Pekerja bantuan kemanusiaan dan LSM memperkirakan kalau ada sekitar 50 ribu anak-anak Indonesia yang tak punya kewarganegaraan di negara bagian Sabah di pulau Kalimantan.
Dan yang tak banyak terungkap adalah ada sekitar ribuan atau mungkin puluhan ribu anak-anak Filipina yang juga tak berkewarganegaraan di sana.
Ini adalah Lynn, anak tertua dari 9 bersaudara.
Dia tak punya dokumen legal di Malaysia maupun di Filipina.
Jadi dia tak bisa bekerja secara legal di sini atau bersekolah.
Dia bekerja secara ilegal di sebuah restoran Cina.
“Waktu saya umur dua tahun, orangtua saya membawa kami ke Labuan, Filipina, dan tidak pernah pulang lagi.”
Lynn adalah satu dari kemungkinan 10 ribuan anak-anak yang tak punya kewarganegaraan di Sabah.
Christina adalah Presiden dari LSM Hope di Sabah.
“Masalah anak-anak tanpa kewarganegaraan di Sabah ini sangat serius. Ini adalah masalah serius bagi masyarakat Sabah, juga pemerintah, karena orang-orang ini ada di penjuru negara bagian.”
“Ayah saya bekerja sebagai tukang las. Saya tidak terlalu yakin juga, karena dia bekerja di mana-mana, seperti di Sipitang. Dia pernah ditahan, sekali di Labuan dan di tempat lain. Semua gara-gara paspor.”
Sejak tahun 1960-an, migran Muslim bisa mendaftar untuk mendapatkan dokumen identitas sementara dari Majelis Islam Sabah.
Tapi ini bukan kartu identitas resmi, kata Christina.
“Anak-anak tanpa kewarganegaraan ini kehilangan hak mereka akan pendidikan karena hal ini. Sampai mereka statusnya legal, mereka tak bermanfaat bagi masyarakat di sini.”
Anne Keyworth adalah pendiri tempat penampungan Bukit Harapan.
Ini adalah rumah bagi anak-anak cacat, juga perempuan korban penyiksaan dan anak-anak yang tak punya dokumen resmi setelah orangtua mereka dideportasi.
“Kami harus menghadapi kenyataan kalau mereka akan di sini selamanya. Kalau kami tak lakukan sesuatu untuk mereka, di masa mendatang mereka bisa menjadi pelaku kriminal.”
Banyak orang menuding migran ilegal terlibat dalam banyak aksi kejahatan.
Selama bertahun-tahun, Malaysia sudah beberapa kali melakukan penggusuran massal terhadap migran yang tak berdokumen resmi dan orang-orang yang tak berkewarganegaraan.
Namun sejumlah kritik mengatakan kalau ini tidak akan menghentikan gelombang migran asing seperti Lynn, yang mendarat di pantai Malaysia.
Mereka datang dengan harapan memulai hidup yang lebih baik. Seperti Lynn.
“Saya harap dokumen identitas sementara yang mereka berikan pada kami ini asli. Dengan begitu saudara-saudara saya bisa sekolah, tidak seperti saya. Saya harus mulai bekerja saat usia 10 tahun sampai sekarang.”