KBR68H, Probolinggo - Jazz itu bebas. Jazz itu merdeka. Seperti kehidupan, jazz juga penuh improvisasi. Tak harus terpaku pada satu pola dalam partitur, jazz selalu bisa meliuk luwes. Dan lincah, seperti kanak-kanak yang tengah bermain di lapangan luas, bebas merdeka. Saling melengkapi. Kadang mungkin terjerembab. Tak apa. Karena pada akhirnya intuisi musikal yang berbicara, dan kesetiaan telinga untuk mendengar nada dan bunyi yang keluar dari beragam instrumen.
Keluar Sekat
Di kawasan Gunung Bromo, tepatnya di sebuah ruang terbuka di areal Java Banana, Wonotoro, Probolinggo, Jazz Gunung yang rutin digelar setiap tahun sejak 2009, barangkali merupakan terjemahan sempurna dari sebuah konsep jazz yang merdeka. Diapit tiga gunung: Pundak Lembu, Ringgit, dan Lingga, panggung Jazz Gunung adalah bumi pada ketinggian 2,000 meter dpl dengan atap langit terbuka.
Setting panggung dibuat unik, tak ada back-drop dengan deretan logo sponsor sebagaimana biasa kita lihat di berbagai pertunjukan lain. Panggung Jazz Gunung benar-benar bersih, kecuali karya instalasi dari bambu sebagai latar panggung yang ditata secara artistik.
Selengkapnya klik Jazz Di Antara Tiga Gunung.
Foto-foto: Ulin Yusron