Bagikan:

Penyintas Bom Atom Mendesak Korban Fukushima Diperhatikan

Pekan ini, Jepang memperingati gempa bumi dan tsunami besar dua tahun lalu. Tragedi itu membunuh ribuan orang.

INDONESIA

Sabtu, 30 Mar 2013 23:04 WIB

Penyintas Bom Atom Mendesak Korban Fukushima Diperhatikan

Japan Victims, Mark Willacy Radio Australia

Pekan ini, Jepang memperingati gempa bumi dan tsunami besar dua tahun lalu.

Tragedi itu membunuh ribuan orang.

Gempa juga mengguncang reaktor nuklir Fukushima Daiichi. Akibatnya, terjadi bencana nuklir terburuk dalam satu generasi.

Dua tahun berlalu, lebih dari 150 ribu penduduk Fukushima masih tidak bisa kembali ke kampung halamannya.

Selain nasib yang terkatung-katung, mereka juga menghadapi diskriminasi karena dianggap telah terpapar radiasi.

Tetsuo Imamichi, seorang korban selamat bom atom Hiroshima dan Nagasaki, paham betul dampak dari prasangka itu.

Di hadapan altar ruang keluarga, ia berlutut memanjatkan doa dengan tangan terkatup dan mata tertutup. Ia menundukkan kepalanya.
 
Sudah 68 tahun berlalu sejak pesawat pembon B-29 terbang tinggi dan diam-diam di atas kota. Tapi, kejadian pagi itu masih segara dalam ingatan.
 
“Saya sedang menjaga dua saudara saya di rumah, membuatkan sarapan mereka dan mencuci. Tiba-tiba, ada ledakan dibarengi cahaya putih dan biru. Jendela pecah dan semua perabotan terbang. Saudara saya yang satu terlempar ke taman sedangkan yang satunya di kamar mandi.”

Tetsuo Imamichi waktu itu baru berusia 9 tahun. Ia selamat.

Padahal jarak mereka hanya beberapa kilometer dari pusat ledakan atom.
 
Setibanya di rumah, ibu mereka mengumpulkan semua anak dan mengantarkan mereka dengan kereta ke kampungya di Nagasaki.

“Ketika kami mendekati Nagasaki, kereta berhenti. Mereka baru saja menjatuhkan bom. Kami melihat orang-orang terbakar dan sekarat. Lalu, adik saya yang berumur lima tahun sakit. Kami membawanya ke rumah sakit. Ketika dokter menemui dia, adik saya menghembuskan nafas panjang dan meninggal tanpa sepatah katapun.”

Tetsuo Imamichi berada hanya 3,5 kilometer dari pusat ledakan. Ketika itu, bom dengan julukan “Fat Man” meluluhlantakkan Nagasaki.

Umurnya sekarang 77 tahun.

Pensiunan supir taksi itu adalah satu dari puluhan orang yang terbukti sebagai penyintas bom atom ganda.
 
Tapi, seperti sebagian besar korban, Tetsuo Imamichi tak pernah membicarakan pengalaman buruknya. Namun, itu berubah ketika reaktor Fukushima meleleh dua tahun lalu.

“Ada kabar buruk tentang Fukushima. Mereka enggan mengungsi. Saya cemas rakyat Fukushima akan mendapat diskriminasi, persis seperti pengalaman kami. Saya bergabung dengan para penyintas setiap tahun. Seorang perempuan bercerita, ia tidak bisa menikah. Orang-orang mengatakan, ia hanya akan memiliki anak cacat dan rusak.”

Dua tahun berlalu setelah bencana Fukushima, dan kembali muncul laporan serupa. Mereka yang dievakuasi didiskriminasikan karena kemungkinan terpapar radiasi.

Ada 154 ribu warga Fukushima yang masih tinggal di rumah sementar selama dua tahun belakangan.

Bagi mereka, tak ada lagi kebahagiaan.

Dan bagi penyintas bom atom seperti Tetsuo Imamichi, ia hanya dapat menawarkan kebijaksanaan dan doa.




Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending