Pekan lalu, dunia pendidikan dikejutkan oleh survei tentang ukuran alat vital siswa-siswi SMP di Sabang, Aceh. Survei tersebut dikemas dalam bentuk kuisioner. Kuesioner dengan gambar alat vital itu disebar di sekolah-sekolah di Sabang. Para murid diharuskan mengisi satu halaman kuesioner bergambar payudara, kemaluan laki-laki, dan kemaluan perempuan. Pada halaman itu, siswa SMP harus mengisi kolom tentang ukuran payudara dan penis.
Survei kesehatan reproduksi ini ternyata program wajib yang dilakukan seluruh sekolah menengah di Indonesia. Survei dilakukan untuk mengetahui derajat kesehatan anak sekolah. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui status pubertas, dan mendeteksi masalah kesehatan siswa sejak dini. Survei ini diwajibkan kepada seluruh sekolah mulai tahun ini.
Yang menjadi pertanyaan, tepatkah salah satu pertanyaan di survei tersebut tentang ukuran alat vital? Apabila tujuan survei ini untuk mengetahui kesehatan reproduksi, pertanyaan dalam kuisioner seharusnya lebih fokus kepada pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Selain itu, alangkah baiknya survei ini juga melibatkan tenaga layanan kesehatan dan juga orang tua. Yang terjadi di Sabang, orang tua justru terkaget-kaget dengan adanya survei.
Kita tentu kaget dengan adanya survei yang salah satu pertanyaannya tentang ukuran alat vital. Sebuah pertanyaan yang sangat vulgar untuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Entah apa fungsi dari pertanyaan tersebut karena pada dasarnya ukuran alat kelamin adalah sesuatu yang sangat privasi. Lagipula, ukuran alat vital tidak relevan dengan tujuan awal kuisioner ini yaitu untuk kesehatan reproduksi. Belum ada bukti medis yang menyatakan ukuran alat vital yang kecil, sedang atau besar berkorelasi langsung dengan adanya masalah dengan reproduksi.
Masih banyak hal yang lebih penting dilakukan daripada sekadar bertanya ukuran alat vital pelajar sekolah menengah pertama. Misalnya, bagaimana mengedukasi pelajar untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Atau mengedukasi tentang kriteria dari kekerasan seksual dan bagaimana mengatasinya. Memperlihatkan gambar payudara dan juga penis kepada pelajar SMP - di luar mata pelajaran biologi atau pelajaran tentang kesehatan reproduksi - bisa mengarah kepada pornografi.
Sebelum survei ukuran alat vital di Sabang, kita dikejutkan dengan wacana tentang tes keperawanan bagi pelajar di Prabumulih, Sumatera Selatan. Tes keperawanan batal dilakukan setelah adanya protes dari masyarakat. Kini, survei alat vital sudah mernimbulkan protes yang luas, bukan hanya dari kalangan wali murid di kota itu, tetapi juga hampir di seluruh daerah. Kalau pun Kementerian Kesehatan tetap ingin melakukan survei seputar kesehatan reproduksi, sudah seharusnya pertanyaan tentang ukuran alat vital dihapus dari kuisioner.
Mempersoalkan Survei Ukuran Alat Vital
Pekan lalu, dunia pendidikan dikejutkan oleh survei tentang ukuran alat vital siswa-siswi SMP di Sabang, Aceh. Survei tersebut dikemas dalam bentuk kuisioner.

EDITORIAL
Minggu, 08 Sep 2013 20:36 WIB


kuisioner, ukuran alat vital, SMP di Sabang
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai