Pekan ini sensor yang dialami ‘Southern Weekly’, salah satu surat kabar terpercaya di Cina, memicu sejumlah unjuk rasa di Guangzhou, di bagian selatan Cina.
Awalnya para staf menutupi intervensi propaganda itu, lalu menuntut pengunduran diri Kepala Divisi Propaganda Provinsi Guangzhou, markas surat kabar mingguan itu.
Hal ini memicu reaksi keras di internet dan masyarakat berkumpul di luar kantor media itu untuk memberikan dukungan bagi para jurnalis.
Dan setelah pertentangan yang cukup lama, menurut sejumlah laporan, para staf sudah mencapai kesepakatan dengan departemen propaganda. Surat kabar pun sudah kembali beredar.
Dalam satu video YouTube, seorang laki-laki tampak berdiri di depan 100 orang, di luar kantor ‘Southern Weekly’ di Guangzhou.
Ia mengatakan “Kalau ‘Southern Weekly’ tak bisa dijamin bebas dari sensor, bagaimana kita memastikan reformasi di Cina?”
Yang lainnya membawa bunga dan memegang slogan yang menyuarakan kebebasan pers.
‘Southern Weekly’ dikenal sebagai surat kabar yang kerap menguji batas-batas kebebasan pers di Cina.
Jadi masyarakat peduli ketika sang editor mengatakan, editorial tahunan mereka untuk menuntut reformasi konstitusi diubah secara drastis.
Departemen propaganda malah meminta surat kabar itu untuk menerbitkan satu editorial yang pro Partai Komunis.
David Bandurski dari Proyek Media Cina, yang memonitor pers Cina dan penyensoran negara mengatakan, kali ini sensor sudah keterlaluan.
“Ini tidak seperti pemimpin propaganda yang menelaah rancangan tulisan sebelum naik cetak. Sensor macam ini terlalu mengekang, dan tidak akan mendapat dukungan. Yang terjadi sekarang adalah mereka mengeluarkan arahan dan propaganda, serta menekan media dengan mengatakan ‘jangan laporkan ini’ atau ‘laporkan yang ini saja’. Mereka bisa mengarahkan liputan, tapi masih ada celah yang tersisa.”
Bandurski mengatakan, lewat celah-celah inilah ‘Southern Weekly’ bisa menerobos batas dengan berbagai laporan investigatifnya.
“Jadi masalahnya adalah mereka sangat ikut campur sebelum tulisan naik cetak dan setelah editor meloloskan tulisan. Jadi mereka mengesampingkan para editor dalam proses ini, dan memasukkan tulisan mereka sendiri. Mereka menjadi pemimpin propaganda di
Guangdong, dan di sinilah masalahnya.”
Pada 2003, Southern Weekly menulis artikel yang menginvestigasi kematian seorang pekerja yang tewas setelah dipukuli ketika masih dalam tahanan polisi. Berita ini akhirnya mengungkap jaringan besar kamp tahanan polisi bawah tanah.
Sang editor pun ditahan.
Pada tahun lalu, lebih dari 1000 artikel disensor dalam ‘Southern Weekly’.
Majalah ‘Freezing Point’ milik Li Datong dibredel pada tahun 2006 karena mengangkat berbagai isu sensitif.
“Pembungkaman media ini sudah memicu kemarahan semua orang dalam media. Masalah ini bukan satu insiden kecil yang berakhir di sini
saja – ini menunjukkan kalau semua orang dalam industri berita marah sekali dengan sistem manajemen media.”
Namun perselisihan ini membuka kesempatan bagi warga Cina untuk membicarakan sensor media.
Liputan protes ini masih sangat disensor media-media besar, tapi banyak orang yang bisa mengungkapkan pendapat mereka di internet.
Salah satunya adalah Zhang Xing, CEO perusahaan pengembang ril stat terbesar di Cina.
Dalam mikroblognya ia menulis, ‘Sejarah sudah ditentukan oleh berbagai kejadian yang paling tidak diantisipasi sebelumnya.”
Perselisihan ini terjadi di tengah-tengah transisi kepemimpinan Cina.
Xi Jinping akan dilantik menjadi presiden pada bulan Maret mendatang, dan baru-baru mengatakan bahwa ia ingin melakukan lebih banyak reformasi.
Tapi bekas editor dan intelektual pro-demokrasi bernama Li Datong tak yakin ini bakal diikuti tindakan nyata pemerintah.
”Saya harap peristiwa ini bisa memberikan kesempatan bagi kepemimpinan yang baru supaya sadar kalau manajemen semacam ini dan pengendalian surat kabar tidak perlu dilakukan. Tapi untuk sekarang ini mereka tidak merasa perlu buru-buru melakukan reformasi karena belum ada pergantian kepemimpinan. Itu baru akan terjadi pada bulan Maret. Kami tidak tahu kalau mereka akan mereformasi sistem itu, kami hanya bisa tunggu dan lihat saja nanti. Sekarang masih terlalu dini.”