Nakorn yang berusia 43 tahun dan istrinya pindah dari Songkla di Thailand Selatan ke Chiang Mai tujuh tahun lalu.
Mereka pindah untuk mendapatkan bantuan bagi putra semata wayang mereka di Institut Perkembangan Anak Rajaanagarindra.
Putra mereka mengalami Cerebral Palsy atau kelumpuhan otak sejak lahir... sehingga ia kesulitan bicara atau berjalan.
“Terima kasih untuk kebaikan semua orang, yang tidak mengabaikan kami. Mari bersatu dan berpegangan tangan agar kita tidak sendirian.”
Lewat terapi drama, sudah terlihat ada banyak kemajuan...
Dia kini bisa bergerak dengan bebas menggunakan kursi roda, berteman dan bahkan bernyanyi di atas panggung.
Kelas ini dipimpin Jeanne Calvit, seorang seniman asal Amerika Serikat, yang sudah mengajar terapi drama lebih dari 30 tahun.
Ia mendirikan sebuah pusat rehabilitasi di Amerika Serikat untuk membantu para artis yang mengalami masalah perkembangan.
“Ada seorang lelaki muda yang tidak bisa bicara dan kami sudah ada di sini selama dua bulan. Dia tidak bicara dan wajahnya tidak berekspresi. Tapi pada bulan pertama latihan, ia mulai menyanyi. Pengasuh yang merawatnya menangis karena tidak pernah melihat lelaki itu menyanyi sebelumnya. Dan setelah itu dia mulai bicara. Saat pertunjukkan sedang berlangsung, ia meraih mikrofon dan berbicara kepada penonton.”
Terapi itu mengunakan elemen-elemen drama, seperti menyanyi dan berakting untuk memperbaiki kemampuan para siswa.
Tapi bagi Jeanne, latihan ini punya makna lebih dalam...
“Ini membuka jalan munculnya kreativitas, yang biasanya tidak muncul pada penyandang cacat. Biasanya semua fokus pada fungsi mereka. Seperti mereka bisa berjalan di pinggir jalan, berpakaian, makan, atau membersihkan tempat mereka. Tapi sekarang mereka menjadi kreatif, punya ide-ide yang bisa diwujudkan.”
Tahun lalu pemerintah Thailand menyatakan ada sekitar 40 ribu anak yang lahir cacat di negeri itu.
Dan menurut survei nasional tahun 2007, ada lebih dari 30 persen anak Thailand yang mengalami masalah bicara dan bahasa.
Direktur Rumah Sakit Samai Sirithongthawon mengatakan jumlah ini terus meningkat.
Rumah sakitnya dipenuhi pasien hampir dua kali lipat dibandingkan kapasistas yang tersedia.
Dia berharap terapi drama ini bisa mengatasi kenaikan jumlah pasien ini.
“Teknik perawatan anak-anak yang mengalami gangguan pertumbuhan ini relatif baru. Maka program ini bisa dianggap sebagai model dan dipromosikan ke unit pelayanan lainnya di seluruh negeri.”
Jeanne percaya terapi itu akan membuahkan hasil yang positif..
“Ketika kami mulai tahun lalu, kami mencoba untuk membantu mereka untuk bicara...tetapi mereka hanya berbisik. Kami tidak bisa membuat mereka bernyanyi dengan suara keras atau bahkan tersenyum. Tapi setelah beberapa minggu, mereka mulai bernyanyi, berbicara lebih keras dan menjadi lebih ekspresif. Semakin banyak Anda bergaul dengan mereka, Anda melihat mereka menjadi lebih mudah mengekspresikan dirinya. Mereka seperti baru saja bangun.”
Baru-baru ini, rumah sakit itu mengadakan pertunjukkan teater... semua pemerannya adalah anak-anak dengan berbagai cacat mental.
Drama ini bercerita tentang seorang dokter yang berusaha menyelamatkan binatang-binatang liar saat terjadi bencana alam.
Omsin yang berusia 20 tahun adalah seorang bekas pasien... kini ia menguasai panggung.
“Saya jadi pemeran utama pria, dan saya bisa menyanyi. Dan sekarang saya juga bisa bahasa Inggris.”
Terapi Drama bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Thailand
Sebuah rumah sakit di Thailand menggunakan terapi unik untuk membantu anak-anak yang mengalami cacat mental.

INDONESIA
Sabtu, 18 Jan 2014 19:37 WIB

Thailand, anak berkebutuhan khusus, terapi, kesehatan, Kannikar Petchkaew
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai