Bagikan:

Tahanan Politik Kachin Masih Dipenjara

Sehari setelah Uni Eropa mencabut sanksinya pekan lalu, pemerintah memberikan amnesti kepada 93 tahanan - 59 diantaranya tahanan politik. Tapi Brang Shawng masih dipenjara.

INDONESIA

Sabtu, 15 Jun 2013 18:13 WIB

Tahanan Politik Kachin Masih Dipenjara

Tahanan Politik Burma, Negara Bagian Kachin, amnesti untuk pemimpin politik

Sehari setelah Uni Eropa mencabut sanksinya pekan lalu, pemerintah memberikan amnesti kepada 93 tahanan - 59 diantaranya tahanan politik.

Tapi di Negara Bagian Kachin, para aktivis mengklaim ratusan tahanan politik masih di penjara.

Sebagian besar dituduh menjadi simpatisan kelompok pemberontak, seperti Brang Shawng.

Di kamp pengungsi di Myitkyina, Ze Nyoi yang berusia 40 tahun masih ingat betul hari saat suaminya Brang Shawng dibawa pergi setahun lalu.

“Hari itu Minggu malam pukul 9. Ada petugas datang dan mengatakan mereka punya beberapa pertanyaaan. Karena itu mereka akan membawa suami saya. Ketua kamp juga ikut bersama mereka. Lalu mereka membawa suami saya ke ruang pemeriksaan.” 

“Besoknya kami kembali lagi ke sana. Petugas meminta kami membeli makanan untuk suami saya dan berjanji akan mempertemukan kami. Tapi kami tidak pernah diijinkan lagi mengunjungi dia.”

Brang Shawng dituduh menjadi kapten di Tentara Pembebasan Kachin dan terlibat dalam rencana pengeboman.

Ia dikembalikan ke kamp selama tiga hari hanya untuk ditangkap secara resmi.

“Suami saya hanya mengenakan celama pendek saat mereka membawanya. Saat pertama kali saya melihat dia lagi, dia mengenakan sarung sehingga lukanya tidak terlihat. Seluruh tubuhnya terluka. Saya bahkan tidak mengenali wajahnya karena luka-luka itu. Saya terus menangis hingga pingsan.”

Puluhan ribu orang jadi pengungsi di Negara Bagian Kachin sejak 2011, saat genjatan senjata selama 17 tahun dengan pemerintah batal.

Sejak itu, pemerintah menuduh para pengungsi menjadi pendukung pemberontak dan menghentikan pasokan bantuan kemanusian kepada para pengungsi.

“Jika kami dikaitkan dengan kelompok pemberontak, kami tidak akan tinggal di kamp ini. kami akan pergi ke Liza, markas pemberontak dan tinggal dengan nyaman. Di sini kami harus berjuang mendapatkan makanan. Kadang kami hanya bisa makan nasi tanpa lauk.”

Februari lalu, pemerintah melakukan pembicaraan damai dengan pemberontak. Kedua pihak sepakat untuk mengurangi ketegangan militer dan akan terus berdialog.

Namun tidak ada gencatan senjata secara formal.

Alih-alih berdialog, sebuah LSM lokal mengklaim pemerintah telah menangkap hingga 100 pengungsi dan menuduh mereka menjadi pendukung pemberontak.

Pemimpin kamp, U Aung Myet, yakin Brang Shawng tidak bersalah.

‘Saya sudah menyelidiki latar belakang Brang Shawng...dari mulai lahir sampai ditangkap. Saya bertemu guru sekolah dan majikannya. Brang Shawng dulunya bekerja di pertambangan emas. Dan kondisi ini jauh berbeda dengan tuduhan pemerintah.”

Komunitas internasional telah berkampanye menuntut pembebasannya.

Ia dilaporkan disiksa dengan brutal selama proses interogasi dan dipaksa mengaku melakukan pengeboman di daerah itu.

Tahun lalu saat dibawa ke pengadilan, ada bekas sayatan pisau dan lebam-lebam di leher dan pahanya.

“Di sidang pertama, hakim menemukan alat perekam ditempelkan ke tubuh Brang Shawng. Kasus ini ditunda untuk pemeriksaan ulang, tapi kami tidak tahu alasannya. Kami ingin pengadilan yang adil. Kami ingin hakim yang melihat alat rekam itu, menjadi saksi kami.”

Sejak itu, sang hakim dicabut dari kasus ini.

Maret lalu, Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, Tomas Quintana, mengunjungi penjara Myitkyina.

Di sana ia bertemu Brang Shawng dan tahanan Kachin lainnya yang ditahan dengan tuduhan serupa.

Dalam laporannya, ia menegaskan kalau Brang Shawng telah disiksa oleh militer selama interogasi dan dipaksa memberikan pengakuan palsu.

Ze Nyoi saat ini harus membesarkan anak-anaknya sendirian di kamp pengungsian.

Ia berharap bisa bertemu suaminya lagi.

“Saya optimistis kalau dia segera bebas. Dia tidak melakukan kejahatan apapun.”

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending