Bagikan:

Atlet Perempuan Burma yang Inspiratif

Burma menargetkan meraih 100 medali emas dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara atau SEA Games Desember nanti.

INDONESIA

Selasa, 26 Mar 2013 21:01 WIB

Atlet Perempuan Burma yang Inspiratif

Burma SEA game, Cherry Htike and Banyol Kong Janoi

Burma menargetkan meraih 100 medali emas dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara atau SEA Games Desember nanti.

Demi mencapai target ini, Burma memasukan sejumlah olahraga tradisional dalam kompetisi, termasuk sepak takraw. 

Ada seorang atlet perempuan yang gemilang dalam sepak takraw meski tak mendapat dukungan dari pemerintah dan keluarganya.

Nwe Nwe Htwe tengah giat berlatih. Perempuan 26 tahun ini berlatih enam hari seminggu.

Ia bergabung dengan tim sepak takraw perempuan.

Ia sudah suka olahraga sejak kecil.

“Ketika kecil, saya menyaksikan upacara pembukaan SEA Games. Saya kagum melihat bendera dan atlet Burma berbaris di tengah parade. Mereka memakai pakaian tradisional. Saya ingin seperti mereka”

Namun ketika ia baru berusia 13 tahun, ia sulit bergabung.

“Ketika itu, anak laki-laki tidak membolehkan saya bermain bersama mereka. Mereka selalu mengusir saya. Kata mereka, “Kamu perempuan, tidak boleh main sama kami.” Saya juga tidak tahu caranya main, jadi saya hanya mengamati mereka. Suatu ketika, bola takraw ditendang sampai ke luar lapangan. Saya lari dan mengambilkan bola untuk mereka. Setelah itu baru mereka mengizinkan saya menendang bola dan main bersama mereka.”

Tak mudah bagi dia untuk meyakinkan orangtuanya.

"Awalnya mereka mengizinkan saya ikut olahraga. Tapi pelajaran saya terganggu. Saya kelelahan setelah bermain dan tidak dapat belajar dengan baik. Ayah melarang saya bermain, tapi saya diam-diam meneruskannya. Saya pura-pura pergi sekolah, padahal sebenarnya main sepak takraw. Ketika ibu tahu, saya dipukuli. Saya janji tidak main lagi, tapi saya ketagihan.“

Orangtuanya ingin Htwe menjadi pegawai negeri.

“Ayah tidak ingin saya menekuni olahraga ketika kecil. Ia ingin saya menyelesaikan SMA dan jadi Polwan. Saya tidak tertarik. Saya menentang keinginan mereka.”

Akhirnya ia tak melanjutkan pendidikan.

“Saya tidak lulus SMA. Ayah ingin saya berhenti menekuni olahraga. Ayah membakar semua penghargaan yang pernah saya raih. Saya menang banyak kompetisi nasional ketika masih sekolah. Ketika pulang, saya tanya ke ibu karena tidak menemukan penghargaanku di rumah. Kemudian saya menemukan sisa pembakaran di dekat rumah. Saya terkejut dan mulai menangis. Tapi peristiwa itu menguatkan saya. Saya berjanji bekerja lebih keras supaya berhasil dalam olahraga ini. ”

Ia tidak sendiri. Banyak siswa mesti mengorbankan pendidikan karena ingin fokus ke bidang olahraga.

Sekolah di Burma tidak memfasilitasi siswanya yang mau jadi atlet.

Wakil Direktur Kementerian Olahraga Kyaw Zin Moe mengatakan, tiba waktunya bagi Burma untuk punya sekolah macam ini.

“Sebagian anak ingin mengutamakan pendidikan lebih dahulu. Karena itu mereka baru menekuni olahraga setelah lulus SMA. Saat itu mereka sudah berusia 16 tahun, lalu baru akan terpilih jadi anggota tim setelah berlatih 20 tahun. Padahal prestasi terbaik atlet ada di usia 15 sampai 25 tahun. Prestasinya menurun setelah setelah usia itu. Kami berencana memasukkan olahraga ke dalam pelajaran sekolah.”

Titik balik Nwe Nwe Htwe datang pada 2006. Ketika itu, tim sepak takraw Burma tengah merekrut anggota baru.

"Itu sungguh dilema. Ibu saya tidak memberi uang. Jadi saya pergi ke rumah ipar saya. Saya bilang kalau ayah meminta saya pergi. Saya bohong, tapi dia memberi saya sekitar 300 ribu rupiah.”

Uang itu cukup untuk pergi dari negara bagian Mon ke ibukota.

“Hari itu tanggal 15 Juni. Saya melihat jalan terbuka untuk menggapai mimpi. Saya pikir, kalau saya tidak melakukan ini sekarang, saya tidak bakal dapat kesempatan lain.”

Dan mimpi Htwe akhirnya terwujud.

“Saya sangat senang! Saya berjingkrak memutari ruangan begitu tahu saya terpilih! Ada 6 dari 8 orang yang dipilih untuk gabung ke pelatihan intensif dan saya adalah salah satunya. Saya awalnya kesulitan di kamp pelatihan. Saya harus sabar ketika dimarahi pelatih atau pemain senior. Saya ingin belajar dari mereka. Jadi saya mesti menahan diri. Sebagai junior, saya mesti berlatih melebihi pemain lainnya, dari pagi hingga malam. Pelatih juga mengatakan begitu.”
  
Sekarang dia menantikan saat-saat memenangkan medali emas bagi negaranya...

“Tim perempuan kami mendapat medali emas di Asian Games Cina. Kami juga menang SEA Games Laos dan Indonesia. Jadi, kami harap bisa kembali mendapat emas di SEA Games berikutnya. ” 



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending