Bagikan:

Thin Gyan

Festival air selama empat hari ini disebut Thin Gyan, yang puncaknya dirayakan pada perayaan tahun baru Buddha di Myanmar.

INDONESIA

Selasa, 30 Apr 2013 18:46 WIB

Author

KeKhaung DVB

Thin Gyan

Burma Festival Air, Thingyan, New Year, Thangyat, KeKhaung DVB

Selama empat hari dalam bulan April, terjadi kemacetan di Myanmar. Semua orang berkumpul di berbagai penjuru negeri untuk pertarungan air, tarian dan musik yang digelar pada tahun baru.  Sejauh mata memandang, terlihat meriam, selang dan ember air menghujani semua orang.

Tahun baru Buddha di Myanmar atau Thingyan adalah saatnya berpesta. 

Negara ini telah mengalami perubahan besar sejak pemerintahan semi-sipil berkuasa pada 2011.  Tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam hampir tiga dekade, Thangyat kembali diizinkan kembali ke jalanan.

Thangyat merupakan bagian penting festival tahun baru ini. Ini adalah seni kuno Burma yang menggabungkan puisi, musik dan tarian.

Rakyat menyanyikan lagu satu sama lain sembari bercanda tentang peristiwan setahun belakangan.

“Thangyat mengisahkan penderitaan rakyat terkait pendidikan, listrik dan lain sebagainya. Kesulitan rakyat dari dalam hati dan seniman menyampaikannya melalui Thangyats. ”

Pa Pa Lay merupakan pelawak terkenal Myanmar, bagian dari kelompok Moustache Brothers.

Mereka membuat lawakan satir dalam Thangyat.

Pelawak, penulis dan pujangga menunjukan kemampuan mereka melalui Thangyat.

Pesan yang mereka sampaikan seringkali politis atau satir.

Thangyat sudah ada sejak zaman Burma masih berbentuk kerajaan.

Thangyat dipraktikkan sepanjang pemerintahan Inggris.

Bahkan di bawah pemerintahan Jenderal Ne Win, rakyat dapat mengolok-olok sistem partai tunggal melalui Thangyat ketika tahun baru tiba.

Suu Ngyat merupakan penulis Burma terkemuka.

“Thangyat merupakan senandung jawaban. Biasanya untuk menunjuk yang salah di tahun lalu dan menarik pelajaran bagi tahun depan. Tapi, ini dilakukan dengan cara yang baik atau konstruktif. Thangyat popular, tidak hanya di Mandalay atau Yangon, tapi seluruh negeri.”

Tapi, pada 1985, Thangyat disensor ketat.

Setelah kudeta militer 1988, Thangyat dilarang. Meski festival Thingyan mengantongi izin untuk berlanjut, seni kuno Thangyat menghilang di negara itu.

Meskipun seni ini mati di Myanmar, Thangyat bertahan di masyarakat eksil.

Sejak 1966, sekelompok aktivis India memproduksi rekaman Thangyat bagi masyarakat eksil setiap tahunnya.

Tahun lalu di Yangon, para pimpinan kelompok kuno Thangyat kembali ke kota itu.

Pelajar Generasi 88 Min Ko Naing mengorganisir kelompok pemuda untuk terlibat.

Min Ko Nai adalah pemimpin Pelajar Generasi 88.

“Saya kira perayaan tahun baru tanpa Thangyat bukanlah tahun baru. Thangyat mencerminkan suara rakyat sebenarnya. Jadi, Thingyan tanpa suara rakyat seperti melihat sesuatu tanpa tangan atau kaki. Tidak lengkap.  ”

Tahun ini, lebih banyak kelompok Thangyat pentas. Namun, mereka masih harus mendapat izin dan syair mereka pun mesti diperiksa otoritas.

Thangyat kembali – tapi, pemerintah masih memantau apa yang diucapkan. 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending