Bagikan:

Dukungan bagi Rakyat Kachin di Tengah Memanasnya Konflik

Negara Bagian Kachin di bagian utara Burma merupakan tempat pertempuran berdarah antara para pemberontak Kachin dan militer Burma.

INDONESIA

Kamis, 14 Mar 2013 12:13 WIB

Author

Moe Moe

Dukungan bagi Rakyat Kachin di Tengah Memanasnya Konflik

Burma Kachin Protest, Moe Moe, Tentara Pembebasan Kachin (KIA)

Negara Bagian Kachin di bagian utara Burma merupakan tempat pertempuran berdarah antara para pemberontak Kachin dan militer Burma.

Konflik memanas sejak gencatan senjata 17 tahun gagal pada Juni 2011.

Sepekan terakhir, konflik terus meningkat.

Militer Burma mengaku memakai pesawat tempur untuk menyerang tentara pemberontak, namun bersikeras itu dilakukan untuk melindungi diri.

Alhasil lebih dari 75 ribu warga sipil kehilangan tempat tinggal mereka. Berbagai upaya perundingan damai juga menemui jalan buntu.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dan komunitas internasional mendesak Burma untuk menghentikan pertempuran di Negara Bagian Kachin.

Ratusan orang Burma berkumpul di Rangoon untuk menunjukkan dukungan mereka bagi orang Kachin yang terjebak dalam konflik itu.

Sejumlah biksu membacakan ajaran Buddha tentang kasih, sementara ratusan warga berdiam diri mendengarkan.

Ini adalah unjuk rasa langka untuk perdamaian yang digelar Rangoon, Burma.

Para pendemo memegang poster bertuliskan “Hentikan Perang di Tahun Baru” dan “Tahun Baru untuk Perdamaian”.

Berbagai kelompok agama, masyarakat madani, bekas tahanan politik dan kelompok pelajar berkumpul di Rangoon. Mereka meminta pemerintah untuk menghentikan berbagai serangan udara terhadap para pemberontak Kachin.

Negara Bagian Kachin, daerah terjal dekat perbatasan Cina, adalah satu wilayah yang kaya dengan sumber daya alam, seperti batu giok dan kayu jati.

Namun daerah ini terkoyak perang berdarah antara pemberontak Kachin dan militer Burma.

Yang diperjuangkan Tentara Pembebasan Kachin adalah otonomi yang lebih besar dan pemenuhan hak-hak etnis. Mereka bersikeras ingin mendapatkan solusi politik yang nyata.

Namun konflik ini terus memanas sejak dua tahun silam.

Sebelumnya militer Burma menyangkal adanya serangan udara. Namun akhirnya mengakui kalau militer menggunakan pesawat tempur untuk menyerang pemberontak.

Tidak ada korban yang dilaporkan, namun 15 ribu pengungsi di sana ketakutan, seperti dikatakan

La Rip dari Jaringan Tindakan Bantuan untuk Pengugsi.

“Mereka ketakutan sekali dan tidak tahu harus pergi ke mana, kecuali ke Cina. Negara itu pun tidak ada tanda-tanda akan menyambut mereka. Orang-orang bahkan melintas perbatasan meski tidak ada jaminan, karena tembakan terjadi dekat sekali dengan kamp pengungsi.”

75 ribu orang tinggal di berbagai kamp yang berbatasan dengan Cina.

Sekitar 300 warga desa melarikan diri ke Kutki di negara bagian Shan, menjauh dari konflik berdarah.

“Kami akhirnya berada di sini karena di wilayah kami di Nahkam, pemerintah dan KIA yang tinggal di hutan, terus bertempur. Dan setelah mendengar berita di radio soal apa yang terjadi di daerah-daerah  lainnya, kami takut kalau hal yang sama akan terjadi pada kami, jadi kami lari ke sini.”

May Sabai Phu dari Jaringan Perdamaian Kachin adalah sebuah kelompok yang memperjuangkan dialog politik untuk mengatasi konflik itu.

Dialah yang mengatur unjuk rasa hari itu di Rangoon.

“Kami berada di sini hari ini untuk mewujudkan perdamaian. Hentikan perang dan tegakkan keadilan di tahun 2013 - untuk semua anak-anak, ibu dan orang yang sudah lanjut usia di berbagai kamp pengungsi.”

Presiden Burma Thein Sein telah memerintahkan militer supaya menghentikan operasi militer terhadap para pemberontak.

Tapi satu video yang beredar di jejaring sosial memperlihatkan hal sebaliknya – sejumlah daerah yang dikuasai KIA jadi sasaran pesawat militer Burma.

Zing Mar Aung berbicara di hadapan para pendemo.

Dia adalah seorang aktivis Burma yang baru-baru ini mendapatkan Penghargaan Perempuan Pemberani dari Amerika Serikat.

“Kami hanya bisa berdiri dan menyampaikan keinginan mereka kepada media, tapi kami masih belum bisa menghentikan perang ini. Masalah utamanya adalah konstitusi. Kami tidak tahu mengapa perang belum usai, meski pemerintah sudah memerintahkan supaya operasi militer dihentikan.”

Makin memanasnya konflik membuat banyak pihak ragu akan komitmen pemerintah akan reformasi.

Aung Myo Min adalah Direktur Lembaga Pendidikan Hak Asasi Manusia.

“Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 3 dikatakan semua orang punya hak atas kehidupan dan keselamatan. Kepala Komisi Hak Asasi Manusia mengatakan, ia sangat bangga karena Burma merupakan negara pertama yang menandatangi Deklarasi itu di PBB. Tapi saya sedih dengan kebrobokan hak asasi manusia yang terjadi justru di negara yang pertama kali menandatangai Deklarasi itu..”

Partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi, terus meminta perudingan perdamaian.

Ketua Partai NLD, Suu Kyi mengaku masih menunggu undangan resmi dari pemerintah untuk ikut terlibat.

Sementara itu, Naw Susana, Presiden Jaringan Perempuan Etnis Karen, berjanji akan meneruskan perjuangannya.

“Saya tidak akan berhenti mengkampanyekan perdamaian di tahun 2013, dengan cara mendekati pemerintah dan KIA. Kalau mereka tetap tidak berhenti berperang, kami akan turun ke medan pertempuran, berada di antara mereka, dan mencegah mereka untuk saling menembak.” 



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending