Bagikan:

Warga Pakistan Mengecam Pembela Taliban

Banyak kelompok politik Islam seperti Jamaat-e-Islami juga mengutuk pembunuhan murid sekolah itu.

INDONESIA

Jumat, 02 Jan 2015 18:24 WIB

Warga Pakistan Mengecam Pembela Taliban

Pakistan, Taliban, serangan sekolah, terorisme, Naeem Sahoutara

Saat ini pukul 9 pagi dan sekolompok pelajar berkumpul di luar kantor Persatuan Jurnalis di Karachi.

Meski memakai seragam sekolah lengkap, mereka tidak ke sekolah. Mereka datang kemari untuk menunjukkan dukungan mereka pada para murid yang tewas dalam serangan di Sekolah Umum Tentara di Peshawar Desember lalu.

Munib Ahmed yang berusia 8 tahun salah satunya.

“Kami terus memikirkan para korban. Kami tidak akan berhenti bersekolah. Kami akan melanjutkan pendidikan kami apapun yang Taliban lakukan,” ujarnya.

Lebih dari 130 pelajar dan sembilan staf tewas dalam serangan bulan lalu itu. Militan Taliban mengatakan aksi ini merupakan balasan terhadap serangan militer yang terus dilakukan terhadap mereka.

Serangan itu merupakan serangan terburuk di negeri itu dan mengejutkan seluruh rakyat. Banyak warga seperti sarjana hukum bernama Ayesha Khurrum mengalami trauma.

“Saya menangis dan tidak sanggup melihatnya. Saya tidak bisa membayangkan ada manusia yang hatinya sebrutal itu. Anak- anak itu adalah masa depan bangsa ini. Kita harus berjuang untuk negeri ini, kita harus berjuang untuk Pakistan dan berjuang untuk Islam,” kata Ayesha.

Perdana Menteri Muhammad Nawaz Sharif sudah membatalkan moratorium soal hukuman mati yang dibuat tahun 2008.

Dalam waktu satu minggu, enam teroris dieksekusi. Pejabat pemerintah menyatakan 500 tahanan yang divonis mati dalam kasus terorisme akan segera dieksekusi dalam beberapa pekan mendatang.

Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan telah menyatakan keprihatiannnya terkait keputusan itu. Ketua lembaga itu, Zohra Yousuf, mengatakan pemerintah seharusnya lebih fokus pada program untuk menciptakan toleransi dan deradikalisasi.

“Apa yang dibutuhkan adalah kebijakan yang konsisten dan jelas. Misalnya kita tidak bisa bilang ada Taliban yang baik dan ada Taliban yang jahat. Atau kita senang dengan kelompok ekstrimis tertentu karena mereka tidak melawan negara tapi melawan negara tetangga. Kita ambil kasus Lashkar-e-Tayyaba yang terlibat di Kashmir dan tampaknya melawan India. Mereka seharusnya tidak ditolerir meski melawan negara tetangga karena mereka melakukannya dari dalam Pakistan dan kelompok yang sama bisa menyerang dari dalam.”

“Kita melihat bagaimana kelompok sektarian ditolerir, tidak hanya oleh partai politik tapi juga pemerintah daerah terutama pemerintah Punjab. Jadi selama kelompok ekstrimis atau militan agama masih ditolirir keberadaannya, masalah ini tidak akan selesai.”
 
Banyak kelompok politik Islam seperti Jamaat-e-Islami juga mengutuk pembunuhan murid sekolah itu. Tapi ada beberapa kelompok lain yang secara terbuka mengajarkan idiologi pro-militan.

Di sebuah acara perbincangan yang disiarkan secara langsung, ulama ketua Masjid Merah yang terkenal, Moulana Abdul Aziz, menolak mengutuk serangan Taliban ke sekolah itu. Dia juga mengatakan penerapan Hukum Syariah adalah jalan keluar satu-satunya dari masalah yang dihadapi negara ini.

Pesantrennya terkenal karena mengajarkan para pelajar perempuannya kalau pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden adalah pahlawan Islam.

Ketua Komnas HAM Pakistan, Zohra Yousuf, mengatakan media seharusnya tidak menyiarkan pandangan seperti ini.

“Kami menemukan kalau orang seperi Moulana Aziz dan Hafiz Saeed diundang stasiun televisi dan mereka dimintai pendapat tentang banyak hal.  Jadi sebenarnya media mempromosikan mereka. Jika semua orang memboikot organisasi seperti ini, kita akan bisa menghadapi terorisme,” kata Zohra.

Setelah program televisi itu, ratusan orang berunjuk rasa di luar Masjid itu di ibukota Islamabad dan mengajukan tuntutan pidana terhadap ulama itu.

Aktivis HAM , Jibran Nasir yang berusia 27 tahun, menjadi ujung tombak unjuk rasa itu.

“Para ulama ini pada kenyataannya melakukan penghujatan. Mereka mengajarkan interpretasi yang salah atas Al quran kepada anak-anak. Mereka menciptakan kesalahpahaman. Sekarang kami akan melakukan shalat Jumat. Jika ada ulama yang mendukung Taliban dan melindungi pembunuh, kami akan mengusirnya dari Masjid.”
 
Pemimpin politik dan militer telah membentuk pengadilan militer khusus untuk melakukan persidangan cepat para tersangka teroris dan melakukan eksekusi.

Tapi banyaknya pemimpin agama yang mempromosikan pandangan ekstrimisme menjadi masalah utama yang harus diatasi ketimbang mengantung teroris.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending