Koalisi Malaysia yang berkuasa memenangkan mayoritas sederhana dalam pemilu negeri itu, memperpanjang 56 tahun kekuasaan mereka.
Meski, koalisi oposisi meraih hampir 52 persen suara, mereka hanya mendapat 89 kursi, sementara Barisan Nasional 133 kursi.
Ini hasil terburuk yang pernah dicapai Basisan Nasional, berkuasa dengan mayoritas tipis namun dengan persentase suara yang lebih kecil..
Ketika hasil Pemilu diumumkan Perdana Menteri Najib Razak langsung menyalahkan kekalahan ini pada komunitas Cina dan menyebut ini sebagai ‘Tsunami Cina’ – meski data statistik menunjukkan ada perpecahan yang kompleks di desa dan kota.
Utusan Malaysia adalah koran berbahasa Melayu, yang dimiliki Najib dari Partai UMNO, memuat di halaman depannya artikel berjudul “Apalagi yang Dikehendaki Orang Cina?”
Sejumlah blogger pro-UMNO langsung menyerukan berulangnya kerusuhan rasial 13 Mei 1969.
Tapi analis politik Azmi Sharom dari Universitas Malaya mengatakan, hasil Pemilu menunjukkan kompleksnya perpecahan suara desa –kota --- dan ini bukan masalah ras.
“Menyalahkan kelompok Cina itu tindakan yang menyederhanakan. Karena kita bicara tentang mayoritas masyarakat memilih oposisi. Pilihan yang populer jatuh pada Pakatan Rakyat. Warga Cina hanya 30 persen dari total pemilh, dan tidak semuanya pun memilih oposisi.”
Dia mengatakan Najib bisa digulingkan dari partainya UMNO karena pencapaian yang buruk ini.
“Najib jelas-jelas berada di bawah tekanan. Kalau Anda perhatikan apa yang dilakukan Najib dalam beberapa tahun belakangan, dia berusaha menjatuhkan pemilih non-Melayu. Dia berupaya menggambarkan dirinya sebagai tokoh yang liberal dan progresif. Dan bagi dia, jika tiba-tiba berbalik dan menyatakan hal yang sangat berbeda dari pencitraan yang telah dia bangun beberapa tahun belakangan, ini menunjukkan kalau itu bukan keinginan dia. Dia berada dalam tekanan kelompok ekstrim kanan partainya untuk memainkan kartu supremasi kelompok Melayu. Saya kira ini tidak bakal berlangsung lama karena meski Mahathir Mohamad telah pensiun, dia masih punya pengaruh besar di UMNO. Dia juga telah secara terbuka melobi melawan Najib dengan menyebut ini sebagai suatu kegagalan. Dan kami tahu kalau ada orang-orang di sayap tersebut yang menunggu untuk mengambil alih.”
Reli besar-besaran yang dihadiri 100 ribu orang ini dimotori oleh oposisi di Stadium Kelana Jaya.
Acara ini langsung berubah menjadi ajang anti-rasisme. Mereka yang hadir menolak upaya memancing kebencian ras di antara warga Malaysia.
Rahimi Ibrahim, 37 tahun, berasal dari Selayang, Kuala Lumpur.
“Ini adalah tsunami warga Malaysia dan kami tidak dimainkan oleh Utusan Malaysia. Ini adalah tsunami Malaysia.”
Benny Chan yang berusia 29 tahun adalah pengusaha dari Klang. Dia menyampaikan keinginannya kepada pemerintah.
“Orang Cina itu tidak rasis. Kami hanya ingin pemerintah yang bersih dari korupsi dan pemerintah yang akan menggunakan sumber daya alam dengan cara yang tepat, dan membawa Malaysia menjadi lebih baik.”
Analis Azmi Sharom mengatakan, kerusuhan ras tidak akan terjadi kalau warga Malaysia menolaknya.
“UMNO didukung kelompok seperti PERKASA dan PERKEDA dan mereka adalah ekstrimis yang tidak punya masalah kalau muncul kekacauan. Saya ingin lihat kalau ada yang berani mengecewakan 120 ribu orang. Saya kira tidak ada. Taktik menakut-nakuti seperti ini tidak akan berhasil karena masyarakat tidak ingin itu terjadi. Jika Anda melakukan langkah itu di tengah masyarakat biasa, maka langkah ini bakal jadi kegagalan luar biasa.”
Wajah Rasialisme Pasca Pemilu Malaysia
Ketika hasil Pemilu diumumkan Perdana Menteri Najib Razak langsung menyalahkan kekalahan ini pada komunitas Cina dan menyebut ini sebagai
Pemilu Malaysia 2013, Kecurangan Pemilu di Malaysia, Tsunami Cina Pemilu Malaysia
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai