Tiap tahun minuman bersoda makin populer di Vietnam.
Tapi pemerintah khawatir ini meningkatkan kegemukan dan diabetes.
Dan bulan ini, pemerintah akan memutuskan apakah akan mengenakan pajak 10 persen pada minuman bersoda atau tidak.
Tapi Tran Lan Huong, seorang pelatih kesehatan bersertifikat mengatakan itu tidak cukup.
“Saya pikir pajak 10 persen tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi karena harga soda di Vietnam sudah sangat murah. Jika pajak diberlakukan tanpa ada penjelasan pemberlakuan seperti untuk kesehatan masyarakat, maka dampaknya tidak akan signifikan .”
Huong mengatakan usulan pajak harus menargetkan gula, seperti di sebagian besar negara-negara lain yang punya pajak lemak.
Tapi bagi Sesto Vecchi dari Kamar Dagang Amerika, langkah ini dilihat sebagai bentuk proteksi.
“Pajak itu semata-mata hanya untuk minuman berkarbonasi dan ini tidak biasa. Sebagian besar minuman berkarbonasi diproduksi oleh perusahaan-perusahaan milik asing. Sedangan minuman non-karbonasi dibuat oleh perusahaan Vietnam.”
Data resmi menunjukkan masyarakat Vietnam mengkonsumsi hampir satu miliar liter minuman ringan pada 2013.
Tapi Le Vo Thanh Danh mencoba membatasi berapa banyak minuman soda yang dia minum.
Namun menurutnya pajak tidak akan membuat orang tidak lagi mengkonsumsi minuman ringan.
“Saya melihat minuman soda sangat populer. Saat pesta atau ketika bepergian atau bahkan di sekolah, orang suka minum soda. Jadi akan sulit meninggalkan minuman ini karena sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti kebiasaan. Dan rasanya pun enak sehingga orang sangat ingin meminumnya.”
Penjual minuman Le Thi Giau mengatakan dia tidak keberatan jika harga naik, karena membayar pajak adalah kewajiban semua warga negara.
“Apa pun pekerjaan kita, apa pun yang kita hasilkan, tentu saja kita harus membayar pajak kepada pemerintah. Semua negara juga seperti itu. Pemerintah mengambil uang pajak dan menggunakannya untuk masyarakat.”
Meski pajak ini mungkin belum sempurna, pelatih kesehatan Huong tetap menyambut baik langkah ini.
“Saya benar-benar sangat senang, karena untuk kali pertama Majelis Nasional mengusulkan sesuatu terkait makanan atau gaya hidup sehat. Tentu saja saat ini hanya mencakup minuman berkarbonasi. Tapi jika tren ini terus berlanjut, kebijakan serupa bisa diperkenalkan untuk makanan tidak sehat lainnya.”