Bagikan:

Demi Bertahan Hidup, Guru di Myanmar Terpaksa Bertani

Penghasilan guru-guru daerah terpencil di Myanmar sangat kecil, selain itu mereka juga harus menempuh perjalanan panjang mencapai sekolah.

INDONESIA

Senin, 24 Mar 2014 16:05 WIB

Author

Zaw Htet DVB

Demi Bertahan Hidup, Guru di Myanmar Terpaksa Bertani

Burma, Myanmar, guru, pendidikan, Zaw Htet DVB

Penghasilan guru-guru daerah terpencil di Myanmar sangat kecil, selain itu mereka juga harus menempuh perjalanan panjang mencapai sekolah. 


Sebelum mengajar, Saw Htoo Shee seorang kepala sekolah pergi ke  sawah untuk bertani. 


Usai mengajar, dia pun kembali mengolah lahan. 


Dia sudah mengajar di sebuah sekolah dasar di Desa Tanyin Kone selama 18 tahun. Namun ia terpaksa menjalani dua pekerjaan karena penghasilannya sebagai guru tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya


“Keluarga saya terbilang besar. Usia saya lebih dari 40 tahun. Saya memiliki empat kakak perempuan. Ayah saya berumur 86 dan Ibu saya berumur 84 tahun. Saya harus bertani untuk membayar pengobatan mereka.”


Sistem pendidikan Myanmar saat ini sedang diperbarui. 




Pemerintah mengalokasikan 5,8 persen anggaran negara untuk sektor ini.


Kondisi sekolah-sekolah di daerah terpencil sangat buruk dan tertinggal jauh dari sekolah di kota-kota besar.


Alat penunjang belajar sangat minim dan bangunannya pun tak lebih dari sebuah gubug. Selain itu, tidak banyak guru yang bersedia mengajar karena upahnya sangat kecil.


Kenaikan pangkatnya juga sangat sulit.


Htew Htew adalah seorang guru SD di Delta Irrawaddy. 


“Saat pelatihan, para guru mengatakan kami bisa mengajukan permohonan kenaikan pangkat setelah melewati masa kerja tiga tahun dan kemungkinan naik pangkat itu ada. Saya bercita-cita menjadi kepala sekolah sebuah SMP / SMA. Sudah berselang 6 tahun lamanya dan hingga sekarang saya belum mendapat kenaikan pangkat.”


Partai oposisi, Liga Nasional untuk Demokrasi memiliki sejumlah rencana pembaruan sektor pendidikan.


Mereka mendirikan Komite Pendidikan dan Jaringan Nasional Reformasi Pendidikan. 


Thein Lwin yang duduk dalam komite tersebut mengatakan gaji para guru di daerah terpencil perlu diperbaiki.


“Saya dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi para guru yang bekerja di daerah terpencil. Karena anggaran pendidikan sangat kecil, maka gaji mereka pun juga kecil, penduduk desa tidak dapat membantu para guru karena mereka adalah petani miskin.”


Desa-desa di daerah pelosok Myanmar sangat sulit dicapai. Ini dikarenakan minimnya sarana transportasi dan buruknya akses jalan.


Baik guru dan murid harus menempuh medan yang cukup sulit untuk mencapai sekolah, seperti yang dialami seorang guru yang bernama Myint Shwe.


“Sangat berbeda dengan sekolah di perkotaan. Kami menggunakan transportasi darat dan laut seperti perahu. Di sini semuanya lebih sulit.”


Saw Htoo Shee mengatakan minimnya sarana transportasi membuat para guru kesulitan untuk mengikuti pelatihan di kota-kota besar.


“Setelah 18 tahun mengajar, kami dapat mengajukan permohonan untuk pasca sarjana. Kami ingin mengajar di sekolah menengah, tapi sulit rasanya untuk dapat berpergian satu atau dua minggu ke kota. Selain itu keterbatasan ekonomi juga merupakan salah satu kendala. “


Thein Lwin dari Komite Pendidikan dan Jaringan Nasional Reformasi Pendidikan NLD.


“Seorang guru diharuskan untuk selalu belajar dan mengikuti pelatihan. Dan guru-guru di daerah terpencil tidak memiliki kesempatan seperti ini. Saat reformasi pendidikan dilakukan, pelatihan, kesempatan untuk belajar seperti program pasca sarjana bagi guru-guru didaerah terpencil harus diperhatikan”. 


Menteri Informasi Myanmar, Ye Htut mengatakan pemerintah telah menaikkan anggaran pendidikan.


Dan mereka berencana  untuk menaikkannya lagi dimasa mendatang.


Anggaran tersebut bertujuan untuk menyediakan pendidikan gratis, pelatihan guru di luar negeri dan juga membangun gedung-gedung sekolah.


Meski anggaran pendidikan meningkat, namun jika tidak digunakan dengan baik dan benar maka sistem pendidikan khususnya didaerah terpencil tidak akan berubah.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending