Bagikan:

Soal Flu Burung, WHO Minta Masyarakat Tenang

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyerukan masyarakat untuk tetap tenang seiring munculnya kekhawatiran berkembangnya epidemi flu burung di Cina.

INDONESIA

Rabu, 24 Apr 2013 10:02 WIB

Soal Flu Burung, WHO Minta Masyarakat Tenang

Cina, WHO, wabah flu burung, H7N9, Will Ockenden Radio Australia

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyerukan masyarakat untuk tetap tenang seiring munculnya kekhawatiran berkembangnya epidemi flu burung di Cina.

Korban tewas mencapai tujuh orang, sementara lebih dari 20 orang terinfeksi.

Pemerintah Cina sudah menutup pasar unggas dan membatasi pergerakan burung di seluruh negeri itu.

Organisasi Kesehatan Dunia memuji penanganan Cina terhadap wabah flu burung  H7N9 tapi mengatakan mereka masih ingin mengirimkan tim ahlinya untuk membantu penyelidikan.

Ini masalah sensitif dan rincian seperti kapan tim akan pergi masih belum pasti.

Kepala kantor WHO di Cina, Michael O'Leary, mengatakan tidak perlu panik.

“Kami tidak melihat adanya bukti penularan dari manusia ke manusia dan kami berharap seperti itu . Tapi tentu saja tidak satupun dari kita yang bisa memprediksi masa depan, sehingga kami terus memantau kasus ini.”
Kasus virus flu burung sejauh ini berkembang  di bagian timur negeri itu, yaitu Shanghai dan provinsi tetangganya.

Liang Wannian, Direktur Kantor Pencegahan dan Pengawasan H7N9 Cina.

“Episode baru flu burung H7N9 ini disebabkan jenis virus baru yang dibawa jenis burung. Ini sudah mulai menyebar, tapi kami belum menemukan bukti penularan antarmanusia.”

Jumlah orang yang tewas atau terinfeksi perlahan meningkat sejak kasus pertama dikonfirmasi sekitar seminggu yang lalu.

Karena semakin banyak kasus ditemukan, hewan ternak dimusnahkan dan pemerintah mengawasi ketat pergerakan unggas.

Hong Kong, yang mengimpor ribuan ayam hidup dari Cina, akan mulai pengujian virus itu di perbatasan sejak Kamis lalu.

Ahli penyakit menular Profesor Peter Collignon dari University Medical School Australia mengatakan itu ide yang baik.

“Cukup tepat untuk menghentikan pergerakan burung di wilayah yang luas ini karena itu mungkin saja yang menyebarkan virus. Sudah cukup buruk jika Anda berada di satu area dan terkena virus ini dari burung tertentu. Tapi apa yang tidak kita inginkan adalah meluasnya pergerakan burung sehingga lebih banyak orang yang bisa tertular.”
Selama wabah sindrom pernafasan akut atau SARS satu dekade lalu, Cina dikritik karena terlalu lamban melaporkan kasus itu dan tidak memberikan informasi yang cukup.

Peter Collignon mengatakan tampaknya kali ini berbeda.

“Setiap negara cenderung agak pelit memberikan informasi dan semakin berkembang negara Anda, semakin tidak lengkap informasinya.”
 
Tapi apakah menurut anda Cina akan belajar dari SARS tahun 2003?

“Yah saya kira begitu. Karena tampaknya makin banyak informasi yang keluar sehingga kami tahu  detailnya.”

Dia mengatakan tidak perlu terlalu khawatir kecuali virus itu berubah drastis.

“Hal ini kerap terjadi pada influenza yang bisa menyebar secara luas.”
 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending