Isu keamanan dan terorisme kembali muncul menjelang akhir tahun. Tak kurang Presiden SBY menyebut adanya kelompok tertentu yang hendak merusak situasi keamanan di dalam negeri. Kelompok ini disinyalir hendak memanfaatkan momentum pemilu 2014, padahal agenda pokoknya tak berkaitan sama sekali. Sayang Presiden tak menjelaskan, kelompok mana yang dimaksud punya rencana jahat itu.
Pernyataan lebih jelas datang dari Kapolri Sutarman. Menurut Kapolri, menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, ada pergerakan kelompok teroris yang berhasil dipantau. Dalam pantauan kepolisian, kelompok ini sedang mempersiapkan bom yang bisa diledakkan di mana saja, untuk mencelakai siapa saja.
Sejak tahun 2000, Indonesia memang tak pernah lepas dari berbagai aksi teror. Republik ini dikoyak beragam aksi kekerasan. Gembong-gembong kelompok ini sudah banyak yang ditangkap, sebagian bahkan sudah dieksekusi sesuai vonis pengadilan. Tapi gerakan ini tak pernah mati betul, meski Detasemen Khusus Anti Teror cukup sering melakukan operasi pembersihan.
Terorisme menjadi akrab dalam keseharian kita dan bisa tumbuh di lingkungan kita karena sebagian warga juga masih menolerir, bahkan bersimpati, terhadap gerakan mereka. Dalam bentuk yang lain, ini bisa dilihat dari maraknya aksi-aksi intoleran yang dimotori kelompok-kelompok garis geras yang membawa bendera agama.
Celakanya, menghadapi aksi-aksi semacam itu, aparat keamanan dan birokrasi kita banyak yang tergagap-gagap. Situasi inilah yang kemudian menyuburkan sikap dan tindakan bernuansa kekerasan.
Pembubaran ibadah, penyerangan terhadap rumah ibadah, dan pernyataan-pernyataan keras diumbar ke publik, menebar teror khususnya terhadap kelompok-kelompok minoritas.
Dan semua itu dibiarkan. Setidaknya, publik melihat aparat keamanan dan birokrasi cenderung membiarkan aksi-aksi semacam itu terjadi tanpa ada upaya untuk meredamnya.
Itulah harga yang harus dibayar bangsa ini. Bangsa yang mestinya bisa hidup damai berdampingan dalam keanekaragaman, kini muncul penuh luka di sana-sini.
Jangan heran kalau Indonesia kemudian menjadi ladang subur bagi persemaian gagasan-gagasan radikal yang tak lagi ramah terhadap perbedaan. Dan terorisme adalah ujung dari seluruh gagasan ekstrem itu, yang hendak mengubah republik ini menjadi negara yang sepenuhnya sesuai dengan gagasan ideologis mereka.
Baca juga:
Pengamat: Ancaman Terorisme pada Natal dan Tahun Baru Masih Besar