Bagikan:

Mo Yan: Pemenang Nobel Perdamaian 2012 yang Ambigu

INDONESIA

Sabtu, 16 Mar 2013 00:42 WIB

Author

Ric Wasserman

Mo Yan: Pemenang Nobel Perdamaian 2012 yang Ambigu

China Controversial Nobel Winner, Ric Wasserman, Mo yan

Peraih Hadiah Nobel sastra kerap menjadi hal yang kontroversial, termasuk pemenang tahun 2012 yaitu Mo Yan dari Cina.

Dia adalah anggota Partai Komunis Cina dan jawabannya yang tidak kritis dan cenderung mengelak tiap ditanya soal kebebasan pers dan sensor, sulit untuk dikesampingkan.

Beberapa pihak mengatakan ini penting. Tujuannya untuk memperjelas perbedaan antara karya penulis dan politik.

Sang penulis berbakat ini datang ke Stockholm untuk menerima hadiah, juga menghadapi pers.

“Hadiah Nobel sastra tahun 2012 diberikan kepada kepada penulis Cina, Mo Yan, yang menggunakan realisme halusinasi untuk menggabungkan cerita rakyat, sejarah dan kisah kontemporer.”

Sejak pengumuman itu, penulis produktif 57 tahun dari daerah pertanian di Distrik Gaomi, barat laut Cina, harus memikirkan banyak hal.

Mo Yan sudah menulis 11 karya utama, beberapa drama dan puluhan cerita pendek.

Ia dikenal setelah menulis naskah film Red Sorghum, yang disutradarai Zhang Yimou. 

Film itu, seperti semua karya Mo Yan, menggambarkan kebanyakan masyarakat dan tradisi di daerahnya. Mo Yan awalnya seorang petani, lalu menjadi prajurit kemudian jadi penulis. 

 

Tapi Hadiah Nobel sastranya penuh kontroversi. Mo Yan adalah wakil ketua asosiasi penulis... juga seorang anggota berpangkat tinggi di Partai Komunis.

Di kota tua Stockholm, Musem Nobel menjadi tuan rumah konferensi pers dengan Mo Yan.

Terlihat dari pintu masuk, ada poster Herta Muller, Peraih Nobel Sastra tahun 2009. Herta sebelumnya mengungkapkan kalau pemberian Nobel kepada Mo Yan adalah malapetaka bagi kebebasan pers.

Sebagian besar jurnalis berasal dari media negara Cina, jurnalis lainnya bertanya tentang hal-hal yang tak berani mereka tanyakan.

Mengapa Mo Yan menunggu dua hari setelah ia meraih hadiah sastra untuk meminta pembebasan Peraih Nobel Perdamaian Liu Xiabao?

Pada 2009 Liu dijatuhi hukuman 11 tahun penjara  karena menulis seruan untuk reformasi demokrasi.

Q “Jika rekan Anda, sastrawan Liu Xiaobo ada di sini sekarang, apa yang akan Anda katakan padanya?”

“Hadiah yang saya terima adalah kemenangan bagi kesusastraan, bukan kemenangan bagi politik. Di malam pengumuman saya mengeluarkan pernyataan tentang Liu Xiaobo, bahwa dia harus segera dibebaskan. Tapi apakah Cina punya kebebasan berbicara, itu pertanyaan yang sangat sulit.”

134 Penerima Nobel terdahulu telah menandatangani pernyataan protes untuk membebaskan Liu Xiaobo dan mendesak Mo Yan untuk ikut tanda tangan...tapi ia tidak melakukannya.

Jurnalis lepas, Xeufei Chen, mengatakan Mo Yan seharusnya dibiarkan memilih cara berekpresinya.

“Dia dan orang lain juga bilang, setiap orang punya cara berbeda untuk mengekspresikan dirinya. Beberapa ingin berteriak di jalanan, yang lain ingin membuatnya menjadi karya yang sangat dramatis dan karya sastra. Jadi orang bisa membaca lalu memikirkannya. Itu akan meransang pikiran.”

Orang-orang yang mengapresi karyanya di Universitas Stockholm, kebanyakan adalah mahasiswa Cina. Mereka memuji-muji Mo Yan. Dia disandingkan dengan William Faulkner dan Gabriel Garcia Marquez, dan dia berhak untuk itu.

Dalam karya fiksinya, ia tidak takut untuk menangani korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Kampung halaman Mo Yan yang jadi latar belakang cerita, penuh dengan keberanian dan keringat, terutama dalam novelnya ‘The Garlic Ballads’.

“Keseluruhan buku itu; Anda cium, sentuh dan rasakan buku itu... Anda rasakan dan Anda lihat. Itu gambaran yang sangat jelas”

Tapi pakar budaya Cina Profesor Torbjorn Lodén dari Universitas Stockholm merasa untuk bisa memenangkan hadiah Nobel butuh lebih dari sekedar talenta menulis.

“Dalam mengkritik Mo Yan mereka cenderung mengatakan kalau dia bukan penulis yang bagus. Ini tidak benar. Mo Yan adalah penulis yang sangat bagus. Namun, menurut saya Hadiah Nobel harus dikaitkan dengan kebebasan sastra dan berekspresi. Dari sudut pandang ini, saya tidak bisa membantu, tidak peduli besarnya kekaguman saya pada Mo Yan dan tulisannya, saya melihat hadiah ini sedikit bermasalah.”

Tapi kerumunan orang-orang Cina di luar gedung konser Stockholm pada malam penyerahan penghargaan tidak punya pikiran lain: Mo Yan adalah pahlawan mereka.

Pemerintah Cina membagikan buku-buku Mo Yan dalam bahasa Cina secara gratis di dunia maya. Dia mungkin berasal dari generasi yang lebih tua tapi temanya bicara tentang kaum muda.

Manajer bisnis Yun Zhang mengatakan gaya menulis Mo Yan mudah diterima.

“Ya, dia mengungkapkan banyak kebebasan di artikel-artikel dan bukunya. Banyak hal tentang cinta dan kebebasan. Dia mempromosikan banyak hal bagi orang muda.”

Buku-buku Mo Yan telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, memicu minat baru terhadap penulis Cina, kata profesor Lodén.

“Saya yakin akibat hadiah tahun ini, banyak orang Swedia mulai membaca sastra Cina, tapi bukan secara khusus karya Mo Yan. Tapi hadiah ini akan merangsang minat pada sastra Cina pada umumnya.”

Mo Yan menulis setiap hari. Tidak diragukan akan lebih banyak lagi novel dan film yang lahir dari tangan Mo Yan di masa yang akan datang.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending