65 orang etnis Khmer Kampuchea Krom tinggal secara ilegal di Thailand.
Mereka adalah etnis Khmer yang tinggal atau berasal dari Vietnam tapi kemudian melarikan diri untuk menghindari diskriminasi.
Tapi sejak Badan Urusan Pengungsi PBB menolak permintaan mereka untuk mendapatkan status pengungsi, mereka terancam ditangkap atau dideportasi kapan saja.
Thach Toeung menyeka air matanya sambil bercerita tentang kisah hidupnya.
“Saya tidak dipilih Badan urusan Pengungsi PBB untuk menjadi pengungsi legal di sini. Kami harus tinggal di sini tanpa jaminan keamanan dan secara ilegal. Kami ini manusia tapi harus hidup seperti tikus, bahkan lebih buruk dari anjing. Kalau anjing sakit, pemiliknya akan membawanya ke dokter hewan. Tapi kalau kami sakit, kami tidak bisa ke rumah sakit. Kami harus bersembunyi karena kami takut polisi akan menangkap kami.”
Thach Toeung adalah Wakil Presiden Asosiasi Kampuchea Krom di Thailand.
Dia tinggal di persembunyian selama tiga tahun terakhir.
“Sangat sulit bagi kami untuk dapat pekerjaan. Pengusaha Thailand tidak mau mempekerjakan kami karena kami pendatang gelap. Jika mereka merekrut kami, polisi bisa menangkap kami. Kami tidak punya izin atau kartu pengungsi dari PBB, maka kami jadi target. Kami hanya bisa keluar rumah malam hari, untuk pergi ke pasar mencari sayuran atau makanan sisa. Kalau beruntung, kami dapat uang dari mengangkut barang. Kami sekarang bekerja di ladang secara sembunyi-sembunyi.”
Menurut pemerintah Vietnam, ada lebih dari satu juta etnis Khmer Krom yang tinggal di wilayah Kampuchea Krom.
Lebih dari 60 tahun lalu, Kamboja menyerahkan wilayah itu kepada Vietnam.
Banyak LSM HAM menyatakan ini menyebabkan penderitaan yang sangat besar pada etnis Khmer Krom dengan serangkaian diskriminasi dan penindasan.
Orang Khmer Krom dipaksa mengadaptasi nama keluarga Vietnam dan berbicara dalam bahasa Vietnam.
Thach Toeung dituduh pemberontak karena menentang program pendidikan nasional.
“Praktik kebebasan berekspresi dan beragama dilarang. Kami juga tidak bisa belajar bahasa Khmer. Mereka mengeluarkan perintah larangan belajar bahasa Khmer di sekolah negeri. Mereka bilang kami harus ke kuil Buddha untuk belajar bahasa itu karena kurikulum sekolah negeri di Vietnam sudah padat. Saya orang Khmer tapi mengapa saya tidak bisa belajar bahasa ibu saya?”
Dia dan banyak etnis Khmer Krom lainnya melarikan diri ke Thailand untuk mencari status pengungsi atau suaka di negara ketiga.
Soeung Thai Tan tidak mengerti alasan Badan Urusan Pengungsi PBB menolak permohonannya.
“PBB bilang saya bukan seorang politikus, bukan pejuang kebebasan berekspresi atau beragama. Mereka menuduh saya melarikan diri dari
Vietnam secara ilegal. Saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Mereka bilang saya harus kembali ke Vietnam. Tapi saya tidak mau! Di sana saya akan ditangkap.”
Persatuan Khmer Kampuchea Krom di Kamboja menyatakan mereka seharusnya kembali ke tanah air mereka.
Tang Sarah adalah Presiden organisasi itu.
“Mereka bisa tinggal di Kamboja. Mereka seharusnya tidak bersembunyi dan tinggal di Thailand, di sana ada begitu banyak tantangan. Mereka harus berkoordinasi dengan organisasi kami. Kami bisa membantu mereka lewat pemerintah Kamboja.”
Banyak etnis Kampuchea Krom di Thailand ingin kembali ke Kamboja.
Tapi Thach Toeung mengaku banyak yang takut.
“Bila kami katakan pemerintah Vietnam kejam, mereka bisa menangkap kami kapan saja, seperti yang terjadi pada teman-teman kami.
Banyak dari mereka ditolak status pengungsinya oleh PBB dan saat mereka kembali ke Kampuchea Krom di Vietnam, mereka ditangkap dan dipenjara. Kami tidak bisa kembali dan juga tidak percaya pada pemerintah Vietnam maupun Kamboja.”
Pemerintah Kamboja menyatakan mereka menyambut baik orang Kampuchea Krom.
Tapi dengan satu syarat, kata Khiev Sopheak, juru bicara Kementerian Dalam Negeri.
“Menurut pemerintah Vietnam mereka adalah kelompok pemberontak. Mereka ingin memisahkan diri dari pemerintah, dari negara. Menurut saya, mereka punya masalah hukum. Namun, kami tidak akan menangkap atau mendeportasi mereka ke Vietnam. Kami selalu menganggap mereka sebagai orang Kamboja kecuali saat mereka dituduh anggota kelompok ilegal.”
Komunitas Kampuchea Krom di Thailand meminta kelompok HAM internasional membantu mereka.
“Kami dianggap imigran ilegal. Tinggal di Thailand tidak nyaman. Saya ingin bicara pada media, menceritakan perjuangan kami pada komunitas Kampuchea Krom di seluruh dunia. Kami menghadapi banyak rintangan dan kami bisa ditangkap dan dideportsai kapan saja.”