Sepak bola adalah opera rakyat, kata Stafford Heginbotham, bekas pemilik klub Braddford City, Inggris. Ungkapan itu mungkin pas ditujukan kepada Tim Nasional usia di bawah 19 tahun atau U-19 yang baru saja meraih juara Piala Konfederasi Sepak Bola ASEAN atau AFF.
Bak sebuah opera, sepak bola yang diperagakan Evan Dimas dan kawan-kawan begitu menawan dan menghibur jutaan rakyat Indonesia yang menyaksikan laga final Garuda Muda melawan Vietnam pada Minggu malam lalu. Timnas junor menang lewat drama adu pinalti yang menegangkan dengan skor akhir 7-6. Untuk pertama kali, Indonesia meraih gelar juara AFF U-19 sejak bergulir 2002.
Prestasi yang ditorehkan skuat Garuda Muda mengakhiri paceklik prestasi tim Merah-Putih selama dua dekade terakhir. Indonesia lewat Timnas Senior meraih medali emas di cabang sepak bola pada 1991 di ajang SEA Games Manila, Filipina. Setelah itu hanya timnas junior yang meraih kemenangan di berbagai kejuaraan. Bagi Timnas U-19 yang dibesut pelatih Indra Sjafri, kemenangan ini adalah prestasi ketiga. Pada 2012 dan 2013 tim ini menjuarai Piala HKFA di Hongkong.
Indra Sjafri menyebut kemenangan Indonesia di Final AFF U-19 jadi momentum kebangkitan sepak bola nasional. Itu betul. Hal ini sebaiknya ditindaklanjuti oleh induk sepak bola nasional, PSSI untuk serius membenahi karut-marut sepak bola nasional. Dalam jangka pendek yang bisa dilakukan adalah mulai menyatukan kompetisi sepak bola dalam negeri yang sempat terbelah: Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia. Hal ini juga sesuai dengan mandat Kongres Luar Biasa PSSI pada Maret lalu. Terbelahnya liga domestik ini buah dari konflik pengurus PSSI yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok.
Program jangka panjang yang sangat penting dilakukan kepengurusan Djohar Arifin adalah mulai membangun fondasi pembinaan dan kompetisi sepak bola usia dini. Negeri ini sangat berlimpah dengan pemain bertalenta, dari Sabang sampai Merauke. Hal ini bisa dilihat dari komposisi pemain Timnas U-19 yang dibentuk sejak tiga tahun silam. Sebut saja Ilham Udin Armaiyn sang algojo penentu kemenangan Indonesia atas Vietnam yang berasal dari Ternate, Maluku Utara atau Zulfiandi dari Bireun, Aceh.
Satu pelajaran yang bisa dipetik dari kemenangan skuat Garuda Muda adalah untuk menjadi nomor satu tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Butuh waktu lama, kerja keras dan pengorbanan. Kita berharap prestasi Timnas U-19 tak hanya berhenti di sini. Selayaknya kakak mereka yang tergabung di Timnas U-23 dan siap berlaga di SEA Games Burma akhir tahun ini ikut terpacu mengharumkan Indonesia. Harapan yang sama ditujukan kepada Timnas Senior yang tengah berjuang lolos ke Final Piala Asia tahun depan di Australia.
Opera Menawan Evan Dimas dkk
Sepak bola adalah opera rakyat, kata Stafford Heginbotham, bekas pemilik klub Braddford City, Inggris. Ungkapan itu mungkin pas ditujukan kepada Tim Nasional usia di bawah 19 tahun atau U-19 yang baru saja meraih juara Piala Konfederasi Sepak Bola ASEAN

EDITORIAL
Selasa, 24 Sep 2013 10:09 WIB


garuda muda, aff, u-19, pssi, Indra Sjafri
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai