Bagikan:

Pemimpin Thailand Janji Berantas Perdagangan Orang Tahun Ini

Dia mengingatkan posisi yang buruk ini akan merusak hubungan dagang. Dia pun meminta dibuat aturan yang lebih besar soal industri perikanan.

INDONESIA

Senin, 12 Jan 2015 12:05 WIB

Pemimpin Thailand Janji Berantas Perdagangan Orang Tahun Ini

Thailand, perdagangan manusia, industri seks, perikanan, Kannikar Petchkaew

Perdana Menteri militer Prayuth Chan-ocha berjanji akan memberantas perdagangan manusia dalam industri seks dan perikanan tahun ini.

Dia mengatakan akan menghukum pegawai negeri yang terlibat.

Langkah ini diambil setelah Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Juni lalu menyebut Thailand sebagai pusat perdagangan manusia terburuk di dunia. Mereka mengatakan Thailand ‘tidak melakukan langkah yang signifikan ‘. Thailand dianggap jadi sumber, tujuan dan transit bagi pekerja paksa.

Menurut Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Thailand dianggap tidak lebih baik dari Korea Utara dan Arab Saudi dalam memperlakukan para pekerja dan melindungi mereka dari kekerasan.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan sebagian besar korban perdagangan orang di Thailand berasal dari negara tetangganya. Para korban ini dipaksa bekerja terutama di industri seks dan kapal penangkap ikan.

Menanggapi hal itu, Prayuth Chan-ocha, jenderal militer yang berkuasa setelah kudeta Mei lalu, berjanji akan mengambil sejumlah langkah untuk menghentikan perdagangan manusia.

Dia mengingatkan posisi yang buruk ini akan merusak hubungan dagang. Dia pun meminta dibuat aturan yang lebih besar soal industri perikanan.

“Setiap pemilik harus mendaftarkan kapalnya dan harus dilengkapi dengan GPS pada akhir Januari ini. Kita harus menunjukkan pada dunia kalau kita berusaha mengatasi masalah ini. Posisi yang buruk ini akan berdampak pada stabilitas dan kesejahteraan warga Thailand,” kata Prayuth.

Thailand yang saat ini merupakan eksportir ikan terbesar ketiga di dunia sedang menghadapi krisis reputasi internasional.

Aktivis HAM Amerika Serikat Jean Geran yang mendampingi masayarakt gunung di utara mengatakan pemerintah Thailand harus fokus pada masalah orang tanpa kewarganegaraan.

“Dalam laporan itu, Amerika Serikat menunjukkan orang suku di pegunungan, anak-anak tanpa kewarganegaraan dan minoritas yang melintasi perbatasan adalah kelompok yang rentan. Mereka cenderung jadi korban perdagangan manusia karena para pelaku bisa menyita dokumen mereka atau bahkan mereka sama sekali tidak punya dokumen,” ujarnya.
 
Santipong Moonfong yang sudah membantu anak-anak yang tidak punya kewarganegaraan ini selama 20 tahun memperkirakan ada empat juta orang yang tidak punya kewarganegaraan di Thailand. “Menurut saya, satu juta diantaranya adalah anak-anak,” kata Santipong.

Tanawin yang berusia 16 tahun lahir di Thailand. Orangtuanya menyebrangi perbatasan dari Myanmar dan tinggal secara ilegal di Thailand selama 20 tahun.

“Saya tidak punya kewarganegaraan. Ini sangat sulit bagi saya. Saya takut akan ditangkap jika pergi terlalu jauh dari kampung halaman saya,” kata Tanawin.

Tanpa kewarganegaraan, dia tidak bisa masuk sekolah negeri dan sulit masuk universitas.

“Saya senang bisa sekolah terus. Tapi masalahnya saya tidak punya kewarganegaraan sehingga tidak bisa mendapatkan pinjaman pendidikan dari pemerintah. Ada kesempatan tapi saya tidak berhak mendapatkannya. Saya hanya ingin punya kewarganegaraan. Itu saja,” tambahnya.

Bersama dengan jutaan anak tanpa kewarganegaraan lain, Tanawin harus pintar menjaga diri agar tidak jadi korban perdagangan orang.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending