaruhi Tagore. Sebelum Tagore, tidak begitu banyak cara untuk mengungkapkan perasaan kami. Jadi Tagore berkontribusi besar dalam bahasa Bengali, hampir seperti Shakespeare dalam bahasa Inggris.”

Emosi-emosi itu diterjemahkan dalam lagu dan tari, merangkai teks politik, sosial, dan spiritual yang sulit menjadi semacam opera rakyat.

Dan orang-orang muda mulai menemukan kejeniusannya.

Dalam acara itu, anak-anak laki-laki dan perempuan membawakan puisi Tagore dalam bahasa Swedia.

Direktur perusahaan yang mengadakan acara ini Sangheeta Datta, mengatakan Tagore menekankan betapa universalnya pemikiran Hindu, Muslim dan Kristen.

”Setiap peradaban, setiap budaya, berbeda satu sama lain. Masyarakat juga berbeda, manusia juga berbeda. Tapi untuk mengakui perbedaan itu dan masih bisa berdialog, butuh rasa komunikasi. Itulah pesan berharga yang bisa kita ambil dari Tagore dan menerapkannya di dunia saat ini.”

Menjelang puncak acara malam itu, Sharmila Tagore, membaca ayat terakhir dari Gitanjali ... dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Saya tanya kepada dia, mengapa tersenyum?

”Ada kesatuan yang kita semua rindukan. Ada kaitan. Ada kebahagiaan.”



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending