Bagikan:

Sabah :Negara Bagian yang Tersandera

Beberapa bulan sudah berlalu sejak ketegangan tiga pekan antara pasukan keamanan Malaysia dan kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Pasukan Kerajaan Sulu dari Filipina.

INDONESIA

Rabu, 22 Mei 2013 15:49 WIB

Author

Clarence Chua

Sabah :Negara Bagian yang Tersandera

Konflik Sabah Sulu, Konflik Malaysia Filipina, Pasukan Kerajaan Sulu di Sabah

Beberapa bulan sudah berlalu sejak ketegangan tiga pekan antara pasukan keamanan Malaysia dan kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Pasukan Kerajaan Sulu dari Filipina. 
   
Saat puncak konflik bulan Februari lalu, bunyi sirene ini adalah tanda dimulainya jam malam oleh tentara Malaysia.

Ketegangan itu berakhir dengan bentrokan berdarah pada Maret lalu.

Saat ini kondisi di Sabah cukup tenang. 

Tapi Patric Lee, penyelenggara tur di kota Kinabalu, mengatakan banyak orang Malaysia masih khawatir kalau konflik akan kembali meletus.

“Orang-orang bersembunyi di rumah mereka, dan kami mulai menyetok bahan makanan dan sebagian besar Penduduk Sabah ketakutan. Kami sebenarnya tidak membenci para militan itu. Mereka juga manusia biasa dan mereka datang kemari untuk mencari uang. Kami memberi mereka pekerjaan tapi mereka harus membalasnya dengan hidup damai bersama kami.”

Belakangan pertempuran mereda karena Malaysia sibuk dengan persiapan Pemilu. Tapi Patrick mengatakan ini tidak berarti pertempuran sudah berakhir.

“Kebanyakan penduduk Sabah menyalahkan pemerintah saat ini karena memberikan kartu identitas secara gratis. Orang yang baru datang kemarin, besoknya sudah dapat KTP. Sedangkan penduduk lokal Malaysia butuh waktu 15 tahun untuk mendapatkan KTP. Ini yang membuat warga Sabah marah.”

Sejak 1970an, banyak orang Muslim Filipina yang melarikan diri ke Sabah untuk menghindari konflik yang terjadi di Mindanao, Filipina selatan.

Dan Sabah merupakan pintu masuk yang tepat – bisa dijangkau dengan perahu motor dalam satu jam, dan adalah negara Islam.  Saat ini, ada 1,2 juta orang Filipina di Negara Bagian Sabah - sepertiga dari total penduduk di sana.

Secara historis, beberapa negara, termasuk Kesultanan Sulu, telah mengklaim wilayah itu. Jerome Kugan, warga asli Sabah, mengatakan klaim ini memiliki sejarah panjang.

“Semua orang Sabah tahu kalau Sulu mengklaim Sabah. Ini sejarah lisan yang jadi cerita rakyat karena mereka tidak mengajarkannya di sekolah. Kami tidak tahu sedikit pun sejarah Sabah, banyak orang Sabah tidak tahu bagaimana kisahnya Sabah bergabung dengan Malaysia.”

Asal-usul konflik itu berawal dari kontrak yang dibuat antara Kesultanan dan British North Borneo Company.

Berdasarkan kontrak itu, perusahaan itu bisa menguasai Sabah, dengan imbalan sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur. Bahkan sampai sekarang, Malaysia masih membayar hampir 20 juta rupiah per tahun pada Kesultanan.

Inggris, dan kemudian Malaysia, menafsirkan kontrak itu sebagai 'menjual', sedangkan Kesultanan Sulu selalu mempertahankan kalau itu kontrak sewa.

Profesor James Chin, ilmuwan politik dari Monash University Malaysia.

“Apa yang terjadi adalah Sultan Sabah yang diakui terakhir, meninggal pada awal 1900-an dan ia tidak meninggalkan ahli waris untuk mengambil alih posisinya, jadi itulah alasan munculnya masalah ini."

Banyak orang Sulu yang masih yakin kalau Sabah adalah kampung halaman mereka yang sebenarnya. 

Dr Aruna Gopinath, dari National Defence University menjelaskan.

"Tidak ada yang mengungkapkan proses sejarah atau mengatakan pada mereka keseluruhan sejarah. Jadi mereka menerima begitu saja apa yang diberikan Sultan Sulu.  Kami telah mengembangkan semuanya dan sudah waktunya mereka pergi."

Awal bulan lalu, Tentara Kerajaan Kesultanan Sulu memobilisasi sekelompok tentara di Lahad Datu, Sabah.

Dan menurut Kepala Pertahanan Malaysia, 35 anggota militan Sulu ditembak mati saat mencoba memasuki Sabah baru-baru ini. Tapi pernyataan Itu dibantah juru bicara resmi Angkatan Laut Filipina.

Dr Gopinath yakin konflik itu belum akan berakhir...

"Mereka tidak akan beristirahat sampai impian mereka terwujud. Jadi sekarang mereka sedang merencanakan strategi lebih besar bagaimana caranya menyerang kami, karena mereka sudah mempelajari apa kekuatan kami, amunisi kami dan langkah apa yang telah kita ambil. Itu rencananya."

Malaysia tidak berniat menyerahkan Sabah ke Tentara Kerajaan Kesultanan Sulu.

James Chin,  dari Monash University mengatakan jalan keluar atas konflik ini tergantung pada pemerintah Filipina.

"Masalah Lahad Datu ini sayangnya tidak bisa diselesaikan. Karena solusi tidak terletak pada Sabah, tapi di tangan Mindanao, di Filipina Selatan. Jika Anda bisa menyelesaikan masalah di Mindanao, maka masalah Sulu akan selesai dengan sendirinya."

Setelah konflik selama 40 tahun konflik dan menewaskan 12 ribu jiwa, pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro di Mindanao menandatangani perjanjian damai pada bulan Oktober tahun lalu.

Dan kedua belah pihak sedang menyelesaikan rinciannya akhir bulan ini.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending