Bagikan:

Jalan Panjang Menuju Keadilan bagi Perempuan India

Dunia merayakan Hari Perempuan Internasional pekan ini. Tapi di India, perempuan masih harus berjuang demi keamanan mereka.

INDONESIA

Selasa, 26 Mar 2013 21:03 WIB

Jalan Panjang Menuju Keadilan bagi Perempuan India

India Victims, Bismillah Geelani, Pemerkosaan

Dunia merayakan Hari Perempuan Internasional pekan ini.

Tapi di India, perempuan masih harus berjuang demi keamanan mereka.

Konstitusi di sana menjamin kesetaraan bagi perempuan... tapi di penjuru negeri, dua perempuan diperkosa setiap jam. 

Jangjit Kaur yang berusia 32 tahun ini tidur di dalam tenda kecil, di Jalan Jantar Mantar di New Delhi.

Puluhan surat kabar dengan berita tentang Kaur tersebar di depannya.

Kaur sedang menjalani mogok makan... ini sudah sebulan sekarang.

Dia bercerita kalau dia diperkosa di kantor polisi di Punjab.

“Saya datang ke kantor polisi untuk melaporkan pencurian di rumah. Polisi kemudian menawarkan secangkir kopi, lantas menutup pintu kantor. Dia mencoba menelanjangi saya. Saya berteriak minta tolong. Lalu dua warga desa datang untuk menyelamatkan saya, tapi mereka dipukuli dan dikurung. Polisi itu lantas memperkosa saya dan saya berhasil keluar. Saya diserang batang dan lengan saya retak. Mereka tak berhenti sampai saya jatuh pingsan.”

Ini terjadi tiga tahun lalu. Tapi sampai sekarang dia tak berhasil mendaftarkan keluhannya.
 
“Saya sudah melakukan protes, mengajukan keluhan kepada pejabat polisi dan pemerintah setempat, berlari ke pengadilan, tapi tak ada perubahan. Saya bahkan menulis surat kepada Perdana Menteri dan Biro Pusat Penyelidikan, tapi tetap saja. Jadi saya datang ke ibukota untuk menuntut keadilan.”

Tapi protes yang dia lakukan belum menggugah pemerintah untuk bereaksi.

“Saya telah tidak makan selama sekian hari tapi tampaknya itu tidak membuat orang terganggu. Kalau saya tak mendapatkan keadilan dari pemerintah negara bagian, juga tak dapat dari pemerintah pusat, lalu dari mana saya bisa mendapatkan keadilan? Di mana Komnas Perempuan? Di mana Komnas HAM? Apakah kalian ingin saya jadi teroris? Kalau keadilan tak bisa saya dapatkan juga.... kalian yang akan membunuh saya atau saya akan bunuh semuanya.”

Dan Kaur bukan satu-satunya yang sedang memperjuangkan keadilan.

Saheb Singh yang berusia 55 tahun tinggal di pinggiran Delhi.

Putrinya yang berusia 18 tahun diperkosa tahun 2009 oleh Konselor Daerah setelah Shaheb menolak menikahkan sang putri dengan dia.

Lalu awal tahun ini, anak buah Konselor ini melecehkan istrinya secara seksual.

Menurut dia, polisi tak mengambil tindakan apa pun terhadap para pemerkosa.

“Untuk kasus istri saya, polisi telah mencatat kasusnya, tapi hanya mencantumkan nama. Tak ada penyelidikan lanjutan. Para pemerkosa ini sangat berpengaruh, mereka bisa berkeliaran bebas, bahkan secara menyerang saya secara kasar, tapi polisi tetap diam. Kami ingin pemerintah melindungi kami dan menghukum polisi yang mengkhianati kami.”

Protes yang dilakukan para korban kekerasan seksual dimulai setelah pemerkosaan brutal yang terjadi terhadap siswa berusia 29 tahun di New Delhi.

Sejak itu pemerintah mengumumkan sejumlah langkah untuk mengatasi kejahatan seksual terhadap perempuan.

Di antaranya adalah menurunkan batas umur remaja dari 18 ke 16 tahun, serta membolehkan hukuman mati sebagai hukuman atas pemerkosaan untuk kasus luar biasa.

Awal pekan ini, saat menyampaikan anggaran negara tahun ini, Pemerintah juga mengumumkan dana khusus untuk keselamatan dan keamanan perempuan yang disebut Dana Nirbhaya.
 
Menteri Keuangan P. Chidambaram.

“Kami berdiri bersama perempuan dan anak perempuan, kami bersumpah akan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk memberdayakan mereka, juga menjaga mereka tetap aman. Sejumlah inisiatif baru akan dilakukan, langkah lain akan diambil pemerintah juga LSM. Mereka berhak mendapatkan dukungan kami.”

Tapi para pemrotes tak puas.

Puluhan pengunjuk rasa membakar boneka yang menggambarkan sistem peradilan negara itu.
Mereka berteriak ‘sistem keadilan mati, karena itu kejahatan terus terjadi’.

Raghuveer Sharma rutin datang ke protes di Jantar Mantar ini sejak Desember tahun lalu.

“Kami memperjuangkan keadilan, untuk mengubah sistem yang sakit ini. Kami telah sangat menderita karena sistem ini. Kami tidak mau lagi begini, ini harus berubah. Sampai ada perubahan konkrit untuk mengubah sistem, kami akan melanjutkan protes kami. Kami tidak memprotes pemerintah atau partai tertentu, tapi kami memprotes keseluruhan sistem. Sampai kami mencapai tujuan kami, tak ada yang bisa memindahkan kami dari sini.”

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending