Pejabat di negeri ini sepertinya tidak pernah atau mungkin tidak mau belajar dari kesalahan yang terjadi di masa lalu. 10 tahun lalu, seorang praja IPDN yaitu Cliff Muntu meninggal ketika tengah mengikuti masa orientasi. Ketika itu, Cliff dipukul oleh para seniornya hingga tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal. Sebelum Cliff, Wahyu Hidayat yang juga praja STPDN meninggal karena dianiaya seniornya saat tengah mengikuti ekstra kurikuler.
10 tahun berselang, kasus kekerasan yang terjadi di kampus masih terjadi dan kembali menelan korban jiwa. Fikri Dolasmantya Surya, meghembusnya nafas terakhirnya saat mengikuti masa ospek di Institut Teknologi Nasional. Pihak kampus mengungkapkan tidak ada tindakan kekerasan dalam ospek yang berlangsung sejak 9-12 Oktober lalu itu. Kepada keluarga, perwakilan dari ITN hanya mengungkapkan penyebab kematian Fikri adalah faktor kelelahan.
Namun, keterangan kampus bertolak belakang dengan kondisi Fikri ketika dibawa ke rumah sakit. Bajunya berlumuran darah dan saat meninggal posisi lidahnya menjulur. Sebuah kondisi yang tidak wajar untuk seseorang yang meninggal hanya karena kelelahan. Polisi memang belum menetapkan tersangka dalam kasus kematian Fikri. Biarlah hukum bekerja dan apabila benar ada faktor kekerasan dalam ospek maka pelakunya harus bertanggung jawab di hadapan hukum.
Tindakan ITN menggelar ospek di luar kampus sebenarnya sudah melanggar aturan. Dalam Peraturan Menteri tentang Pengaturan Penerimaan Mahasiswa Baru dan Ospek, kampus tidak tidak boleh membawa mahasiswa baru ke luar kota. Itu kesalahan pertama, dan kampus juga harus menjelaskan kenapa ada darah di baju Fikri? Indonesia adalah negara yang menentang segala bentuk aksi kekerasan.
Di mana pun, kekerasan bukan budaya warga negara Indonesia. Apa jadinya kalau tindak kekerasan justru sudah mulai diperkenalkan sejak dini, antara lain melalui masa orientasi di kampus? Bisa dibayangkan, mahasiswa yang mengalami kekerasan pada masa opsek akan melakukan hal yang sama kepada adik kelasnya pada tahun berikutnya.Ini akan terus berulang tahun demi tahun.
Karena itu, sudah saatnya untuk menghapus kekerasan di kampus. Aksi kekerasan di ospek merupakan cermin kebodohan. Tak perlu lagi ada nyawa yang melayang hanya karena unjuk gigi mahasiswa senior kepada yuniornya selama ospek.
Kekerasan dalam Ospek, Cermin Kebodohan
Pejabat di negeri ini sepertinya tidak pernah atau mungkin tidak mau belajar dari kesalahan yang terjadi di masa lalu. 10 tahun lalu, seorang praja IPDN yaitu Cliff Muntu meninggal ketika tengah mengikuti masa orientasi.

EDITORIAL
Senin, 16 Des 2013 08:29 WIB


kekerasan, ospek, ITN, STPDN
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai