Bagikan:

Memberdayakan Perempuan Pakistan dengan Tas Tangan

Bliss menyediakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan bagi lebih 50 anak perempuan dan perempuan dewasa dari keluarga-keluarga miskin yang tinggal sekitar pabrik.

INDONESIA

Jumat, 03 Jan 2014 17:19 WIB

Author

Khawar Khan

Memberdayakan Perempuan Pakistan dengan Tas Tangan

Pakistan, Saba Gul, BLISS, pemberdayaan perempuan, Khawar Khan

Saira Ahmed yang berusia 30 tahun sedang sibuk membuat tas tangan di pabrik BLISS di Attock yang berjarak 90 kilometer dari ibu kota.

Pabrik ini menyediakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan bagi lebih 50 anak perempuan dan perempuan dewasa dari keluarga-keluarga miskin yang tinggal sekitar pabrik. 

Sementara yang lain sedang membuat dompet, selendang dan aksesoris fesyen lainnya.

Pendiri pabrik BLISS ini adalah Saba Gul yang berusia 35 tahun.

Setelah menamatkan pendidikannya  dan bekerja di beberapa LSM, ia memutuskan untuk melakukan hal yang berbeda.

Dengan keahlian fesyennya, ia mengajarkan keterampilan baru kepada para anak perempuan dan perempuan dewasa dari keluarga miskin.

“Industri fesyen merupakan cara yang unik untuk mengatasi masalah besar seperti kemiskinan. Meski industri ini berada di urutan kedua penyebab masalah sosial dan lingkungan di dunia. Saya menganggap ini sebagai tantangan dan memutuskan untuk melatih perempuan miskin dan membuat aksesoris fesyen.”

Saba Gul memulai BLISS tahun 2010 untuk membantu perempuan yang tidak beruntung yang tinggal di daerah terpencil di Pakistan.

Ia memulai proyeknya dengan membuat tas tangan dan sulaman di Attock yang berjarak lebih dari 90 kilometer dari ibu kota.

Ia mempekerjakan anak-anak perempuan dan perempuan dewasa yang dulunya membuat karpet tenun selama 15 jam sehari. Mereka hanya dibayar kurang dari 10 ribu rupiah per hari.

Hampir 40 remaja perempuan yang berusia antara 14 hingga 22 tahun bergabung dalam program ini.

Dia mengajari mereka hal-hal dasar seperti cara memotong, menjahit dan membuat aksesoris fesyen lainnya.

“Awalnya saya mengalami kesulitan. Bagaimana saya bisa mengajari mereka karena sebagian besar bahkan tidak tahu cara menulis namanya sendiri? Mereka tidak bersekolah karena miskin. Tapi saat saya bicara dengan mereka, mereka menyadari kalau perkerjaan ini jauh lebih baik ketimbang menenun karpet.”

Salma Inayat yang berusia 18 tahun adalah salah satu yang pertama bergabung dalam program ini.

“Sebelum ini, keluarga saya tidak bisa makan dua kali sehari. Tapi kemudian Saba Gul memilih saya dan melatih saya. Sekarang saya bisa menyulam tas, dompet, selendang dan lainnya. Pendapatannya saya sekarang lumayan dan saya punya waktu lebih banyak bagi keluarga.”

Pendapatannya sekarang meningkat hingga 60 persen.

Dengan pendapatan baru ini, Farzana yag berusia 43 tahun bisa melihat masa depan yang lebih cerah bagi kelima anaknya.

“Saya ingin anak saya bisa sekolah dan hidup layak seperti orang lain. Ayah saya tidak mengizinkan saya sekolah tapi sekarang anak-anak saya harus sekolah. Saya akan mencari uang untuk mereka dan saya berterima kasih pada Saba Gul untuk semua ini.”

BLISS awalnya adalah sebuah LSM tapi kini Saba Gul mengubahnya menjadi organisasi yang berorientasi pada profit.

Banyak perempuan yang sekarang sudah terlatih dan bisa menghasilkan aksesori fesyen buatan tangan berkualitas ekspor.

“Melihat senyum di wajah perempuan-perempuan miskin merupakan hadiah terbesar bagi saya. Saya bersyukur atas keberanian yang telah saya ambil satu setengah tahun yang lalu dengan berhenti bekerja di Amerika Serikat dan pindah ke Pakistan.”

Tas tangan BLISS dijual ke pasar internasional seperti Amerika Serikat dan negara lainnya.

Keuntungan yang diperoleh dari penjualan tas-tas ini digunakan untuk membantu anak-anak perempuan lain agar bisa melanjutkan sekolah.

“Gadis-gadis ini dilatih tidak hanya untuk meningkatkan potensi mereka, tapi tujuan akhirnya agar mereka bisa mendirikan usaha sosial berbasis komunitas mereka sendiri. Jadi mereka bisa meningkatkan kualitas hidup diri sendiri dan keluarganya. Serta menginspirasi perempuan lain di sekitar mereka untuk merasa lebih berdaya.”

Dan perubahan sudah terjadi di lapangan...

Sekarang anak-anak bisa bersekolah, makan makanan yang bergizi dengan standar hidup yang meningkat.

Saba Gul yakin memberdayakan perempuan berarti mengakhiri ketidakadilan.

“Membantu perempuan berarti membantu keluarga dan komunitas mereka. Perempuan biasanya akan menggunakan penghasilannya untuk keluarga tidak seperti laki-laki. Perempuan yang berpendidikan juga lebih sedikit mengalami pelecehan dan kekerasan dari pasangannya.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending