Bagikan:

Pertunjukkan 'Tong Setan' di India

Berbagai festival di India tidak akan lengkap tanpa aksi melawan gravitasi

INDONESIA

Senin, 03 Mar 2014 15:41 WIB

Author

Shuriah Niazi

Pertunjukkan 'Tong Setan' di India

India, sumur kematian, pengendara, mata pencaharian, Shuriah Niazi

Tabung silinder berbahan kayu ini tingginya sekitar sembilan meter dan lebar 10 meter.
 
Pertunjukan sumur kematian atau tong setan ini berisiko ... tapi selalu menarik banyak penonton ...

Hari ini pengendara motor yang beraksi adakah Bahar Hussain.

Ia mengantongi sekitar Rp 100 ribu per hari untuk aksinya ini.

“Ini pekerjaaan yang berbahaya dan berat. Anda harus seimbang baru berkendara di dalam bidang yang silindris. Ini adalah mata pencaharian saya.”

Bahar sudah melakukan aksi berbahaya ini selama enam tahun.

Dia tahu tidak bisa terus bekerja di bidang ini.

“Kami hanya bisa melakukan aksi ini selama beberapa tahun, dan setelah itu kami harus berhenti. Tapi nanti pasti pekerjaan lain. Tuhan akan menyediakan pekerjaan lain dan membebaskan kami dari pekerjaan ini.”

Tapi bagi Mohammed Fahmi yang berumur 22 tahun, pekerjaan ini adalah panggilan hidupnya. Dan juga pekerjaan utamanya dalam enam tahun terakhir.

“Menurut saya ini tidak berbahaya. Anda cukup berani saja dan semua orang bisa melakukannya. Ini seperti mengendarai motor di jalanan. Semua orang di rumah meminta saya berhenti tapi ini adalah hobi saya, itu sebabnya saya terus melakukannya.”



Bahar dan Mohammed adalah bagian dari rombongan yang disebut “Maut ka kuan” atau ‘Sumur Kematian’ yang beranggotakan delapan pengendara.

Mereka berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain sepanjang tahun. Kadang mereka menggelar pertunjukkan tunggal, atau menjadi bagian dari sebuah festival seperti ini.

Seluruh rombongan bisa mendapatkan lebih dari satu juta Rupiah per hari dari sebuah festival yang berlangsung selama dua bulan.

Saat ini tidak hanya motor yang mengelilingi ‘Sumur Kematian’ tapi juga mobil.

Mohammed Rais yang berusia 40 tahun sudah melakukan aksi ini selama separuh dari usianya.

Dengan melakukan aksi berbahaya ini, ia bisa menyekolahkan dua anaknya dan mengumpulkan uang untuk pernikahan adik perempuannya.

“Keluarga dan kerabat saya, bahkan beberapa orang yang datang untuk menonton aksi itu, minta saya untuk berhenti. Tapi ini adalah hobi saya dan sekarang menjadi mata pencaharian saya. Pada awalnya, kami takut tapi sekarang ini cukup mudah bagi kami.”

Meski berbahaya, sejauh ini belum ada korban jiwa akibat aksi ini.

Kuncinya, kata mereka, adalah menguasai keterampilan mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Sejumlah pemerintah daerah sudah melarang pertunjukan ini, namun pemerintah pusat tidak berencana melakukan hal yang sama.

Untuk menonton pertunjukkan yang berlangsung setengah jam, penonton harus membayar lima ribu Rupiah.

Para pengendara memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi. Mereka kadang melepas tangannya dari kemudi saat mengumpulkan uang selama atraksi berlangsung.

Mereka berkendara tanpa helm atau kelengkapan keselamatan berkendara.
 
Meski berbahaya, Dokter Feroz Hashmi yang berusia 41 tahun mengajak anak-anaknya menonton pertunjukan ini.

“Saya baru sekali ini datang kemari. Saya datang demi anak-anak. Cara mereka mencari uang sangat berisiko. Saya pikir mereka juga harus diberi kesempatan untuk menunjukkan bakat mereka di televisi. Kami benar-benar menikmatinya.”



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending