Bagikan:

Festival Film Bertema HAM Pertama di Burma

Burma baru-baru ini jadi tuan rumah festival film internasional pertama yang bertemakan HAM. Ini menunjukkan, perubahan besar tengah terjadi di negeri yang begitu lama menutup diri dari dunia luar.

INDONESIA

Selasa, 16 Jul 2013 16:45 WIB

Festival Film Bertema HAM Pertama di Burma

Burma, Festival Film, HAM Burma, Survival in Prison, Banyol Kong Janoi dan Lamin Chan

Burma baru-baru ini jadi tuan rumah festival film internasional pertama yang bertemakan HAM. Ini menunjukkan, perubahan besar tengah terjadi di negeri yang begitu lama menutup diri dari dunia luar.

Ini sekaligus jadi festival kedua terbesar yang pernah berlangsung di sana.

Festival selama tiga hari itu menampilkan beragam dokumenter, tanpa sensor dan kerap kritis...sebuah acara langka bagi masyarakat di sana setelah puluhan tahun berada di bawah kekuasan militer.

Sebaris kalimat muncul di layar, “semua manusia dilahirkan bebas dan setara.”

Ini menandai pembukaan festival film bertema HAM pertama di Burma.

Festival ini gratis dan berlangsung selama tiga hari.

The Human Rights Human Dignity Film Festival menampilkan lebih dari 50 film asing dan lokal yang bertemakan hak asasi manusia... sebuah topik tabu di masa lalu.

Dulu, siapapun yang bicara soal HAM akan berhadapan dengan resiko dipenjara dalam waktu lama.

Aung Zaw Moe, 21 tahun, menggunakan filmnya yang berjudul “Still in the dark: a piece of perfection”, yang bercerita tentang hak berkomunikasi.

“Telepon merupakan alat komunikasi dasar bagi masyarakat untuk saling berkomunikasi. Kami butuh kartu telepon murah sehingga semua orang mampu membelinya.”

Min Htin Ko Ko Gyi adalah ketua festival tersebut.

“Saya tidak mau menjadi seniman yang hanya membuat karya untuk kepentingan diri sendiri. Saya ingin memberikan kontribusi kepada negara selama masa transisi ini. Diputarnya film bertema HAM di bioskop bukan tujuan utama, yang lebih penting adalah sesi tanya jawab. Masyarakat umum bisa datang dan menonton film-film ini dan mendiskusikannya. Dengan cara ini kita bisa membuat orang awam menyadari tentang HAM lewat hiburan.”

Su Lat Nada, 19 tahun, akan melanjutkan sekolah ke luar negeri.

Ia merasa terinspirasi oleh film-film itu.

“Dulu saya tidak tahu soal HAM. Tapi sekarang saya tahu tapi sedikit sekali. Jadi saya akan belajar lebih banyak lagi nanti. Kami tidak pernah punya kesempatan seperti ini sebelumnya. Sekarang semuanya dibolehkan. Kami bisa bebas bicara dan melihat semua hal.”

“Survival in Prison” adalah film yang terpilih jadi pembuka festival itu.

Film ini mendokumentasikan kehidupan tahanan politik Zaw Htway, yang dibebaskan setelah 12 tahun dipenjara... sebuah kisah yang menyayat hati tentang kehidupan di balik jeruji besi.

Zaw Htway dibebaskan tahun lalu setelah mendapatkan pengampunan dari Presiden Thein Sein, bersama dengan ratusan tapol lainnya.

Presiden menuai pujian atas langkah reformis ini tapi para aktivis mengatakan ada ratusan tapol lain yang masih mendekam di penjara.

Nan Theik, 29 tahun, sutradara film ini.

“Di masa lalu, saya tidak bisa membayangkan bisa membuat film dokumenter seperti ini. Tapi ternyata bisa. Tapi saya masih khawatir kalau polisi akan datang, menanyai dan menangkap saya. Apa benar ada perubahan di negeri ini? Ya benar. Tapi mereka belum berubah.”

Film itu mendapat penghargaan tertinggi, “Aung San Suu Kyi Award” dan acara penganugerahan diadakan di hari ulang tahun Suu Kyi.

Dia juga menjadi anggota dewan juri festival itu.

“Jika orang muda kita baik-baik saja, maka masa depan negara kita akan baik-baik saja. Dengan kreativitas dan kecerdasan yang mereka tunjukkan di festival film ini, kita yakin dengan memberikan hak dasar pada semua orang, pada kaum muda....negara kita akan membuat kemajuan dramatis dalam waktu yang sangat singkat.”

Festival ini akan melakukan tur dan membawa semua film ke 13 desa yang bahkan tidak punya bioskop.

Sutradara yang meraih penghargaan Yee Nan Theik, mengatakan penting untuk mendengarkan pendapat masyarakat.

“Saya ingin mempersembahkan penghargaan ini untuk mereka yang dipenjara karena apa yang mereka yakini. Hadiah yang saya dapat ini juga akan sangat membatu karir saya.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending