Secara harafiah, buzkhasi berarti 'berebut kambing'. Olahraga tradisional Afghanistan ini mirip polo, tapi bukan bola yang diperebutkan melainkan bangkai anak sapi atau kambing.
Bangkai yang disebut ‘carcass’ itu harus dipenggal dulu kepala juga kaki sampai lutut. Organ dalamnya pun dikeluarkan. Bangkai tersebut lantas direndam 24 jam dalam air agar bangkai tak mudah robek saat diperebutkan. Supaya permainan lebih menantang, bangkai diisi pasir sehingga lebih berat.
Bangkai tanpa kepala ini lantas diletakkan di tengah lingkaran. Dua tim mengelilingi bola bangkai ini - semua anggotanya laki-laki dengan jumlah tak terbatas. Dan semuanya juga menunggang kuda. Kedua tim saling berebut bangkai untuk membawanya ke lingkaran lain untuk mencetak angka. Tim pemenang adalah yang meraih angka terbanyak dengan hadiah berupa uang tunai atau pakaian bagus.
Tak mudah mendekati lingkaran itu. Kedua tim harus saling bertarung bersenjatakan cambuk untuk menyerang atau membela diri. Hanya pemain terlatih lah yang bisa melakukannya. Pemain yang disebut ‘chapandaz’ butuh waktu bertahun-tahun untuk menguasai teknik permainan. Tak jarang usia mereka hampir 40 tahun.
Tak hanya pemain yang harus terlatih, kudanya pun demikian. Paling tidak, si kuda harus dilatih selama 5 tahun sebelum mahir bermain.
Permainan berlangsung cepat dan brutal di lapangan yang berbukit, berpasir bahkan bersalju. Tak jarang pemain patah kaki atau tangan – paling minimal luka-luka di sekujur tubuh. Demi melindungi tubuh, pemain memakai pakaian khusus seperti topi tebal, baju berlapis-lapis, sepatu bot panjang dan selendang yang dililit di pinggang.
Saking brutalnya permainan ini, hanya ada peraturan tak tertulis di lapangan. Itu pun seringkali diabaikan pemain di daerah. Namun aturan dasar yang disepakati bersama diantaranya tidak boleh mengikat bangkai di pelana, tak boleh memukul tangan lawan untuk berebut bangkai atau memakai tali untuk menjatuhkan lawan.
Ada dua jenis Buzkashi, Tudarabai dan Qarajai. Aturan main Tudubarai lebih sederhana; setiap pemain hanya perlu membawa bangkai sejauh mungkin dari lingkaran awal. Sedangkan dalam Qarajai, pemain harus membawa bangkai ke sekitar penanda yang terletak di salah satu sisi lapangan. Dari tanda itu mereka harus melemparkannya ke dalam apa yang disebut sebagai “Lingkaran Keadilan”.
Permainan ini diyakini muncul pertama kali oleh masyarakat Afghanistan di Lembah Oxus. Mereka berlatih buzkhasi untuk melawan perampok kuda karena di masa itu kuda termasuk barang berharga. Dari sinilah buzkashi lantas berkembang jadi olahrga yang sangat digemari dan ditonton warga Afghanistan, laki-laki maupun perempuan.
Di daerah tertentu, buzkashi dimainkan untuk merayakan pernikahan selama musim panas. Tapi di tempat lain, olahraga ini dimainkan setiap saat untuk hiburan, bahkan di musim salju sekali pun. Dan bagi banyak orang Afghanistan, buzkashi tidak sekedar permainan: ini adalah cara hidup. Sebab permainan ini melibatkan kerjasama dan cara berkomunikasi sehingga cita-cita tercapai.
Olahraga ini juga diangkat dalam film 'Buzkashi Boys' yang masuk dalam nominasi Oscar tahun 2012.