Industri televisi Afghanistan tengah berkembang pesat, tapi stasiun TV dibanjiri sinetron impor dari India, Turki bahkan Korea Selatan.
Tapi “University FM’ berbeda – ini adalah sinetron lokal yang mendobrak batas dan membahas hal-hal sensitif seperti perjodohan.
Sinetron ini pertama kali disiarkan tahun lalu tapi harus berhenti karena kekurangan modal.
Baru-baru ini, sinetron itu kembali tayang dengan judul baru di stasiun TV swasta terbesar di Afghanistan...tapi sinetron ini menghadapi banyak tantangan.
Serial baru “Silent Voice” atau “Suara Bisu’ ini adalah sinetron buatan Afghanistan yang tayang di saluran TV negeri itu.
Musim kedua hadir dengan judul baru. Menurut sutradara sinetron Norullah Azizi, di sinetron ini juga ada beberapa perubahan.
“Dalam seri baru, mahasiswa di episode sebelumnya sudah lulus dari universitas, sudah bekerja dengan gaji yang bagus. Tapi beberapa lulusan perempuan tidak boleh bekerja karena tak diizinkan keluarga. Ada beberapa artis perempuan yang berhasil meyakinkan keluarga mereka untuk bekerja di luar rumah. Tujuan utama serial ini adalah untuk mendidik penonton tentang pentingnya pengetahuan. Juga mendorong keluarga untuk membiarkan orang-orang muda, terutama perempuan, untuk bersekolah.”
Nasima Hashimi adalah mahasiwa berusia 23 tahun, penggemar berat sinetron ini. Menurut dia sinetron ini mencerminkan kondisi masyarakat Afghanistan.
“Sinetron ini membawa pesan positif pada masyarakat kita, ini benar-benar berguna bagi masyarakat kami. Sinetron ini lebih bagus ketimbang sinetron impor yang tayang di saluran TV kami.”
Meski serial ini tidak sepopuler sinetron impor yang lain, tapi peringkatnya cukup bagus.
Sekitar 100 ribu orang Afghanistan menonton serial ini setiap hari kata Said Ramid Sadat, dari rumah produksi pembuat sinetron ini.
“Kita mengalami perang sipil selama tiga dekade dan situasi kita tak sebaik negara-negara lain. Tapi menurut saya, apa yang kami lakukan untuk perfilman negeri ini sangat berharga. Film-film asing punya dana besar dan menggunakan artis profesional, sedangkan kami tidak.”
Tapi Afghanistan adalah sebuah negara yang banyak warganya menyamakan artis dengan pekerja seks – dan sinetron ini telah memicu kemarahan.
Nazifa Muhammadi adalah artis berusia 36 tahun yang berperan sebagai ibu miskin yang harus mencari uang untuk anak-anaknya.
Di lokasi syuting, ia mengatakan pada saya kalau ia khawatir dengan keselamatannnya.
“Saya sangat senang dengan pekerjaan ini tapi saya selalu khawatir dengan keselamatan saya. Saya menerima ancaman beberapa kali. Awalnya keluarga suami saya juga tidak membolehkan saya main sinetron. Teman-teman perempuan saya yang lain juga dilecehkan dan juga dilarang keluarganya.”
Artis sinetron lain, Nasrin Hasani diancam dibunuh 4 bulan lalu.
Seseorang menelfonnya dan mengancam akan membunuhnya kalau ia tak berhenti jadi artis.
Tapi ia terus berakting.
“Saya sudah berkecimpung dalam industri ini selama 13 tahun, termasuk 10 tahun di Afghanistan. Saya senang dengan pekerjaan ini dan saya akan terus menekuninya.”
Serial ini akan berlanjut selama musim kedua dengan tema yang banyak diperbincangan masyarakat... diantaranya soal guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya dengan ancaman kelulusan mereka dari sekolah.
Sinetron Afghanistan Mendobrak Tabu
Industri televisi Afghanistan tengah berkembang pesat, tapi stasiun TV dibanjiri sinetron impor dari India, Turki bahkan Korea Selatan. Kini telah hadir sinetron lokal yang mendobrak batas dan membahas hal-hal sensitif seperti perjodohan.

INDONESIA
Senin, 10 Jun 2013 12:02 WIB

Serial TV Afghanistan, sinetron Afghanistan, sinetron lokal buatan Afghanistan University FM
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai