Bagikan:

Film tentang Khmer Merah Raih Penghargaan Cannes

Film-film Asia merajai berbagai kategori dalam Festival Film Cannes tahun ini. dan seorang sutradara Kamboja meraih pengharagaan pertamanya di sini.

INDONESIA

Sabtu, 29 Jun 2013 15:14 WIB

Author

Ging Ginanjar

Film tentang Khmer Merah Raih Penghargaan Cannes

Festival Film Cannes 2013, Film Kamboja di Festival Film Cannes

Film-film Asia merajai berbagai kategori dalam Festival Film Cannes tahun ini.

Sutradara dari Cina, Jepang, Singapura dan Kamboja semua naik ke atas panggung menerima piala di ajang penghargaan film paling bergengsi di dunia ini.

Setiap tahun Festival Film Cannes menganugerahkan perhargaan khusus untuk film yang ‘orisinal dan berbeda’ untuk mendorong munculnya karya-karya inovatif.

Film yang menang tahun ini berjudul “The Missing Picture” atau “Gambar yang Hilang” dari Kamboja.

Ini adalah film otobiografi yang mengungkap sejarah berdarah kedikatoran Khmer Merah di akhir tahun 1970an.

Film ini dibuat berdasarkan buku yang ditulis sang sutradara film Rithy Panh, yang mendokumentasikan pengalaman keluarganya sendiri yang hidup di bawah rezim itu.

“Ini kisah pribadi....tapi sesuatu yang kecil, yang pribadi, jika dibuat dengan baik akan menjadi sesuatu yang universal. Film ini sekarang mendunia dan bisa dimengerti orang-orang di Ruanda, Uganda atau Afrika Selatan.... karena kami memperjuangkan hal yang sama. Kami berjuang melawan totalitarisme, kediktatoran. Kami mencoba membangun masyarakat, dan kebebasan.”

Panh bersama keluarganya dikirim ke kamp kerja paksa.

Di sana orangtua dan saudara perempuannya meninggal karena kelaparan.

“Pengalaman itu sangat mengerikan tapi saya masih hidup. Yang lebih penting kami harus mengembalikan martabat kami.”

Ia melarikan diri dari kamp kerja paksa ke kamp pengungsi di Thailand lalu pindah ke Paris dan di sanalah ia memulai karirnya sebagai pembuat film.

“The Missing Picture” adalah potret buram kebrutalan rezim Khmer Merah di tahun 1970an yang menelan korban jiwa hingga nyaris dua juta orang.

Dan frase “gambaran yang hilang” merujuk merujuk pada fakta kalau tidak ada foto-foto yang tersedia dari periode ini.

Sebagai gantinya, film itu menggunakan potongan gambar dokumentasi dan materi propaganda yang dibuat oleh pemerintahan diktator... dan orang-orangan dari tanah liat untuk menggambarkan kekejaman yang terjadi.

“Saya bertemu banyak korban dan pelaku. Tapi Anda tidak bisa bicara soal rekonsiliasi atau soal hidup bersama dengan mereka, jika Anda tidak menemukan cara untuk berbicara tentang masa lalu, soal kebenaran.”

Film ini mencengangkan para juri. Mereka terutama sangat terkesan dengan penggunaan orang-orangan dari tanah liat untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi selama pemerintahan Khmer Merah.

Panh sudah membuat lebih dari 15 film, yang kebanyakan fokus pada rezim Khmer Merah.

Pada 2003, ia membuat sebuah dokumenter berjudul “S21, The Khmer Rouge Death Machine”. Film ini bercerita tentang penjara Tuol Sleng yang kini menjadi museum genosida.

Filmnya yang lain berjudul “Duch, Master of the Forges of Hell”, dirilis tahun 2005. Film ini dibuat berdasarkan wawancaranya dengan Kaing Guek Eav, atau yang lebih dikenal dengan Duch, sang kepala penjara.

Butuh waktu empat tahun bagi Panh untuk menyelesaikan “The Missing Picture”.

“Ini normal karena ceritanya sangat rumit. Dan jika Anda ingin memperjelas semuanya, Anda butuh waktu lama. Tidak hanya ada satu kebenaran, tapi ada banyak kebenaran. Dan saya menceritakan kebenaran dari sudut pandang saya pribadi. Saya harap ini akan membantu orang untuk hidup lebih baik sekarang.”

Panh adalah orang Kamboja pertama yang pernah memenangkan penghargaan di Festival Cannes. Menurut dia, ini penghargaan yang penting bagi negaranya.

“Saya mengerjakan proyek ini sejak beberapa tahun lalu. Setiap film saya buat tetap logis ... tidak menjadi komedi, drama, dan sebagainya. Saya mencoba untuk membuat sesuatu yang berkaitan dengan memori. Setiap bangsa harus punya memori ini.”



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending