Bagikan:

Klinik Mae Tao di Perbatasan Burma Mengalami Pemotongan Anggaran

Badan Kesehatan Dunia WHO menempatkan sistem kesehatan Burma di nomor 2 paling bawah di antara 191 anggotanya.

INDONESIA

Sabtu, 30 Mar 2013 21:41 WIB

Author

Helen Regan

Klinik Mae Tao di Perbatasan Burma Mengalami Pemotongan Anggaran

Burma Mae Tao Clinic, Helen Regan DVB

Badan Kesehatan Dunia WHO menempatkan sistem kesehatan Burma di nomor 2 paling bawah di antara 191 anggotanya.

Kombinasi dari konflik yang berkepanjangan dan fasilitas kesehatan yang terbatas telah menciptakan situasi yang memprihatinkan bagi orang-orang Burma yang membutuhkan perawatan kesehatan.

Klinik Mae Tao terletak di perbatasan Thailand-Burma. Klinik ini telah menyediakan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan pengungsi Burma  serta warga adat setempat selama 20 tahun.

Tapi kini klinik mengalami kesulitan karena pemotongan anggaran sampai separuhnya. Penyandang dana ingin klinik dipindah ke Burma karena situasi negara itu sedang berubah.

Dua puluh tahun lalu di ujung Thailand Utara di kota Mae Sot, sebuah klinik darurat dibangun dengan dinding kayu.

Pendirinya, Dr Cynthia Maung mensterilkan peralatan medis dengan merebusnya dalam alat penanak nasi.

Sekarang Klinik Mae Tao menyediakan layanan kesehatan gratis yang beragam kepada pengungsi perang Burma, pekerja migran dan kelompok etnis minoritas yang tinggal di perbatasan.

Bagi ribuan warga sekitar, klinik ini adalah satu-satunya akses terhadap layanan kesehatan.

Sekarang klinik ini menghadapi tantangan terberat...

April lalu, permohonan dana Klinik Mae Tao hanya dipenuhi separuhnya dari total kebutuhan dana tahun ini.

“Saya khawatir terhadap nasib pekerja migran dan pengungsi. Bagaimana jika klinik ini tutup? Saya harap klinik terus berlanjut. Kami tergantung pada ini.”

Klinik ini bersandar pada dana dari donor internasional.

Salah satu alasan pemotongan dana adalah perubahan situasi politik di Burma.

Presiden Thein Sein terus memperkenalkan sejumlah reformasi demokratis.

Ini membuat sejumlah donor mengubah kebijakan pendanaan mereka.

Klinik ini adalah penyambung hidup ribuan orang Burma yang tinggal di Thailand.

“Kami tak mampu pergi ke Rumah Sakit Mae Sot, juga ada persoalan bahasa. Kami pun tak punya dokumen legal. Kami sangat tergantung pada Klinik Mae Tao.”

Klinik Mae Tao menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap, juga pasien bedah, gigi, mata dan kesehatan reproduksi.

Klinik ini juga punya bagian yang membuat kaki palsu.

Mae Tao menyediakan vaksinasi dan tindakan preventif untuk penyakit seperti HIV dan malaria yang berhasil menyelamatkan ribuan pasien.

Sebagai tambahan, klinik juga menyelenggarakan kelompok dukungan dan panti asuhan dari kamp pengungsi Umpiem Mai. Juga ada pendidikan bagi seribu murid lewat Pusat Pengembangan Anak-anak, kata staf klinik.

“Di Pegu, dekat Rangoon, Anda bisa pergi ke rumah sakit, misalnya untuk melahirkan anak, tentu butuh biaya. Anda juga harus beli segala sesuatu sendiri, termasuk kapas. Kalau tak punya uang, harus cari. Tapi di sini, Anda tak usah bayar, bahkan untuk makan. Lihat saja di sini, ada banyak makanan.”

Sebuah penggalangan dana darurat Juni lalu berhasil mengumpulkan Rp 2,5 miliar.

Tapi klinik masih butuh Rp 3 miliar lagi untuk beroperasi selama setahun.

Selama ini gaji karyawan dipotong 20 persen dan rujukan pasien ke rumah sakit Mae Sot hanya untuk kondisi darurat.

Biaya makanan untuk anak-anak di asrama juga dipotong menjadi Rp 90 ribu per bulan.

“Kami berhasil mengalokasikan dana untuk pengobatan, tapi harus memangkas dana pendampingan sosial seperti menyediakan makanan dan transportasi di bawah standar.”

Menteri di kantor Presiden Burma Aung Min sudah dua kali bertemu Dr Cynthia dan stafnya.

Mereka membahas pengembangan hubungan antara Klinik Mae Sot dan Rumah Sakit Myawaddy di Burma untuk rujukan pasien.

Dia juga ingin klinik ini pindah ke Burma.

“Karena waktu dan sistem telah berubah, kenapa mereka harus bersusah payah di luar negeri. Kenapa tidak kembali dan bekerja di dalam negeri secara resmi? Saya ingin membujuk mereka kembali. Ada yang tertarik, ada juga yang masih menunggu.”

Tapi masih ada ketidakpastian gencatan senjata di perbatasan antara pemerintah Burma dengan Uni Nasional Karen, juga reformasi yang terus bergulir. Artinya situasi di Burma belum tepat untuk memindahkan klinik.

Dr Cynthia mengatakan, kerja klinik sangat penting di daerah perbatasan.

Ketika pemerintah tak bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai, klinik di perbatasan seperti Mae Tao sangatlah penting.

“Jika ada pelayanan kesehatan yang lebih baik di Burma, maka tidak akan ada banyak orang ke klinik ini. Sekitar separuh pasien kami datang dari Burma. Untuk mengurangi jumlah ini, sangat penting untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di negara ini.”

Klinik masih harus bekerja keras untuk bertahan setahun mendatang.

Mereka terus mencari lebih banyak pasien dengan uang yang tersisa.

Jika pendanaan terus dipotong, maka ribuan orang yang tergantung pada klinik ini akan menderita.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending